KUNINGAN (MASS) – Sejumlah masyarakat Desa Cihaur Kecamatan Ciawigebang terlihat menyambangi balai desa pada Selasa (12/10/2021) siang.
Masyarakat itu, datang ke balai desa mempertanyakan pekerjaan TPT jalan lingkungan Cibangunan yang bersumber Dana Desa tahun 2021.
Mereka mempertanyakan, karena pekerjaan dianggap belum selesai, tapi pengerjaan sudah berhenti.
Warga sendiri terdiri dari beberapa kalangan masyarakat, baik masyarakat biasa, bahkan juga ada linmas dan LPM.
Kedatangan warga, diterima kepala desa Amid, ditemani perangkat Henggar Prasetyo lalu menyusul Jahudi dan Mulyadi.
Dari warga, ada beberapa diantaranya Udin, Nanang, Tasum, Akbar, Sanurip, menyusul Rakes dan Dodo.
Serta di tengah pertemuan itu, datang juga tokoh agama setempat Ust Dodo. Pertemuan sendiri, dimediasi Babinsa desa setempat, Serma Deddy Damhudi.
Dalam pertemuan itu, masyarakat bergantian menyampaikan pertamyaanya soal pembangunan TPT Cibangunan yang dianggap belum selesai, tapi pengerjaanya berhenti.
Masyarakat, menanyakan karena sebelumnya beredar kabar pengerjaan itu akan berhenti di proses seperti itu saja, disebabkan anggaran untuk TPT sudah habis. Masyarakat juga menuntut transparansi anggaran.
Awalnya pihak desa menuturkan transparansi sudah diwakilkan oleh papan proyek, ada reklame, dan bisa di cek di RKPDes, serta IPPDes.
Transapransi, dikatakan pihak pemdes melalui Ekbangnya Henggar, bukan berarti harus telanjang.
Dalam pertemuan itu, komunikasi sempat memanas saat sanding data. Dari perwakilan masyarakat, Sanurip yang juga ternyata anggota LPM sampai menggebrak meja depan kepala desa dan ekbang, kala membahas soal data yang didapat warga.
Untungnya, Babinsa segera memeluk dan menenangkan. Komunikasi kembali berlanjut.
Warga, keukeuh menuntut transparansi pengerjaan. Apalagi, kerjaan dianggap belum selesai.
Pihak desa melalui ekbang, awalnya menyebut pertanggungjawabannya ke desa, dan dari desa ke atas sudah. Masyarakat hanya penerima manfaat saja.
Terbuka dalam pertemuan itu, anggaran TPT masih ada sisa meksi nilainya 1,2 jutaan.
Awalnya, sempat dibahas bahwa sisa anggaran pembangunan akan masuk kas. Kas tadi, jadi subsidi silang jika ada projek yang ternyata dalam pelaksanaan melebihi RAB.
Meski begitu, dari masyarakat tetap menuntut, bahwa daripada kas, lebih baik anggaran diserap untuk optimalkan projek.
Apalagi, pengerjaan TPT itu dirasakan masyarakat langsung. Dari pantauan kuninganmass.com di lokasi, TPT yang dibangun, belum dilakukan pengacian.
Komunikasi sendiri terus berjalan dengan tensi hangat dingin, tidak sampai memanas parah. Di akhir, kepala desa menjamin akan meneruskan ‘pengacian’ TPT tersebut.
“Insya allah, kita lanjutkan (sesuai keinginan masyarakat penuntut),” sebutnya di akhir.(eki)