KUNINGAN (MASS) – Entah bagaimana, beberapa kali saya mengalami secara pribadi, diledek orang orang dekatku sendiri yang memang berdomisili di sekitar kota. Hal itu karena saya mengaku sebagai orang Subang.
Subang, seringkali dijadikan “guyonan”oleh teman-teman dekat saya sendiri. Mereka bilang, Subang itu akronim dari kata SU-sah BANG-kit. Kadang, saya secara pribadi sedikit tersinggung, tapi namanya juga guyon, bercanda, biasanya saya tanggapi dengan senyuman. Terkadang pula saya balas “ngeledek”. Tapi kemudian, sesuatu menggelitik pikiran saya, benarkah Subang itu susah bangkit? susah maju? tidak mungkin berkembang? tidak punya potensi? ini yang harus dijawab.
Perlu diketahui, istilah Subang sendiri, bagi orang-orang yang bertempat tinggal di sekitar kota, mengacu setidaknya 2 kecamatan besar, Kecamatan Subang, dan Kecamatan Cilebak. Pokoknya ujung Selatan Kabupaten Kuningan, semuanya dianggap Subang. Ini wajar, karena secara sejarah, 2 kecamatan ini, kabarnya, masih satu wilayah. Sedangkan kecamatan Selajambe, entah kenapa secara kultur maupun historis, seringkali dianggap lebih modern. Entah karena jalannya lebih mulus, atau karena budayanya memang tidak mirip. Pertanyaanya, benarkah 2 wilayah kecamatan yang besar ini tidak punya potensi untuk maju dan mandiri, serta percaya berdiri di kaki sendiri?
Wilayah Kecamatan Subang dan Kecamatan Cilebak bukanlah wilayah tanpa potensi, dan untuk mengukur potensi suatu wilayah, setidaknya, ada 3 unsur yang harus di lihat, Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), dan Political Will-arah kebijakan publik.
Point pertama, Subang sendiri memiliki Sumber Daya Alam(SDA) yang melimpah dibidang pertanian, perkebunan/hutan, serta keindahan alam yang merupakan potensi wisata sangatlah besar. Kopi Situgede (salah satu daerah di Kecamatan Subang) misalnya, pasarnya sudah tembus sampai Papua. Kalau tidak salah, brandingnya adalah Robustamen, itu pituin asli tanah Subang. Dan potensi Kopi ini, selain Desa situgede, tersebar juga di Bungurberes dan Legok (wilayah Administrasi Cilebak).
Itu baru dari satu sektor perkebunan. Sektor lainnya, seperti pertanian, perikanan, peternakan juga potensial, tapi aku tak bisa contohkan, karena memang sampai saat ini, belum ada komoditas hasil pertanian, perikanan, ataupun perternakan belum ada yang muncul tinggi di permukaan.
Sebenarnya, ada beberapa potensi yang sudah terjamah dan mulai tercium, tapi belum maksimal. Kita bisa tahu di Subang ada wisata Cipanas, di Legok (Cilebak) ada Situ Kabuyutan, ada juga spot spot indah seperti gunung subang, gunung bongkok, dan Sumber daya alam lainnya yang tidak saya sebut.
Point kedua, tentang Sumber Daya Manusia (SDM), tidak bisa disangsikan lagi, daya tahan hidup, dan adaptasinya luar biasa. Survive. Kalau soal kecerdasan, saya juga yakin sangat cerdas. Kita bisa lihat dari segudang piala yang ditampilkan di sekolah-sekolah di Subang, atau di kantor kantor desa. Belum lagi dengan penisbatan nama-nama besar yang selalu disandingkan dengan Subang dan sekitarnya. Entah itu yang berkarir di dunia politik, ASN, wirausaha, seni dan lain lain. Saya yakin sekali, kita bukan orang-orang dungu.
Point ketiga adalah political will, arah kebijakan yang dipegang pemerintahan. Entah itu pemdes, kecacmatan, dan pemerintah kabupaten. Ini point yang sangat penting. Pemerintah harus hadir dalam setiap lini kehidupan masyarakat, ekonomi, pendidikan, budaya, bahkan agama. Masyarakat harus benar-benar merasa bahwa, pajak yang dibayarnya, adalah untuk kepentingan masyarakat itu sendiri. Pemerintah, harus bisa memberi ruang kepada seluruh masyarakat. Ini tanggung jawab yang besar. Dunia, mungkin juga akhirat.Tapi saya tidak akan memberikan komentar terhadap kinerja pemerintahan saat ini. Saya hanya ingin memberi rekomendasi politis, tapi nanti di bawah.
Maka, seharusnya, ketika tiga point ini bisa saling bersinergi, saya yakin Subang bukan hanya bisa menjadi desa emas, seperti yang sudah diwacanakan sejak dulu, tapi juga bisa mandiri, serta berkecukupan, dan tugas spiritual, libatkanlah pemuka agama.
Maka saat ini, ada hal yang bisa kita lakukan bersama. Jika Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia kita harus serahkan pada ahlinya, entah itu di pemerintahan maupun lembaga pendidikan. Saat ini, kita bisa sama-sama berjuang menentukan arah politik untuk Kuningan Selatan.
Menghadapai pemilu serentak, setidaknya saat ini kita bisa ikut menentukan siapa yang akan kita jadikan pembela kita, supaya Subang tidak lagi Susah Bangkit. Subang artinya harus “Sudah Bangun”. Makanya, saya pikir, di pemilu ini, kita tidak boleh golput. Presiden penting, DPD penting, DPRD Jabar penting, apalagi DPRD Kabupaten Kuningan, yang akan mewakili kita sebagai rakyat Dapil V. Maka saya sarankan, terutama untuk perwakilan daerah kita sendiri, kalau ada putra daerah sih, pilih putra daerah saja. Setidaknya, dia benar-benar mengalami hidup di pelosok, tahu jeritan orang pelosok, dan kecintaan terhadap daerahnya sudah tidak diragukan lagi.***
Penulis: Eki Nurhuda Almutaqin
Mahasiswa Asal Desa Subang, Kecamatan Subang, Kabupaten Kuningan