NUSAHERANG (MASS) – Stunting menjadi masalah serius yang mendesak untuk segera diatasi. Sebagai wujud kontribusi dalam mencegah stunting, Asosiasi Klinik Komisariat Kabupaten Kuningan menginisiasi Triwulan Masandu (3 bulan memasak di posyandu).
Program ini buah kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kuningan. Bertempat di Desa Ciasih Kecamatan Nusaherang, Sabtu (13/11/2021), Triwulan Masandu dilaksanakan dengan sasaran menu kudapan sehat dari Posyandu adalah anak stunting, gizi buruk dan ibu hamil.
“Intervensi Stunting yang dilaksanakan pagi ini adalah salah satu program berkesinambungan dengan pendekatan empowermen dengan melibatkan Puskesmas, Desa, kader posyandu dan keluarga penyandang stunting, gizi buruk dan ibu hamil. Kami tidak ingin generasi penerus kesehatan ke depan terkendala masalah fisik dan kesulitan belajar,” jelas Ketua Asosiasi Klinik dr. H. Achmad Budi Utomo, Sp.M.
Budi yang juga pemilik Kuningan Eye Center ini memaparkan, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar (PB/U atau TB/U).
Tinggi badan hanya penunjuk fisik, namun dampak lain yang tak kalah mengkhawatirkan dari stunting adalah hambatan perkembangan kognitif dan motorik serta gangguan metabolik pada saat dewasa sehingga berisiko menderita penyakit tidak menular.
Dikatakan, banyak orang berpikir bahwa tinggi seorang anak bergantung pada faktor genetik (keturunan) dan tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mencegah atau memperbaikinya. Padahal, stunting disebabkan karena seseorang tidak mendapatkan asupan bergizi dalam jumlah yang tepat pada jangka waktu yang lama (kronik).
“Sehingga, stunting sebenarnya dapat dicegah dengan asupan gizi yang memadai, terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan,” ujarnya.
Secara global, imbuh Budi, stunting berkontribusi sebesar 15-17 persen pada kasus kematian anak. Anak yang stunting akan mengalami kesulitan belajar sehingga kurang berprestasi di sekolah dan kurang produktif saat dewasa.
Stunting dapat menurunkan penghasilan sebanyak 20 persen. Hal ini menjadikan mereka tidak bisa mendapatkan penghasilan yang cukup sehingga terus berada dalam kemiskinan.
Budi menegaskan, angka stunting yang besar di Indonesia merupakan masalah serius. Artinya, negara memiliki jutaan anak kurang gizi yang kesulitan berprestasi di sekolah serta kurang mampu mendapatkan cukup penghasilan saat dewasa sehingga sulit berkontribusi untuk membangun ekonomi bangsa. Oleh karena itu, stunting menjadi salah satu ancaman serius bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan Indonesia.
“Intervensi spesifik merupakan kegiatan yang langsung mengatasi penyebab terjadinya stunting dan umumnya diberikan oleh sektor kesehatan seperti asupan makanan, pencegahan infeksi, status gizi ibu, penyakit menular dan kesehatan lingkungan. Terdapat 9 poin intervensi gizi spesifik,” ucapnya. (deden)