KUNINGAN (MASS) – Pada pertemuan itu Herman menyampaikan bahwa Jawa Barat merupakan bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sejalan dengan pemerintah pusat kepemimpinan Presiden RI Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, maka program maupun proyek strategis 2026 akan mengacu kepada sejumlah isu. Beberapa isu itu antara lain kemiskinan ekstrem, stunting, tingkat pengangguran terbuka (TPT), makan bergizi gratis, swasembada pangan, inflasi, dan hilirisasi. Dikutip dari Jabarnews.com tanggal 18/11/2024.
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan karena kurang gizi kronis dan infeksi. Penyebabnya bisa karena kurangnya asupan gizi dan nutrisi pada saat ibu hamil. Pola asuh kurang baik dalam pemberian makan. Kurang akses pemeriksaan rutin, kurang pengetahuan orang tua tentang gizi.
Stunting bisa diatasi dengan meningkatkan asupan gizi, rajin mengukur berat badan anak, menjaga kebersihan lingkungan, mengobati penyakit yang diderita anak, berperilaku bersih dan memperbaiki sanitasi. Dan hal ini, tidak bisa berjalan sendiri dan mandiri, harus ada peran pemerintah, organisasi dan masyarakat yang ikut andil menangani kasus stunting.
Kemiskinan ekstrem dan stunting menjadi problem akibat penerapan ekonomi kapitalisme sehingga sulit akses makanan dan lingkungan sehat. Untuk hidup layak masyarakat butuh makanan yang bergizi tiga kali sehari idealnya. Biaya untuk kontrakan bagi yang ngontrak, listrik, air, jaminan kesehatan, transportasi termasuk Internet. Itu semua tidak bisa didapatkan gratis, tetapi butuh dana yang banyak.
Di tambah masyarakat harus membayar beragam pungutan seperti BPJS, pajak kendaraan bermotor walaupun kondisinya sudah tidak layak. Bukan hanya para pencari nafkah serabutan, para pekerja pabrik saja, sulit mencakupi biaya hidup mereka yang makin melambung. Jadi sangat wajar, jika masyarakat jabar banyak yang kekurangan gizi, hingga mereka menjalani kehidupan serba sempit.
Hal ini tidak akan berangsur membaik, selama sistem ekonomi kapitalisme sekuler dipakai, problem ini akan terus muncul. Karena ukuran kesejahteraan dalam sistem kapitalis yang tidak manusiawi. Namun sayang, kemiskinan di negeri ini nampak tertutup oleh penghasilan sebagian orang kaya. Seakan masyarakat jabar memiliki penghasilan yang besar, padahal nyatanya jauh dari realita.
Hal ini pula mengakibatkan tidak seriusnya penguasa dalam mengentaskan kemiskinan, karena dianggap rakyat kaya. Bantuan yang sampai pada masyarakat hanya sebagian kecil dan segelintir orang saja. Alhasil kemiskinan begitu merajalela, akibat penerapan sistem kapitalis. Sejatinya, inilah wajah asli penguasa dalam sistem buruk ini, abai dan hanya memperkaya diri sendiri dan kalangannya. Ini terus berlangsung hingga hari ini, walaupun pemimpin terus berganti, jika sistem tidak ganti, masalah pun akan terus berulang.
Bagi negeri yang menerapkan sistem ekonomi kapitalis, yang penting roda perekonomian berjalan, walau berjalannya di kalangan oligarki saja, mereka tak peduli, yang penting para oligarki itu berpihak pada mereka para penguasa, karena ingin banyak melakukan pelegalan perizinan, dengan memanjakan para penguasa dengan pajak mereka yang tinggi. Asalkan bisa ditukar dengan undang-undang yang menguntungkan penguasa.
Di dalam sistem Islam, diwajibkan setiap individu terpenuhi kebutuhan pokoknya. Gizi yang cukup, pendidikan layak, dan semua dijamin oleh negara untuk pemenuhannya. Caranya adalah dengan, mengelola sumber daya alam sendiri, hasilnya untuk rakyat sendiri. Kalau pun dijual pada rakyat, tentu dengan harga yang murah. Kemudian setiap lelaki yang bekerja diberikan gaji yang layak, kemudian membukanya lapangan pekerjaan untuk para kepala keluarga, sehingga mereka tidak harus terlunta-lunta mencari kerja. Membawa map kemana-mana, memasukan ke perusahaan yang satu dan lainnya. Mereka lelah menunggu panggilan tak kunjung datang, padahal perut dan kebutuhan lainnya darurat untuk dipenuhi.
Telah terbukti ketika Islam diterapkan, 13 abad lamanya umat muslim sejahtera. Sejak hijrahnya Rasulullah saw dari Mekah ke Madinah hingga tahun 1924. Kepemimpinan Islam berjaya, umat bahagia dan sejahtera, bukan hanya umat muslim, tetapi juga seluruh manusia, tidak pandang dia muslim atau bukan, tetapi dalam Islam seluruhnya diurus dalam tanggung jawab negara. Pernah suatu ketika di masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, petugas pengumpul zakat kesulitan menemukan mustahik di Afrika kala itu karena rakyatnya sejahtera, pada akhirnya harta di baitul mal diberikan kepada para pengantin yang baru menikah, untuk bekal mereka dalam menjalani rumah tangga. Masyaallah, tentu kondisi itu amat dirindukan dan tidak ada dalam sistem apa pun hal tersebut, kecuali dalam Islam kaffah.
Wallahu a’lam bishshawab
Sumiati
Pendidik Generasi
Mahasiswi PAI