KUNINGAN (MASS) – Studi banding para wakil rakyat ke Bali, Lombok dan Makasar bakal dilangsungkan selama 4 hari. Kalau berangkat Rabu (21/2/2018) maka kepulangan mereka ke Kuningan antara Sabtu (24/2/2018) atau Minggu (25/2/2018).
“Iya (50 anggota dewan ikut). Empat hari sampai Sabtu,” terang Sekretaris DPRD, H Suraja SE MSi, saat menjawab konfirmasi kuninganmass.com.
Pantauan portal ini Kamis (22/2/2018), gedung dewan hening. Pasalnya, disamping seluruh wakil rakyat tidak ada, para pejabat setwan pun ikut nyebrang pulau. Yang terlihat hanya Kabag Keuangan Setwan, AA Subagja.
Sementara, reaksi terhadap keberangkatan para legislator bermunculan. Soejarwo misalnya, ketua F-Tekkad itu menyayangkan kenapa studi banding dilaksanakan pada saat rakyatnya sedang kebanjiran dan diterjang longsor.
“Kendati keberangkatan mereka yang berjuluk ‘Yang Terhormat’ dibenarkan oleh aturan dan perundang-undangan yang ada, namun alangkah bijaknya jika mempertimbangkan kondisi masyarakat (rakyat) yang mereka wakili. Sangat ironis, ketika masyarakat di beberapa wilayah Kabupaten Kuningan sedang berduka karena terjadi bencana alam, mereka yang mengklaim diri sebagai Wakil Rakyat terkesan tak peduli dengan kondisi masyarakat,” ucapnya.
Walau ‘dibalut’ dalam agenda kunjungan kerja maupun study banding, imbuhnya, kesan mereka sedang bersukaria susah dihindarkan. Terlebih dari postingan gambar keberangkatan mereka yang menggunakan dana APBD, nampak ada yang membawa keluarganya.
“Kalaupun keberangkatan mereka merupakan kebutuhan terkait fungsi mereka membuat Perda yang saat ini dengan daerah tujuan di luar pulau (Bali, Lombok dan Makasar), tentu akan tetap memunculkan asumsi bahwa mereka kurang peduli terhadap apa yang sedang terjadi di daerahnya (bencana alam). Apakah memang waktunya sudah sangat mendesak, sehingga keberangkatannya tidak bisa ditunda?,” tukasnya.
Teknologi Canggih Tak Perlu Kunjungan Fisik
Sementara itu, Direktur Merah Putih Institut, Boy Sandi Kartanegara mengatakan, sudah sangat sering mendengar tentang anggota DPRD yang study banding kesana-sini.
“Tujuannya untuk apa lagi? Di jaman yang sudah serba canggih sekarang ini, apa masih diperlukan kunjungan fisik ke luar kota dengan biaya besar yang ditanggung oleh negara? Info yang saya terima, komposisi kepentingan study banding ini hanya 20% kepentingan utamanya, selebihnya hanya dolan-dolan saja,” ketusnya.
Apalagi disaat Kuningan diserang bencana di sana-sini, mestinya Wakil Rakyat punya kepekaan atau empati dengan membatalkan rencana studi banding tersebut. Anggarannya bisa dialihkan untuk penanggulangan bencana.
Atau kalau masih keberatan dengan metode ini, paling tidak diundurkan saja jadwalnya. Wakil Rakyat seharusnya menjadi sebuah entitas yang tak berjarak dengan yang diwakilinya. Ketika yang diwakilinya tertimpa bencana, mereka harusnya ikut merasakan penderitaan dengan ada ditengah-tengah rakyatnya.
“Bukan malah plesir ke tempat-tempat wisata, nginap di hotel mewah dengan makanan gaya eropa lalu belanja-belanja sambil selfie tertawa-tawa. Teu nanaon sih ngan nanaonan mun ceuk Ustadz Evie mah,” sindir Boy.
Ia mempertanyakan, masih perlukah hanya untuk mendapatkan tambahan informasi dengan berbondong-bondong terbang ke sana-sini. Padahal di google hampir semua kebutuhan informasi sudah tersedia. Kalau ingin menatap wajah narasumber di lain kota juga bisa menggunakan Video Call dan aplikasi sejenisnya.
“Kalau metode ini bisa dipakai, akan banyak uang negara yang bisa dihemat dan digunakan untuk kegiatan pembangunan lain yang lebih bermanfaat,” saran dia. (deden)