Connect with us

Hi, what are you looking for?

Kuningan Mass

Sport

Sempat Diteriaki Kata-kata Kasar, Tak Bikin Rani dan Intan Kapok Jadi Wasit

KUNINGAN (MASS)- Olahraga futsal berkembang di Kabupaten Kuningan, sehingga bukan sarana yang semakin banyak, tapi jumlah yang menggeluti profesi wasit dan pelatih pun semakian menjamur. Hal ini karena kebutuhan dimana banyak digelar turnamen.

Salah satu yang tertarik menggeluti wasit adalah  Rani Nopriati  mahasiswa PJKR STKIP Muhammadiyah Kuningan. Dara yang lahir  tanggal  11 November 1998 itu satu dari dua wasit wanita yang ada di Kuningan. Satu lagi adalah bernama Intan.

Kepada kuninganmass.com, Rani mengtakan pertama kali mengikuti kursus wasit futsal level 3 pada  November 2018. Ia tertarik menggeluti karena memang hobi bemain futsal dan merupakan atlet andalan kampus.

Advertisement. Scroll to continue reading.

“Saya berpikir kenapa tidak hanya menjadi pemain tapi juga wasit karena saya liat kesempatan besar dan juga penuh tantangan,” ujar Rani yang diamini oleh Intan.

Usai dinyatakan lulus lisensi wasit, Rani pun seminggu kemudian memimpin pertandingan futsal antar SD. Meski hanya bertajuk SD, namun ia merasa bagaimana tekanan dari penonoton yang meneriaki kata-kata kasar karena kecewa dengan kepemimpinan wasit.

“Yang membuat sayang tenang adalah kakak senior selalu membingbin dan terus memberikan dorongan. Ini penting bagi saya yang masih junior karena mental belum stabil dan belum terbiasa dengan tekanan,” jelas putri Budi dan Nita warga Gang Siaga Kelurahan Purwawinangun Kecamatan Kuningan.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Seiring waktu lanjut dia, cacian dari penonton ataupun teriakan dari pelatih yang kecewa membuatnya sudah terbiasa dan yang terpenting adalah konsisten memimpin laga. Ia menyebutkan, banyak yang kurang paham dengan aturan futsal sehingga banyak yang protes.

Dikatakan, aturan sepakbola dengan futsal sangat berbeda. Ini yang dipahami oleh pemain. Ketika wasit selalu update ilmu sedangkan pemain dan penonton tidak update, maka, akan terjadi miss komunikasi.

Sementara itu,  kisah Intan menjadi wasit tidak jauh berbeda dengan Rani. Bagi Intan yang terpenting menjadi wasit adalah tegas dan benar. Dengan dua kunci itu maka pertandingan akan berjalan lancar.(agus)

Advertisement. Scroll to continue reading.
Advertisement
Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Advertisement