KUNINGAN (MASS) – Salah satu sejarawan muda, Agus Kusman, S.Hum menyoroti soal tugu titik nol yang berlokasi di Jl Siliwangi. Menurutnya peninggalan sejarah seharusnya dijaga dan dirawat pemerintah daerah.
“Dijaga kebersihannya, dilestarikan, apalagi kan ini menyangkut sejarah di Kuningan, harusnya diperkenalkan pada masyarakat,” ujarnya pada kuninganmass.com, Senin (11/11/2019).
Menurut mahasiswa Sejarah Peradaban Islam Pascasarjana UIN Jakarta tersebut, titik nol kilometer sebdiri biasanya sebagai titik yang menjadi dasar dalam pengukuran jarak dari pusat kota ke daerah sekitarnya.
“Nggak mesti tepat di tengah juga sih, tapi memang memberi ciri atau jarak untuk menuju Kuningan. Dengan titik tersebut (sejak masa lalu) menandai bahwa Kuningan telah terhubung ke kota-kota lain lewat jalan pada masa kolonial,” paparnya.
Menurut Agus, yang juga aktif sebagai direktur Kuningan Institute, baik juga jika titik nol tersebut dibangun tugu yang mencolok agar mengingatkan masyarakat pada perjuangan masyarakat membangun transportasi pada zaman dulu.
“Untuk tempatnya, boleh di titik tersebut, meski ya pasti ada protes,” ujar mahasiswa pascasarjana yang dikenal vocal itu.
Baca berita sebelumnya: https://kuninganmass.com/government/titik-nol-kuningan-banyak-orang-tak-tahu/
Meski menganjurkan di lokasi tersebut, agus juga memberikan solusi konkrit dengan membangun ikon titik nol baru.
“Mengingat titik nol Kuningan sekarang kan dijadikan lahan usaha para pedagang di jajaran Jalan Siliwangi yang pastinya akan mengalami penolakan dari para pelaku usaha di wilayah tersebut. Bisa saja dipindahkan,” sarannya.
Menurut Agus, contoh pemindahan tersebut cukup banyak. Titik Nol Jakarta yang awalnya di Menara Syahbandar menjadi ke Monas sebagai penanda yang halus pemindahan pusat kota Batavia dari Kota Tua ke wilayah Weltevreden seperti yang dilakukan oleh Gubernur Jendral Belanda yang bernama Deandels di masa silam.
Baca juga: https://kuninganmass.com/social-culture/tugu-titik-nol-dibangun-oleh-van-beck/
Bentuk bangunan monumennya sendiri, pria asal Desa Sangkanurip Cigandamekar ini memberi opsi, agar membangun ikon titik nol yang memiliki nilai historis kuat pada Kuningan, entah itu kuda atau ikon lain.
“Pemerintah seharusnya peduli dengan cara merawat peninggalan-peninggalan sejarah di Kuningan. Bukan hanya titik nol, ada juga Rumah Panggung Eyang Hasan Maolani, Makam-makam Kiai Kuningan yang ada di Winduherang, Luragung dan situs-situs sejarah lainya. Jangan sampe peninggalan sejarah rusak oleh manusia ataupun rusak karena usia,” pungkasnya. (eki)