KUNINGAN (MASS) – Rafly Zulfikar, aktivis muda yang konsen terhadap budaya mengutarakan bahwa hari ini, banyak situs budaya yang seolah “terlupakan”.
Rafly, mencontohkan hal itu pada apa yang ada di Kabupaten Kuningan. Kota kuda ini, lanjutnya, punya situs internasional yang bahkan diakui di beberapa negara.
Adalah Situs Gedung Naskah Perundingan Linggarjati. Peninggalan budaya ini, merupakan situs yang diakui beberapa negara, termasuk Belanda.
“Kuningan mempunyai situs berharga di Linggarjati. Karena Linggarjati Ini berperan dalam perakitan kemerdekaan Indonesia. Linggarjati Ini jadi situs yang memang sangat besar, bahkan menjadi tanda bukti bahwa Kuningan berperan dalam perakitan kemerdekaan,” tuturnya baru-baru ini.
Pengetahuan ini, lanjutnya, harusnya sangat penting diketahui bagi generasi milenial. Dengan begitu, dari generasi ke generasi, Linggarjati harus jadi kebanggaan warga Kuningan.
Tapi banyak orang, kata Rafli, bahkan zaman milenial ini hanya beberapa orang saja yang ingin menengok ke Linggarjati tersebut. Sedikit yang ingin mengetahui apa itu Gedung Naskah Perundingan Linggarjati. Dirinya merasa cukup prihatin di zaman sekaanh.
“Dan saya sempet ngbrol bareng Budayawan di Linggarjati, Nana Bolin. Beliaupun ingin ada pelatihan untuk mahasiswa dan siswa-siswi Kuningan agar lebih peduli terhadap soal sejarah di Linggarjati, karena Ini sejarah yang yang besar,” terangnya.
Bukan hanya itu, Rafly mengaku prihatin, karena di momentum Hari Pahlawan kemarin, generasi milenial hanya bisa merayakan, tapi tidak tahu simbolisnya, tidak tahu sejarahnya.
“Untuk Itu saya mengajak kepada pemuda-pemudi di Kuningan untuk Jasmerah , (Jangan Sesekali Melupakan Sejarah). Bangsa yang besar itu adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah dan para pahlawan,” imbuhnya.
Dikataka Rafly, tidak banyak yang tau sebenarnya apa yang jadi alasah persiden RI pertama ( Ir Soekarno ) ke Kuningan dan secara khusus Linggarjati jadi tempat berubdingnya.
“Keresahan para sejarawan Indonesia, bahkan para sejarawan Nusantara, di zaman milenial, di zaman serba Internet Ini, para pemuda-pemudi banyak yang melantarkan sejarah,” ujarnya.
Bahkan, dari apa yang diobrolkan Rafly dengan sejarawan Linggarjati Nana Bolin, banyak milenial yang bukan hanya tidak tahu sejarah Linggarjati, bahkan sejarah desanya sendiri pun banyak yang tidak tahu. (eki)