CILEBAK (MASS) – Meski jauh dari pusat kota Kabupaten Kuningan, nama Situ Kabuyutan di Desa Legokherang Kecamatan Cilebak cukup tenar terutama Kuningan wilayah selatan.
Situ Kabuyutan sendiri memang cukup unik. Situ yang berada di tengah kepungan kebun dan sawah tersebut, memiliki cara sendiri dalam mempertahankan kelestariannya, meski salah satunya adalah rumor mistis.
Salah satu sesepuh Desa Legokherang, Abah Ranta (60) berbagi cerita pada kuninganmass.com soal Situ Kabuyutan. Dirinya menuturkan bahwa Situ Kabuyutan terbentuk oleh sebuah bencana.
“Tahun 80an, ada bencana dan terbentuklah situ-situ disana,” ujarnya, Jumat (1/11/2019).
Situ Kabuyutan sendiri merupakan salah satu situ yang terbentuk di Desa Legok, selain dua lainnya yang berada terpisah meski tidak terlalu jauh. Bahkan ada satu lagi situ yang terbentuk dari sawah yang terendam.
“Disebut Kabuyutan ya karena ada keramatnya, dulu ada batu papangkuan, batu patarosan, peninggalan zaman purbakala,” ceritanya.
Terletak diantara asrinya alam memang menarik bagi siapa saja untuk mencoba berkunjung. Kuninganmass.com juga coba melakukan perjalanan panjang dan menantang untuk melihat langsung Situ Kabuyutan.
Melewati jalanan dengan waktu yang lama, keadaan jalan banyak yang tak mulus, dan sampai di Legokhrang yang cuacanya dingin justru tantangan yang mengasyikkan.
Kembali soal batu yang dikeramatkan, konon batunya dicuri 3 orang pemuda dari luar kabupaten.
“Mungkin buat dijual sih, tapi ya sekarang yang nyurinya juga, katanya udah meninggal,” tuturnya dengan sedikit kecewa karena simbol kabuyutan sekarang sudah hilang.
Meski batu papangkuan sudah hilang, bagi masyarakat setempat Situ Kabuyutan tetap memiliki peranan tersendiri. Selain banyak pantangan yang terkesan mistis, jika dilihat dari cara pelestarian menjaga alam, Situ Kabuyutan adalah salah satu sumber air dan keadaan alam yang berhasil bertahan.
“Jangan tingkah sembarangan, apalagi sama perempuan. Jangan berak di sana, jangan juga menangkap ikan berlebihan, kalo cuman mancing mah ya boleh lah,” paparnya.
Abah Ranta bercerita beberapa kejadian akibat melanggar larangan. Ada yang sakit dan bahkan meninggal.
“Kalo sekarang mah udah jarang lah, lagian kalo percaya menduakan kekuatan Allah kan, kata ustadz sekarang mah, musyrik,” tambahnya.
Terlepas dari beberapa cerita yang beraroma mistis, batu peninggalan yang dicuri meski masih ada sisa batu yang lain, dan cerita satu-dua orang melihat penampakan ikan sebesar orang dan lemari, Situ Kabuyutan tidak lepas dari manfaat untuk manusia.
Saat kuninganmass.com coba diarahkan dan diantar beberapa warga setempat, masih terlihat beberapa orang memancing ikan di sana. Seorang lelaki paruh baya juga terlihat memanjat pohon “caruluk” untuk diambil getahnya menjadi gula aren.
Belum lagi jika airnya penuh, ada saluran yang menghubungkan Situ Kabuyutan dan area luar untuk dipakai irigasi dan pengairan ladang dan kebun. Sayang memang, melihat Situ Kabuyutan airnya sedang surut. Spot foto untuk anak millenial jadi kurang greget.
Tempat seasri dan seindah itu, sayang untuk tidak dikunjungi. Dan meski tidak ada rumor mistis, sumber kehidupan dan kelestarian alam memang harus dijaga. (Eki)