KUNINGAN (MASS) – Pandemi yang sudah berjalan selama satu tahun lebih ini, ternyata cukup banyak merubah kebiasaan masyarakat.
Begitulah yang dikatakan Suryaman, saat ditanya kenapa dalam setahun terakhir belakangan ini, warga Desa Rajadanu Kecamatan Japara ini memilih bercocok tanam hidroponik.
“Awalna ku seer waktu luang, jadi seer nganggurna. Hoyong jadi pengangguran anu sukses a,” ujarnya sembari tersenyum lebar, Selasa (25/5/2021) siang.
Suryaman, mengaku mempelajari hidroponik secara autodidak dari Youtube. Disebutnya, di Youtube banyak sekali cara budidaya bahkan perternakan.
Surayaman sendiri membuat hidroponik di lahan pinggir jalan dekat rumah. Sebuah saung yang dilapisi plastik dan jaring, mengelilingi tanaman hidroponiknya berupa kangkung dan selada.
Warna hijau cerah, serta susunan yang tertata rapih memang memanjakan mata yang memandanga.
Saung yang di-set agar tetap rapih ini, menambah kesan mahal dan higenis dari tumbuhan.
“Memang keungulan hidroponik itu, salah satunya dari bentuk yang lebih bagus. Terus tak perlu repot kotor-kotoran tanah karena kan pakenya sirkulasi putaran air,” sebutnya:
Dirinya menyebut, paling agak direpotkan setelah panen yang ketiga. Dimana harus membersihkan paralon-paralin dari lumut. Dan itu cukup perlu waktu.
“Kalo panen mah berangsur-angsur, berputar karena nanamnya emang gak bareng, ada yang pas nyemai, ada yang masih remaja, ada yang udah siap panen. Sekali panen sampelah 25 kg, tapi ya itu tuh paling sajalur doang, karena kan yang lainnya masih remaja,” imbuhnya menjelaskan.
Meskipun hidroponik dikesankan mewah dan mahal, ternyata Suryaman masih menjualnya dengan cara dan harga yang tak jauh berbeda dari sayuran pada umumnya.
Dirinya mengaku, market mewah bisa membuat sayurnya lebih mahal. Tapi masih terkendala produksi yang terbatas. Meski begitu, dirinya ada rencana untuk market atas. Hanya saja masih persiapan tempat, bahkan juga tengah mencari lahan persawahan yang memang kosong dan bisa disewakan untuk produksi lebih banyak.
Sampai saat ini, Suryaman masih menjual hasil panennya secara offline karena memang masih terbatas produksinya. Tapi, dirinya sendiir menikmati hasil sayuran hidroponiknya, biasanya serba dadakan. Hari itu mau, hari itu metik dan dipasak. Lebih segar.
“Awet kalo di kulkas mah tiga hari oge,” sebutnya sembari menceritakan sang istri yang juga berjualan sayur di rumah. (Eki)