Connect with us

Hi, what are you looking for?

Lifestyle

Sepi Penumpang, Delman Bendi Bermunculan

KUNINGAN (MASS)- Tidak bisa dipungkiri menjamur ojek, baik ojek pangkalan maupun ojek online membuat keberadaan transportasi delman/dokar kian tersisih. Untuk itu saat ini para pemilik delman atau dokar mulai berbenah.

Salah satu langkah yang diambil adalah memodifikasi delman menjadi delman bendi atau delman hias. Meski harus merogoh kocek cukup besar tapi para kusir mau berkorban.

Delman bendi itu saat ini mulai bermunculan di sekitar Taman Kota Kuningan. Meski jumlahnya masih 10 delman. Namun, langkah ini cukup berhasil.

“Saya mencoba menawarkan delman bendi dan responnya cukup bagus. Perbedaannya dengan delman biasa adalah delman didekorasi menjadi delman hias yang ditambah dengan tiga buah payung,” ucap Edi salah seorang kusir delman bendi kepada kuninganmass.com, Sabtu (7/10/2017) di depan taman kota.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Ayah lima anak ini mengaku, dengan dimodifikasi warga menjadi tertarik sehingga mau berkeliling seputar kota. Ia pun mematok harga sekali keliling Rp25 ribu.

Warga Lebakardin ini mengaku, dengan delman bendi pengsilanna cukup tinggi terutama seperti akahir pekan. Minimal bisa mengantungi uang Rp150 ribu.

“Selain diberikan kepada istri, saya sisipkan untuk membayar modal membuat delman. Karena untuk membuat delman hias diperlukan dana Rp10 juta,” tandas pria yang sudah menggeluti profesi kusir sejak 1970 itu.

Edi yang didampingi Budi, mengaku,  saat ini ada 10 pemilik delman yang memilih berganti ke delman bendi. Meski pada pagi hari hingga sore hari menggunakan delman biasa karena penumpang ramainya pada sore hingga malam.

Advertisement. Scroll to continue reading.

“Mudah-mudahan ini langkah positif untuk menyelamatkan tranportasi kebanggaan Kuningan,” tandasnya.

Terpisah, Sekertaris Perdokar (Persatuan Dokar) Kuningan Toto mengaku, cara seperti ini harus ambil oleh para pemilik delman. Pasalnya, jumlah penumpang terus menurun.

Pihaknya sudah lama ingin melakukan cara seperti ini dan baru terwujud. Pasalnya, hingga saat ini organisasi belum bisa membantu sehingga tergantung kemampuan sang pemilik.

“Meski tidak akan semua tapi minimal bisa mempertahankan agar dokar terus ada. Kalau penghasilan menurun pastinya pemilik akan menjual kudanya karena biaya operasional tidak sebanding,” ucap Toto. (agus)

Advertisement. Scroll to continue reading.
Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Advertisement
Exit mobile version