KUNINGAN (MASS) – Merantau ke tanah yang jauh, terutama ke kota-kota besar seringkali dianggap jalan keluar dari berbagai persoalan, apalagi dalam bidang ekonomi. Tapi berbeda dengan Endang Zainal Muttaqin, pemuda asal Cibahu Desa Jatisari Kecamatan Subang Kuningan tersebut memilih hal sebaliknya. Setelah sekitar 5-6 tahun mengembara di tanah perantauan, dirinya akhirnya memilih kembali ke Kuningan.
“Dulu kerja di PT pernah, pindah-pindah, terakhir kerja di Adira, di kantornya sekitar 3 tahunan,” ujarnya saat ditemui di lapaknya sekitar taman kota, Senin (4/11/2019) malam.
Endang bercerita pada kuninganmass.com, gaji yang diterimanya di perantauan cukup besar. Awal bekerja saja pada tahun 2013 sudah mencapai angka 6 juta rupiah.
“Tapi gak tau, cepet abis aja, biaya hidup juga tinggi kan, gak tau kalo kurang berkah,” ucapnya sambil tertawa-tawa kecil.
Saat ditemui kuninganmass.com, Endang sedang berjualan Cakueh Bandung di sekitar Taman Kota Kuningan, tidak jauh dari pos polisi, tepatnya di depan toko obat Mandjur. Beberapa kali obrolan kami terpotong karena banyak pelanggan yang berlangganan cakuehnya.
Aroma cakueh yang mengembang terasa menggoda. Tekstur lembut cakueh ditambah dengan sausnya yang khas membuat pelanggan tak ingin membeli ke lain pedagang. Belum lagi Endang sangat ramah dan terbuka pada pembeli.
Endang kembali bercerita soal profesi yang digelutinya saat ini. Dirinya merasa lebih nyaman dan keuangannya lebih baik.
“Ya enak aja sekarang mah, sambil nongkrong, kayak bukan kerja, tapi uang dapet,” ceritanya antusias.
Endang bahkan menyebut penghasilannya bisa melebihi gajinya saat di perantauan.
“Kalo lagi rame, kayak malam sabtu atau malam minggu, atau pas CFD lah, ya sehari bisa 500 ribu lebih keuntungannya, yang penting kitanya jaga kualitas, terus sekarang mah bisa nyimpen,” ujarnya sebelum kembali melayani pelanggan yang datang.
Dirinya bercerita, awalnya tidak terpikir untuk usaha di kota sendiri. Apalagi dirinya sudah terbiasa bekerja sejak lulus SLTA. Meski begitu, alasan utama dirinya mau coba-coba berjualan di Kuningan adalah orang tua.
“Biar dekat dengan orang tua, apalagi di rumah kan si ibu sendirian. Terus, bapak dan kakak saya juga kan berjualan cakueh di Bandung, jadi pas saya nyoba, eh nyaman juga ternyata. Mungkin turunan ya,” tutur Endang yang tak lepas dari tertawa-tawa.
Di tempat jualan, awak media ini dijamu dengan sangat baik. Segelas kopi dan cakueh terbaik dihidangkan menemani obrolan. Suasana malam yang tenang juga menambah keasyikan. Tak terasa lagi dinginnya angin sepoi-sepoi yang sejak tadi bertiup. Hangat, larut dalam suasana.
Saat coba ditanyai soal masih membujang, Endang mengaku sudah mulai terpikir untuk menikah, namun belum ada yang pas dan mendapat restu orang tua.
“Ada sih yang suka minta nomer HP kalo abis jualan, tapi kadang ya kitanya sendiri yang rada gimana ya. Biasanya kan laki yang ngajak kenalan, minta nomer duluan. Kalo kita yang diajak, mikirnya, ah itu mah berpengalaman,” tutur Endang dengan nada serius.
Meski begitu, Endang memang mengaku belum merasa terlalu harus menikah cepat-cepat, apalagi usianya masih terbilang muda, 23 tahun.
Hal lain coba kuninganmass.com tanyakan pada Endang, yakni soal rencana revitalisasi taman kota yang akan membuatnya pindah lokasi dari lapaknya saat ini.
“Sebenarnya kalo nanti pindah, ya kita dari nol lagi, pelanggan kan gak tau kita dimana, tapi ya terserah, mudah-mudahan rezeki mah tambah baik,” ujar Endang mengakhiri percakapan malam itu.
Endang sendiri lekas beres-beres tempat. Malam itu jualannya sisa sedikit. Berjualan sejak jam setengah 4 sore memang cukup strategis. Tapi kebanyakan pedagang tutup pukul 10 malam. (eki)