KUNINGAN (MASS) – Hingga saat ini warga Dusun Sukasari Desa Cijemit Kecamatan Ciniru selalu menjaga tradisi. Salah satu tradisi yang masih terjaga adalah ketika melaksanakan prosesi ibadah kurban adalah saweran.
Setelah melaksanakan penyembelihan warga yang melaksanakan ibadah kurban wajib melakukan saweran. Mereka sudah menyiapkan uang recehan logam hingga kertas. Untuk nominal uangnya tergantung mulai dari Rp2.000 hingga Rp100 rebu.
Warga sendiri sudah siap-siap di rumah yang akan melakukan kurban. Begitu juga yang punya hewan kurban ke luar rumah warga langsung menyambut dengan teriakan ‘sawer, ‘sawer’. Tanpa di komando uang recehan di lempar.
Mereka sebelumnya menyediakan uang recehan hingga jutaan rupiah. Uang receh bahkan ratusan ribu itu disimpan di baskom yang di dalamnya ada beras dan permen. Anak kecil , remaja, dewasa hingga orang tua berebutan yang saweran.
Wajah ceria terlihat dari semua warga. Bagi mereka ini hiburan murah meriah yang dinanti setiap lebaran Idul Adha. Bagi yang beruntung ada yang dapat Rp50 rebu, tapi kebanyakan rata mendapatkan uang saweran. Bukan hanya uang tapi ternyata ada beras dan juga permen. Dari semua itu memiliki makna yang tersirat.
Dari pantauan kuninganmass.com warga sudah sepakat bahwa setiap ada yang melaksanakan ibadah kurban maka harus melakukan “ritual” ini. Mereka tidak ingin disebut kewalat maka secara turun temurun melaksanakan tradisi.
Sebenarnya, ritual pertama yang dilakukan warga adalah melakukan pengajian pada malam hari sebelum pemotong. Cara ini agar prosesi berjalan lancar dan juga penentuan tugas panitia hewan kurban.
“Ini tradisi kami yang akan dijaga sampai kapan. Banyak makna yang tergandung dalam tradisi ini,” ujar Ustad Nana Herdiana kepada kuninganmass.com Rabu (22/8/2018).
Dikatakan tahun ini ada lima hewan kurban yakni satu sapi dan empat kambing. Dibanding tahun lalu jumlahnya lebih sedikit. Daging kurban itu akan disebar ke 80 KK secara merata. Untuk kulit sapi dan kambing akan jadikan untuk bedug. (agus sagi mustawan)