NUSAHERANG (MASS) – Bertempat di RT 17 RW 05 Desa Jambar Kecamatan Nusaherang Rumah Abah Saiman berdiri tidak tegak. Rumah yang luasnya hanya sekitar 4 × 6 meter itu harus menampung sampai 10 jiwa. Abah Saiman, sang Istri, anak dan cucunya harus berdesak-desakkan setiap harinya.
Abah Saiman sedang tidak di rumah saat kami berkunjung ke kediamannya. Hanya ada Ibu Timu (Istri Abah Saiman), Teh Neni (anak pertama), anak bungsunya yang masih SD, dan seorang cucu yang masih sangat belia dan lucu.
Ibu Timu dan Teh Neni menyambut baik kedatangan kuninganmass.com ke rumahnya. Adiknya yang masih usia SD berlari-lari bersembunyi, malu-malu. Kami akhirnya duduk di ruang tengah.
“Katanya sih, sudah sejak saya lahir rumah ini tidak banyak berubah,” ujar Teh Neni yang saat ini 30 tahun tersebut, Selasa (9/10/2019).
Rumah yang ditinggali pasangan Abah Saiman-Ibu Timu dan anak serta cucunya ini jauh dari kata layak. Rumah yang dominan berdinding bilik itu, bukan hanya dalam keadaan tidak baik, tapi juga memprihatinkan.
Langit langit rumah yang sudah bobrok, ketahanan kayu penyangga genting yang mulai rapuh, genting-genting juga sudah tidak terpasang rapih membuat khawatir jika ke depan musim hujan, turun dengan lebat.
“Dulu pernah ada bantuan, 10 tahunan lebihlah, tapi hanya cukup buat ganti bilik aja, itu juga sebagian yang sekarang jadi asbes,” ujarnya bercerita.
Abah Saiman hingga saat ini hanya bisa kerja serabutan. Begitu juga anak-anaknya yang sudah cukup umur. Tidak ada pekerjaan tetap. Hanya bekerja jika ada yang meminta.
Setiap malam, Keluarga Abah Saiman terpaksa harus berbagi kamar tidur yang tiga ruangan itu untuk 10 orang. Kadang-kadang, sebagian terpaksa menggunakan tikar untuk tidur di lantai yang tidak dikeramik.
“Kalo yang moto-moto mah udah banyak a, tapi ya sampai sekarang tetap begini,” ucapnya polos saat kami tanyai apakah ada perhatian pemerintah setempat ataupun swasta lainnya.
Dua dari 6 anaknya sudah menikah, salah satunya tinggal terpisah karena dibawa suami. Keluarga Teh Neni yang bertahan dirumah dengan anaknya yang lucu. Mengurus rumah dan kesehatan bu Timu dan adik-adiknya.
Ibu timu memang sudah tua renta, tergambar dari keriput yang sudah banyak dan jalannya yang penuh kehati-hatian.
Awak media ini meminta ijin mengambil gambar di rumahnya. Gambar seadanya yang bisa ditangkap dengan kamera hp. Menelusuri ruangan demi ruangan yang membuat orang yang melihat tambah ngeri dan linu. Belum lagi kalau dilihat dari luar. Rumah yang menampung 10 jiwa di dalamnya tersebut, tepat berada di pinggiran, tebing.
Dadan Hamdani (26), salah satu warga Jambar menyebutkan, beberapa warga Jambar masih hidup dalam ketimpangan yang jauh, sedangkan program-program pemerintah seperti halnya Rutilahu, tidak menjangkaunya.
“Ini kan perlu perhatian yang segera dari pemerintah, apalagi sekarang mau masuk musim penghujan, kan kasihan nanti kalo sampe bocor,” ujar Hamdan. (eki/trainee)