Connect with us

Hi, what are you looking for?

https://www.google.com/adsense/new/u/0/pub-3893640268476778/main/editContentAds?webPropertyCode=ca-pub-3893640268476778&adUnitCode=1128420475 Smart Widget MGID

Netizen Mass

Sasakala Desa Ciangir dan Alasan Dilarang Adanya Bedug

KUNINGAN (MASS) – Desa Ciangir adalah merupakan sebuah desa yang terletak di sebelah selatan Kecamatan Cibingbin dan merupakan desa perbatasan dengan Jawa Tengah yaitu Kecamatan Salem Kabupaten Berebes dan berada di Kabupeten Kuningan, dimana jarak desa ke ibukota kecamatan 4 Km, sedangkan jarak ke pusat pemerintahan Kabupeten Kuningan adalah 41 Km.

Dilihat dari topografi dan kontur tanah Desa Ciangir Kecamatan Cibingbin secara umum berupa sawah dan tegalan yang berada pada ketinggian antara 500 m s/d 600 m diatas permukaaan laut dengan suhu rata-rata berkisar antara 28 s/d 30 derajat Celcius. Desa Ciangir terdiri dari 3 (tiga) dusun, 6 (enam) RW dan 26 (dua puluh enam) RT. Orbitasi dan waktu tempuh dari ibukota kecamatan 4 Km dengan waktu tempuh 30 menit dan dari ibukota kabupaten Kuningan 36 Km dengan waktu tempuh 120 menit.

Desa Ciangir adalah salah satu desa di kecamatan Cibingbin yang mempunyai luas wilayah 3 Km2. Jumlah Penduduk desa Ciangir sebanyak 3.438 jiwa yang terdiri dari 1.647 laki-laki dan 1.782 perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.040 KK, sedangkan jumlah keluarga miskin (Gakin) 553 KK dengan persentase 30% dari jumlah keluarga yang ada di Desa Ciangir

Advertisement. Scroll to continue reading.

A. MASA PERJUANGAN

Waktu Negara Mataram mendapat serangan dari tentara Belanda diantara seorang pahlawan lari ke arah barat, karena beliau tidak mau tunduk kepada Belanda, beliau seorang yang sakti, perjalanan pada waktu itu menelusuri gunung, dan beliau dijadikan buronan (Karaman).

Setelah turun gunung naik gunung, beliau (pahlawan Mataram) sampailah di sebuah dusun yang terletak di lereng gunung tepi sebelah timur Gunung Tilu, dusun itu bernama Cingalung, dusun itu hanya didiami oleh beberapa umpi saja, tetapi dia merasa tidak aman diam di dusun itu, karena menurut perhitungannya Belanda akan mudah menangkapnya, lagi pula dia sudah menjadi catatan (dokumen) belanda.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Maka ia pergi lagi dari dusun itu ke arah utara, dengan maksud ingin hidup sebagai Peladang, menemukan sebuah tempat yang datar dan dia membuka hutan, pada waktu dia lari dari Mataram, namanya CIPTANALA, setelah sampai ditempat itu, namanya diganti dengan DITANALA. Belanda tidak tinggal diam, setelah diketahui larinya ke arah barat maka dikirimkanlah pasukan untuk mencari buronan Ki Ciptanala.

Dengan secara kebetulan sampailah ditempat yang sedang dicarinya dan bertemu dengan yang dicarinya, tetapi tetapi belanda tidak hapal rupanya, haya tau namanya saja, kemudian pimpinan pasukan bertanya kepada seorang yang sedang bekerja, diantara pertanyaannya sebagai berikut:

“Apakah kamu mendengar dan mengenal kepada yang bernama Ciptanala? Apakah ada disini?” Maaf tuan saya tidak tau dan tidak mengenal. Siapa namamu?” Nama saya Ditanala dan pekerjaan saya haya bertani. “Kemana terusan jalan ini?” (sambil mencatat nama orang tersebut) Kesana tuan ke selatan. Belanda tidak menaruh curiga, dan terus melanjutkan perjalanan, setelah kira-kira 100 m jaraknya, dengan kesaktian Ki Ciplanala (Dilanala) ditiupnya pasukan Belanda dari belakang hingga mati semuanya. Ki Ditanala berpikir, mesti nanti akan datang lagi pasukan yang menyusulnya, maka beliau meninggalkan tempat itu kembali ke Dukuh Cinyalung, tetapi sebelum meninggalkannya beliau membuat ciri di tempat itu yang merupakan makam/kuburan. Ciri makamnya sekarang masih ada dan mendapat pemeliharaan Kuncen, dengan julukan “Makam Sudi Mampir”

Advertisement. Scroll to continue reading.

Setelah kembali lagi ke Cinyalung, ia bekerja dengan istrinya membuat Gula Kawung. Belanda di pusat merasa heran, karena pasukan yang dikirim terlebih dahulu belum kembali, maka dikirim lagi pasukan untuk menyusulnya, datang ketempat yang dituju ternyata pasukan mati semua, kemudian melaksanakan pemeriksaan, ditemukan catatan nama Ditanala, pasukan Belanda itu menuju dukuh Cinyalung.

Buyut Ditanala mengetahui belanda sudah datang, ia berkata pada istrinya “Ni ( nene), saya akan mencari tempat untuk ibadah (sholat) sebagai samaran, jika belanda datang kesini jangan diberitaukan, pura-pura tidak tau”, buyut ditanala pergi kearah barat dan mencari sungai serta batu yang datar, setelah menemukan beliau sembahyang. Belanda datang ke Cinyalung dan menemui istrinya buyut ditanala yang sedang memanaskan bahan gula yang sedang mendidih haya pakai tangan saja tanpa alat.

Belanda meneruskan perjalanan ke arah barat dan bertemu dengan orang yang sedang sembahyang, kemudian menanyakan ki ditanala: “Apakah kamu mendengar dan mengenal kepada yang bernama Ditanala? Apakah ada disini?” Maaf tuan karena saya seorang santri yang kerjanya haya sembahyang saja, barang kali ke barat, Belanda tidak menaruh curiga apa-apa. Akhirnya pasukan Belanda meneruskan perjalannya, setelah lewat dan kira-kira 100 m pasukan Belanda ditiup lagi dari belakang hingga mali semua. Buyut Ditanala kembali lagi ke Cinyalung dan sebelum pulang membuat lagi kuburan, kuburan ini diberi nama “Makam Kisantri”.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Sedatangnya di Cinyalung berunding dengan istrinya yang maksudnya untuk meninggalkan tempat itu, karna pasti belanda akan menyusul kembali, sedangkan Buyut sudah merasa berat karena banyak membunuh musuh. Setelah sepakat, suatu waktu berangkat ke arah utara menuju tempat semula (Sudi Mampir) dan singgah dahulu disana (mampir), sebelum meninggalkan tempat itu Buyut Ciptanala/Ditanala berkata (Nurunkeun Basa) sebagai berikut: “Isuk jaganing geto kepada anak cucu (incu) kaula anu asalna ti daerah wetan (Jawa Tengah), sing saha bae boga kahayang datang ka ieu tempat (Sudi mampir) atawa jaroh, tinangtu bakal diijabah sakahayangna”. Sesudah berkata demikian, Buyut pergi ke arah barat menetap sampai meninggalnya di Desa Tanjung Sari (Sampay Kecamatan Ciwaru).

Note: Sampai sekarang banyak orang yang berkunjung (ziarah) ke makam Sudi Mampir, utamanya dari daerah Jawa Tengah, umpama yang bermaksud mencaloncan Kuwu (Kepala Desa, ataupun lainnya. Diantaranya ada terletak cita-cita jadi Kuwu, Kaya, Naik Pangkat, selamat dari perkara Kejaksaan dsb. Kuncen yang memegang adalah Aki Mahyar.

B. SASAKALA DESA

Advertisement. Scroll to continue reading.

Setelah Buyut Sudi Mampir (Ki Santri, Ditanala, Ciptanala, Wayuga Jatya) meninggalkan Dukuh Cinyalung dan Belanda tidak datang lagi, umpi disana kehilangan tuan-tuannya kemudian ditunjuk Buyut Hasanudin seorang Lebe (Kiyai) oleh umpi-umpi di Cinyalung untuk menjadi Kuwu, maka karena menjabat 2 Jabatan, yaitu: Lebe dan Kuwu istilahnya disebut Aki Bewu. Aki Bewu pada waktu itu sering seba ke Gebang (Mengunjungi Pinangeran) dan kalau seba cukup mengendarai Pelapah Kelapa (baralak). Keseniannya Calung, Gendang. Karena sudah tua kekuwuannya diserahkan kepada anaknya yang bernama MAYA TARUNA.

Buyut Maya Taruna setelah menjadi Kuwu, merencanakan akan memindahkan kampung, dicarinya tempat kearah utara dan menemukan sebuah dataran yang diapit oleh dua buah sungai. Tempat itu penuh dengan Pohon Simpur, maka tempat itu dinamai DUKUH SIMPUR (Ciangir Sekarang), mungkin di Cinyalung dirasakan kurang aman, karena sudah dikenal belanda.Kemudian pindah ke Dukuh yang baru yang dinamai Dukuh Simpur, kemudian Buyut Maya Taruna pun seba ke Pinangeran ke Gebang, merundingkan dan menanyakan untuk nama tempat itu.

Dari Gebang Buyut Taruna disuruh pulang, haya sebelum sampai di Dukuh Simpur disuruh di angir (keramas) dahulu di anak sungai yang mengalir di sebelah barat kampung. Karena Buyut Maya Taruna diangir dulu dan segala prilaku pimpinan pada waktu itu dianggap dan banyak yang ditiru sehingga Dukuh Simpur pun diganti namanya menjadi CIANGIR, yang berarti “Cai Tempat Diangir”.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Kesenian yang sangat digemari oleh masyarakat pada waktu itu adalah seni Calung yang dilengkapi dengan Gendang, permainannya adalah Sulap.

Suatu waktu kesenian Ciangir (Calung Gendang dan Sulap) mendapat undangan dari Desa Gunung Jawa untuk memperlihatkan kemeriahannya, rombongan berangkat ke Desa Gunung Jawa, pada waktu mempermainkan Sulap, yaitu menyembelih manusia dengan diiringi Gendang dan Calung, ternyata kepala orang itu (yang disembelih) hilang tidak dapat diketumukan lagi.

Rombongan merasa cemas apalagi kepala rombongan, kemudian mengadakan pengumuman dan edaran, tetapi tidak ada yang mengaku berbuat curang, setelah tidak ada yang mengaku tetap kepala orang yang disembelih itu tidak diketemukan. Maka kepala pimpinan mengeluarkan kesaktiannya, yaitu menanam Biji Waluh pada waktu itu, waluhpun (labu) tumbuh dan langsung berbuah, buahnya dipetik, kemudian mengadakan pengumuman “Kepada siapa yang mempermainkan agar dengan segera kepala orang itu dikembalikan” tetapi tetap tidak ada yang mengaku (karena sama dengan mengadu kesaktian).

Advertisement. Scroll to continue reading.

Pemimpin tidak sabar, lalu waluh dibelah diatas panggung, tiba-tiba orang yang mempunyai ilmu di Desa Gunung Jawa itu (orang yang mempermainkan) kepalanya pecah, dan kepala orang yang hilang itu ada didalam gendang, kulit kendang dibuka sebelah dan orang itu hidup kembali.

Setelah datang ke Ciangir, maka keluarlah ucapan mendapat malu “Pikeun anak incu jeng turunanna Desa Ciangir teu benang nanggap calung jeng gegendangan atawa nabeh gendang, sing saha anu ngarempak ieu wangsittinangtu panggih balukar atawa kacilakaan’. Sampai sekarang di Desa Ciangir tidak ada Bedug, boleh nabuh Gendang asalkan jangan tertutup semua (seperti reog). Demikian lah sejarah Desa Ciangir, Assallamualaiku Warohmatullohi Wabarokatuh, Amiiiiin.

a. Urutan Jabatan Kepala Desa (Kuwu) dari Pertama – Sekarang

Advertisement. Scroll to continue reading.

1. Komarudin/Bewu (Kepala Desa Pertama)

Menjabat sebagai Kepala Desa pertama mulai dari tahun 1675 sampai dengan tahun 1725.

2. Maya Taruna (Kepala Desa Kedua) 1765.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Menjabat sebagai Kepala Desa Kedua mulai dari tahun 1725 sampai dengan tahun

3. Maya Wangsa (Kepala Desa Ketiga)

Menjabat sebagai kuwu Ketiga mulai dari tahun 1765 sampai dengan tahun 1800.

Advertisement. Scroll to continue reading.

4. Singakerta (Kepala Desa Kempat)

Menjabat sebagai Kepala Desa Keempat mulai dari tahun 1800 sampai dengan tahun 1845

5. Raksa Perwata (Kepala Desa Kelima)

Advertisement. Scroll to continue reading.

Menjabat sebagai Kepala Desa Kelima mulai dari tahun 1845 sampai dengan tahun 1864.

6. Buyut Kerta Perwata (Kepala Desa Keenam)

Menjabat sebagai Kepala Desa Keenam mulai dari tahun 1864 sampai dengan tahun 1879.

Advertisement. Scroll to continue reading.

7. Wangsa Perwata (Kepala Desa Ketujuh)

Menjabat sebagai kuwu Ketujuh mulai dari tahun 1879 sampai dengan tahun 1944.

8. Sastra Winata (Kepala Desa Kedelapan)

Advertisement. Scroll to continue reading.

Menjabat sebagai Kepala Desa Kedelapan mulai dari tahun 1944 sampai dengan tahun 1967.

9. Uta (Kepala Desa Kesembilan/PJS)

Menjabat sebagai Kepala Desa Kesembilan mulai dari tahun 1967 sampai dengan tahun 1970.

Advertisement. Scroll to continue reading.

10. Daryan (Kepala Desa Kesepuluh)

Menjabat sebagai Kepala Desa Kesepuluh mulai dari tahun 1970 sampai dengan tahun 1975.

11. Sujana (Kepala Desa Kesebelas)

Advertisement. Scroll to continue reading.

Menjabat sebagai Kepala Desa Kesebelas mulai dari tahun 1975 sampai dengan tahun 1980.

12. Usman (Kepala Desa Kedua belas)

Menjabat sebagai Kepala Desa Keduabelas mulai dari tahun 1980 sampai dengan tahun 1989.

Advertisement. Scroll to continue reading.

13. Muhpid (Kepala Desa Ketiga belas)

Menjabat sebagai Kepala Desa Ketigabelas mulai dari tahun 1989 sampai dengan tahun 1997.

14 . Kuswari (Kepala Desa Keempat belas)

Advertisement. Scroll to continue reading.

Menjabat sebagai Kepala Desa Keempat belas mulai dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2007.

15. Tarso (Kepala Desa Kelima belas)

Menjabat sebagai Kepala Desa Kelima belas mulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2013.

Advertisement. Scroll to continue reading.

16. Tarso (Kepala Desa Keenam belas)

Menjabat sebagai Kepala Desa Ciangir mulai tahun 2013 sampai dengan tahun 2019.

17. Rahmat (Kepala Desa Ketujuh belas)

Advertisement. Scroll to continue reading.

Menjabat sebagai Kepala Desa Ciangir mulai tahun 2019 sampai dengan tahun 2025 (Sekarang).

Tulisan ini merupakan penelitian sebagai tugas mata kuliah folklore, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah STKIP Muhammadiyah Kuningan
Penulis : Reza Alam Firdaus, Euis Allysa Julianda Ningsih dan Firman Fathurohman

Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Religious

KUNINGAN (MASS) – Selain Nyandak Pare dan Mesek Pare, Pagelaran Damar Sewu menjadi pembuka rangkaian Seren Taun Paseban Tri Pancatunggal tahun 2025 yang digelar...

Religious

KUNINGAN (MASS) – Sebanyak 32 orang Kafilah Kuningan dilepas langsungs secara resmi oleh Bupati Kuningan Dr. H. Dian Rachmat Yanuar, Msi yang akan berkompetisi...

Education

KUNINGAN (MASS) –Pendidik dukung kebijakan melalui surat edaran yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan mengenai Siswa dilarang membawa HP ke sekolah....

Education

KUNINGAN (MASS) – Larangan siswa membawa handphone (HP) ke sekolah terus mendapatkan tanggapan dari masyarakat. Salah satunya datang dari Sutiana, driver ojek online yang...

Social Culture

KUNINGAN (MASS) – Seren Taun, upacara adat masyarakat Sunda, khususnya masyarakat adat Sunda Wiwitan Cigugur, kembali digelar tahun ini dan dimulai Sabtu (14/6/2025) ini....

Anything

KUNINGAN (MASS) – Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan bersama PT. Berkah Lumintu Sejati juga telah membuka pabrik pengolahan kohe menjadi pupuk organik di Sentra Peternakan...

Government

KUNINGAN (MASS) – Dari sekian nama yang dirotasi oleh Bupati Kuningan Dr H Dian Rachmat Yanuar M Si, sosok yang paling mengejutkan adalah dr...

Government

KUNINGAN (MASS) – Rotasi mutasi di kalangan pejabat tinggi Pemerintah Kabupaten, direspon beragam oleh berbagai kalangan, termasuk di internal eselon 2 itu sendiri. Toto...

Government

KUNINGAN (MASS) – Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Kuningan Yaya, angkat bicara soal pengumuman dari Kementerian Sosial Republik Indonesia yang telah mencoret 1,8 juta...

Religious

KUNINGAN (MASS) – Keluarga Kari Sukari dan Mimin Mintarsih mewakafkan tanah seluas 100 bata yang akan diperuntukan untuk membangun sarana pendidikan diantaranya Pondok Pesantren,...

Anything

KUNINGAN (MASS) – Babinsa Koramil 1507 Luragung bersama perangkat desa dan warga masyarakat, melaksanakan kegiatan gotong royong pembersihan jalur irigasi (Nyusuk Hawangan) di Sungai...

Education

KUNINGAN (MASS) – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi kaderisasi yang mengusung nilai-nilai pembentukan kepemimpinan, memiliki mekanisme terstruktur, saat ini tengah menghadapi tantangan serius...

Education

KUNINGAN (MASS) – Di tengah semangat mencerdaskan kehidupan bangsa, nasib sebagai guru honorer di pelosok masih jauh dari kata sejarah. Samsi Nugraha atau sapaan...

Government

KUNINGAN (MASS) – Setelah digelar di objek wisata, nampaknya Bupati Kuningan Dr H Dian Rachmat Yanuar M Si, ingin terus melakukan rotasi-mutasi di tempat...

Tourism

KUNINGAN (MASS) – Perjalanan menuju tempat pelantikan rotasi pejabat tinggi di lingkup Pemkab Kuningan, Jumat (13/6/2025) siang ini, tidak hanya berbeda dari biasanya karena...

Education

KUNINGAN (MASS) – Larangan membawa handphone (HP) ke sekolah yang dikeluarkan Disdikbud Kabupaten Kuningan menuai berbagai tanggapan dari masyarakat, mahasiswa hingga kalangan akademisi. Ketua...

Education

KUNINGAN (MASS) – Kursi Ketua PGRI Kabupaten Kuningan bakal berganti. Sosok H Pipin Mansur Arifin, tak bisa lagi menjabat karena sudah dua periode. Pertanyaan...

Nasional

KUNINGAN (MASS) – Desa Kertayasa Kecamatan Sindangagung secara resmi menjadi delegasi Propinsi Jawa barat ke tingkat nasional dalam event lomba inovasi pengolahan sampah berbasis...

Incident

KUNINGAN (MASS) – Sebuah kecelakaan tunggal terjadi di jalan Buyut Maskar Cihirup – Kojengkang, tepatnya di wilayah Desa Kertawana Kecamatan Kalimanggis, pada Kamis (12/6/2025)...

Government

KUNINGAN (MASS) – Menanggapi berkembangnya persepsi di masyarakat mengenai dominasi alumni Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) dalam pengisian jabatan Sekretaris Daerah (Sekda), organisasi Pergerakan...

Government

KUNINGAN (MASS) – Memasuki masa-masa akhir pengabdian, tak membuat Trisman Supriatna M Pd mengendorkan kinerjanya. Teranyar, sebagai Plt. Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,...

Economics

KUNINGAN (MASS) – Para pedagang sorabi di Kabupaten Kuningan di wilayah Kecamatan Cidahu, Cipicung, Ciawigebang, Kalimanggis, Lebakwangi dan Maleber diberi bantuan bertajuk PENA (Pengembangan...

Government

KUNINGAN (MASS) – Bupati Kuningan, H Dian Rachmat Yanuar resmi melantik 577 Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dan 3 Calon Pegawai Negeri Sipil...

Religious

KUNINGAN (MASS) – Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Kuningan Ahmad Handiman Rondoni  mengiyakan bahwa sejauh ini sudah tiga jamaah haji asal Kuningan wafat...

Sport

KUNINGAN (MASS) – Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kuningan tak ingin berlama-lama dalam masa transisi. KONI bahkan sudah menjadwalkan Musyawarah Olahraga Kabupaten Luar Biasa...

Government

KUNINGAN (MASS) – Bupati Kuningan, H Dian Rachmat Yanuar, yang sehari sebelumnya sempat dibawa ke Rumah Sakit 45, saat ini sudah membaik dan beraktivitas...

Advertisement Smart Widget MGID
Exit mobile version