KUNINGAN (MASS) – Hidup itu dipergilirkan. Tidak selamanya seseorang sehat dan tidak selamanya sakit. Tidak selamanya seseorang di atas dan tidak selamanya di bawah. Tidak selamanya seseorang senang dan tidak selamanya sedih. Pun, dalam rotasi jabatan, kadang di tempatkan di posisi yang ”menurut ego” itu menyenangkan, di lain posisi itu “merasa” menyakitkan. Semua itu hal yang biasa dalam kehidupan. Rotasi itu sunatullah.
Kehidupan manusia itu “dipergilirkan” atau mengalami pasang surut, kejayaan dan kehancuran, serta suka dan duka silih berganti, sebagaimana tersirat dalam tafsir Surat Ali Imran ayat 140. Pergiliran bertujuan agar manusia dapat mengambil pelajaran, membedakan mana yang benar dan salah, serta mensyukuri nikmat Allah di setiap fase kehidupan.
Bagi seorang mukmin semua itu adalah kebaikan. Itulah karakter seorang mukmin, apapun kondisi dan keadaan yang dihadapi akan disikapi dengan bijak dan berbaik sangka. Sungguh menakjubkan kepribadian seorang mukmin tersebut.
Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada diri seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR Muslim).
Pun, dengan ketika terjadi peristiwa rotasi kepemimpinan. Itu pun hal yang wajar dan biasa saja. Coba kita perhatikan contoh sederhana, rumah yang kita tempati saat ini, itu bisa jadi adalah hasil dari menggantikan dari rumah yang ditempati orang tua kita yang telah tiada, yang disebut dengan rumah karuhun. Atau, jika pada saat ini rumah yang kita tempati dari hasil membangun sendiri, suatu saat nanti rumah tersebut akan digantikan oleh anak kita setelah telah tiada, sehingga disebut rumah karuhun.
Dalam konteks kepemimpinan di semua level, rotasi dan mutasi itu pun hal yang biasa. Rotasi jabatan itu bukan sesuatu yang harus dipersoalkan. Memang, dalam rotasi ada pihak yang senang dan ada pihak yang tidak suka. Bagi seorang mukmin hal itu mesti disikapi dengan bijak, karena semua ada hikmahnya.
Dibalik rotasi kepemimpinan ada makna dan pelajaran berharga. Pertama, pergantian jabatan. Rotasi tersebut dapat diartikan sebagai pergantian jabatan atau peran dalam struktur kepemimpinan, sehingga memungkinkan adanya perubahan dalam gaya kepemimpinan dan pendekatan dalam mengelola organisasi. Di manapun di tempatkan, seseorang akan tetap profesional dalam kinerja. Sebab, yang meletarbelakangi dalam bekerja bukan karena atas atau pimpinan, akan tetapi sebagai bentuk pengabdian kepada Ilahi.
Kedua, perubahan peran. Rotasi juga dapat diartikan sebagai perubahan peran atau tanggung jawab dalam tim kepemimpinan, sehingga memungkinkan adanya perubahan dalam fokus dan prioritas kerja. Disinilah pentingnya memahami sebuah gerakan dalam kehidupan. Sesuatu yang tidak bergerak tidak akan membawa kebaikan, bahkan malah sebaliknya.
Ketiga, pengembangan kepemimpinan. Rotasi juga dapat diartikan sebagai strategi pengembangan kepemimpinan, sehingga memungkinkan adanya kesempatan bagi pemimpin untuk mengembangkan keterampilan dan pengalaman baru. Disinilah pentingnya memahami regenerasi kepemimpinan. Tidak selamanya seseorang mampu, karenanya pada saat memiliki posisi jadikan sebagai sarana untuk pengabdian kepada Ilahi. Jika tidak, jika dirotasi terasa menyakitkan.
Selain itu, dibalik setiap rotasi kepemimpinan terdapat manfaat yang dihasilkan. Pertama, meningkatkan fleksibilitas. Rotasi dapat meningkatkan fleksibilitas dalam struktur kepemimpinan, sehingga memungkinkan adanya perubahan dan adaptasi dalam menghadapi tantangan dan kesempatan baru.
Kedua, meningkatkan kreativitas. Rotasi dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam tim kepemimpinan, sehingga memungkinkan adanya perubahan dan perbaikan dalam proses kerja.
Ketiga, meningkatkan pengalaman. Rotasi dapat meningkatkan pengalaman dan keterampilan pemimpin, sehingga memungkinkan adanya peningkatan dalam kualitas kepemimpinan.
Dengan demikian, rotasi dalam kepemimpinan dapat diartikan sebagai perubahan atau pergantian dalam struktur kepemimpinan yang dapat membawa manfaat bagi organisasi dan tim kepemimpinan. Di mana pun posisi dalam jabatan tetaplah profesional dalam kinerja, dan jadikan sebagai bentuk pengabdian kepada Ilahi. Wallahu a’lam.
Imam Nur Suharno
Kepala Divisi Humas dan Dakwah Pesantren Husnul Khotimah, Kukingan, Jawa Barat