KUNINGAN (MASS) – Pandemi covid 19 belum beranjak hilang, ramadhan selalu datang dengan ketepatan waktu, dimana ummat Islam sedang merindukannya.
Pada saat ummat Islam membutuhkan kekuatan iman untuk menghadapi kondisi yang sulit dan berat dalam kehidupan.
Bulan Ramadhan bagaikan oase yang dapat menyejukan hati dikala gundah. Kita semua rindu ramadhan lagi.
Rindu adalah pekerjaan hati, manakala kita rindu pada sang kekasih, manifestasinya adalah ingin selalu berjumpa dan menyapa.
Kerinduan dan kecintaan pada bulan Ramadhan akan menggugah ekspresi jiwa yang paling dalam.
Hal ini terungkap dalam sebuah ekspresi doa yang dicontohkan oleh Rasul kita Muhammad Saw:
Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Syaban dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan. (HR At-Tirmidzi dan Ad-Dailami)
Kerinduan menyambut bulan Ramadhan, hanyalah bagi orang yang tahu saja. Karena di dalamnya banyak sekali kebaikan yang diberikan oleh Allah Swt kepada ummatnya.
Seperti, dibukakannya pintu surga, ditutupnya pintu neraka, dibelenggunya syetan-syeten. Dan yang utama adalah diturunkannya al-Quran sebagai kitab keabadian yang menuntun manusia kejalan yang benar.
Sambutlah Ramadhan dengan rasa gembira dan bangga untuk bertemu dengannya, sambil mengucapkan Marhaban Ahlan Wa Sahlan Ya Ramadhan.
Orang yang bergembira dengan kedatangan Ramadhan akan di haramkan dari neraka seluruh tubuhnya. Sebagaimana sabda Nabi Saw : Man Farriha Bidukhuli Ramadhana Harrama Allahhu Jasadahu Alaa Niironi.
Barang siapa merasa gembira disaat tibanya bulan Ramadhan, Allah mengharamkan tubuhnya dari siksaan api neraka (Al-Hadits).
Bahagialah dengan kedatangan bulan Ramadhan, gembiralah dengan adanya bulan Ramadhan sebagai penghulu dari segala bulan.
Karena bulan Ramadhan ini adalah bulan dimana kita akan mengadakan aktivitas kerohaniaan untuk menjadi manusia yang fitri.
Tata Niat
Setiap pekerjaan tergantung kepada takaran niatnya (Al-Hadits). Niat adalah penggerak laku dan amal. Seseorang bergerak berdasarkan apa yang diniatkannya dalam hati.
Niat adalah misteri hati, namun sebuah pekerjaan yang dilakukan adalah laku dari niat. Jika niatnya baik maka pekerjaan yang dilakukan juga baik, jika niatnya jelek yang dilakukannya juga jelek.
Karena itulah niat menjadi ukuran Allah dalam memberikan balasan terhadap perbuatan seseorang. Jika kita berbuat baik, maka Allah akan membalas dengan kebaikan.
Marilah kita tata niat dalam menyambut Ramadhan ini, agar kita tidak salah memposisikan diri. Betapa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan haus saja lantaran salah menata niat.
Niatkan setiap pekerjaan, lebih-lebih pada bulan Ramadhan ini semata-mata mengharap ridha Allah Swt, akan menjadikan Ramadhan menjadi milik kita, dan insya Allah kita akan memperoleh keberkahan darinya. Bahkan manfaat dan barokahnya mudah-mudahan akan sampai kelak di hari akhir.
Betapa dahsyatnya pengaruh sebuah niat, karena itu Allah meminta agar setiap laku perbuatan diniatkan dengan ikhlas, semata-mata karena-Nya.
Tak kalah pentingnya adalah memantapkan hati. Memantapkan hati pada bulan Ramadhan dengan cara memperbanyak ibadah, diantaranya tilawah (membaca al-Quran), hafalan, pemahaman, dan pengamalan dari al-Quran. peningkatan ibadah, dengan adanya latihan-latihan yang berkesinambungan, terus-menerus, sehingga peningkatan nantinya tidak hanya pada puasa saja.
Oleh karena itu untuk meningkatkanya ibadah, diperlukan waktu yang kontinyu. Nah, puasa yang dilakukan sebulan penuh ini merupakan moment yang cukup lama (sebulan) digodok dalam kawah candra dimuka yang bernama Ramadhan, sehingga cukup untuk mengubah prilaku diri kita.
Jalin Silaturahmi
Jadikanlah silaturahmi sebagai bagian dari menyambut Ramadhan. Lapangkanlah dada kita untuk memaafkan kesalahan orang lain. Bahkan silaturahmi selain dapat mempererat kekeluargaan, juga dapat memperpanjang umur kita.
Berdasarkan kaidah mafhum mukhalafah, implikasinya adalah kita dapat menyimpulkan bahwa memutuskan tali silaturahmi dapat memperpendek umur. Termasuk katagori memutuskan silaturahmi yaitu menelantarkan keluarga, bertengkar dengan orang lain, lebih-lebih dengan sesama muslim, menyimpan kebencian dan dendam, dan berlaku kasar kepada sesama manusia.
Menurut Jalaluddin Rakhmat, silaturahmi merupakan suatu terapi modernitas, yaitu suatu penyakit manusia moderen yang tercerabut dari akar tradisinya karena proses modernisasi.
Dalam bahasa ilmu komunikasi, silaturahmi merupakan sarana untuk mengefektifkan kembali komunikasi kita dengan manusia lain. Hikmah dari silaturahmi yaitu, menumbuhkan tali persaudaraan dan persahabatan yang telah putus akibat mobilitas geografis dan mobilitas sosial yang kita lakukan pada zaman modern.
Mengapa kita perlu memperbaiki kualitas komunikasi? Karena orang yang terkucil secara sosial cenderung lebih cepat mati. Dan kemampuan berkomunikasi yang buruk ternyata mempunyai andil dalam penyakit jantung koroner, dan kemungkinan terjadinya kematian mendadak.
Dalam menyambut bulan Ramadhan, mari kita lupakan luka-luka kita terhadap orang lain, supaya Ramadhan kita berkualitas.***
Penulis : Dr. H. Muhamad Nurdin
Kepala Seksi PD Pontren Kemenag Kuningan