KUNINGAN (MASS) – Adanya imbauan dari Bupati Kuningan H Acep Purnama agar perantau menunda kepulangan ke kampung halaman membuat mereka semakin dilema. Sebelum ada imbauan ini pun mereka sudah mengeluh terkait sepinya usaha karena dampak dari mewabahnya virus corona.
“Saat ini kami semakin dilema. Di Jogjakarta ribuan pedagang Burjo sudah pada ngeluh dengan keadaan dan omset yang drop drastis, sehingga banyak yang lebih memilih tutup dan mudik,” ujar Ketua Paguyuban Pedagang Bubur Kacang Ijo di Jogjakarta Andi Waruga, Kamis (26/3/2020).
Terkait yang mudik sebelum ada imbauan jumlahnya sangat banyak. Mereka pulang menggunakan jasa mobil travel, terlebih di Jogja sudah diberlakukan sweeping keramaian, sehingga mau tidak mau warung-warung harus tutup.
Ia mengaku, sedikitnya di Jogja ada sekitar 1.000 outlet Burjo. Tadinya mereka yang masih ada akan pulang. Namun, dengan adanya imbauan seperti ini harus dibicarakan lagi dengan anggota paguyuban. Para pedagang sendiri sejak awal disuruh pulang oleh keluarga karena virus semakin mewabah.
“Banyak keluarga di rumah panik meminta harus pulang. Contohnya karyawan saya pada minta pulang karena orang tua merasa khawatir dengan kondisi seperti ini,” tandasnya.
Dikatakan, sebagai owner outlet paling tidak tetap harus menanggung memberikan gaji terhadap karyawan. Solusinya bagaimana? Ini harusnya juga ada penyelasaian teknis untuk bisa disosialisasikan.
“Ya harusnya juga bupati mengkaji dulu sebulm dikeluarkan aturan itu karena efek dari berbagai sisi dan akhirnya kami perantau yang jadi korban kebingungan,” ujarnya.
Andi mengaku, saat ini bingung dengan kondisi seperi ini karena semua karyawan minta pulang dan gaji minta dibayarkan. Sedangkan sewa outlet tetap berjalan. Untuk sewa outlet sehari Rp700 ribu. Sementara outlet tidak ada pemasukan sekali.
“Dilema jadinya. Misal terjadi keluar aturan di kota-kota besar perantau disarankan untuk mudik gimana. Sedangkan di Kuningan disarankan jangan pulang,” pungkasnya.(agus)