KUNINGAN (MASS) – Rencana Pemerintah Kabupaten Kuningan menamai jalan lingkar utara kuningan dengan nama Jalan Eyang Hasan Maolani mendapat banyak respon positif, meskipun ada juga yang masih bertanya karena nama tersebut sudah digunakan untuk jalur Ancaran – Lengkong. Hal itu menyusul pernyataan Bupati Dian Rachmat Yanuar dalam sambutan acara Halal Bihalal dan Saresehan Nasional Keluarga Besar Eyang Hasan Maolani di Rumah Patilasan Eyang Hasan Maolani Desa Lengkong Kecamatan Garawangi, Kamis (3/4/2025) kemarin.
“Insya Allah mohon do’a, saya akan meresmikan penamaan jalan lingkar utara kuningan dari Tugu Ikan Sampora sampai Tugu Sajati, akan saya namakan dengan Jalan Eyang Hasan Maolani,” tegas Bupati Dian saat itu seraya disambut tepuk tangan hadirin.
Respon positif disampaikan salah seorang keturunan Eyang Hasan Maolani dari jalur Eyang Mu’minah, Dr. H. Uu Nurul Huda, SH., MH. Dosen Hukum UIN SGD Bandung ini mengungkapkan rasa syukurnya atas rencana tersebut. Menurutnya, sudah seharusnya Pemkab Kuningan memberikan penghormatan yang layak kepada tokoh sekaliber Eyang Hasan Maolani. Karena itu rencana penamaan jalan lingkar utara menjadi Jalan Eyang Hasan Maolani jangan hanya isapan jempol.
“Masya Alloh, nama Eyang Hasan Maolani akan jadi nama jalan utama di Kuningan. Beliau adalah keturunan Sunan Gunung Djati. Beliau lahir tanggal 22 Mei 1782 / 8 Jumadil Akhir 1196 H. Mohon do’anya dari seluruh masyarakat Kabupaten Kuningan,” ucapnya.
Keturunan Eyang Hasan Maolani lainnya dari jalur Eyang Abshori, Asep Z. Fauzi, mengamini memang saat ini sudah ada Jalan Eyang Hasan Maolani dari Desa lengkong sampai Pasar Ancaran. Namun menurutnya, tanpa mengurangi rasa hormat, kurang tepat menempatkan nama Eyang Hasan Maolani untuk jalur penghung antar desa.
“Eyang Hasan Maolani dalam sejarah perjuangan nasional sekitar abad ke-19 dikenal sebagai ulama pituin kuningan yang jadi gerilyawan perang jawa melawan kolonial Belanda, sampai diasingkan ke Kampung Jawa Tondano Sulawesi Utara. Jadi sudah selayaknya nama beliau diabadikan menjadi nama salah satu jalan utama di Kabupaten Kuningan,” ujarnya.
Lebih lanjut Asep mendorong Pemkab Kuningan untuk secara serius memfaslilitasi penyusunan buku untuk menjadi bahan bacaan yang lengkap dan komprehensif tentang Eyang Hasan Maolani, bersumber dari literatur dan manuskrip yang ada dan sudah didigitalisasi. Isinya seputar biografi dan petuah-petuah yang diajarkan Eyang Hasan Maolani, terutama tentang nilai-nilai sosial dan keagamaan.
“Ke depan diharapkan para siswa, santri, generasi muda dan seluruh warga masyarakat dapat mempelajari, memahami dan meneladani nilai-nilai ajaran sosial dan keislaman yang diwariskan Eyang Hasan Maolani,” tandasnya.
Dia menambahkan, ke depannya biografi Eyang Hasan Maolani dapat menjadi materi wajib di sekolah-sekolah kabupaten kuningan. Para siswa tidak hanya disajikan muatan lokal tentang materi lingkungan dan kesenian khas daerah. Harus ada juga materi khusus tentang tokoh lokal yang jadi kebanggaan daerah.
“Di Majalengka ada KH. Abdul Halim. Di Tasikmalaya ada KH. Zaenal Mustofa. Di Kuningan juga ada Eyang Hasan Maolani. Sosok Eyang Hasan Maolani saya kira harus dijadikan simbol watak dan kepribadian warga Kabupaten Kuningan, termasuk para pejabatnya,” tegas Asfa panggilan akrab Asep Z. Fauzi. (eki)