KUNINGAN (MASS)- Kata Ilmu merupaka serapan bahasa arab yakni Ilm‘ atau allama yang memiliki makna pengetahuan. Menurut Oxford Dictionary, ilmu adalah aktivitas berfikir yang meliputi tentang sistematika, perilaku dan struktur. Adapun pengetahuan adalah kepandaian batiniah dan kepandaian dalam menyikapi persoalan yang ada di dalam kehidupan sehari-hari.
Dua kata di atas merupakan term yang berbeda tapi tentunya sangat berkaitan, bahkan banyak yang mengira bahwa kedua term tersebut merupakan sesuatu yang sama.
api, jika kita hubungkan antara keduanya atau ilmu pengetahuan secara umum merupakan proses pembentukan pengetahuan yang terus-menerus sampai menjelaskan fenomena yang bersumber dari wahyu, hati dan semesta sehingga dapat diperiksa atau dikaji secara kritis dengan tujuan untuk memahami hakikat, landasan dasar dan asal usulnya, sehingga dapat juga memperoleh hasil yang logis.
Islam sebagai Agama memandang bahwa hal tersebut sangat penting, hal ini terlihat dari awal mula turunnya wahyu yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW adalah perintah untuk membaca, meneliti, serta menelaah yang mana hal tersebut merupakan suatu simbol dari pencarian terhadap ilmu penegtahuan.
Ayat pengetahuan
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ.
Artinya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.
Kita ketahui bersama kata Iqra berasal dari kata qara’a yang artinya membaca. Kata ini pun merupakan bentuk dari fiil amr yang menujukan suatu perintah, ada sebuah adagium bahwa Al-Aslu fi Al-Amri Li Al-Wujub yakni asal dari perintah merupakan suatu kewajiban, jadi kita simpulkan bahwa membaca merupakan suatu kewajiban.
Penafsir kontemporer Aam Amiruddin menjelaskan bahwa perintah membaca di sana bukan hanya membaca dalam suatu teks saja, beliau menjelaskan membaca di sana dapat diartikan juga membaca realitas sosial, fenomena alam, dan lainnya. Karena objek dari kata iqra tidak disebutkan, dan menurut kaidah objek tersebut bersifat umum adanya yang mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau kata tersebut.
Dari ayat di atas sangat jelas bahwasannya nilai utama dari memahami agama Islam merupakan pengetahuan/ menjadi orang yang berilmu. Menjadi ilmuwan juga merupakan suatu keharusan dalam menjalankan agama, karena jika kita beramal tanpa berilmu maka amal kita tertolak.
Dalam ayat ini pun mengandung tiga poin yang sangat penting, yaitu: 1). Umat Islam perlu berpengetahuan, 2). Umat Islam perlu senantiasa merefleksikan diri, karena membaca di sana sangat general, 3). Umat Islam perlu ibadah kepada Allah, karena lafadz Iqra di sana bersandingan dengan lafad rabb yang mengisyaratkan kita perlu berilmu agar senantiasa mengenal dan beribadah kepada Allah.
Selain dalam ayat Al-Quran yang ada di atas, nabi pun seolah menegaskan perintah Allah itu dengan perkataannya yakni:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
Artinya:
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
Dapat kita lihat seksama dalam menempuh perjalanan dalam hadist tersebut memakai kata salaka bermakna orang yang berjalan dengan tegap dan cepat serta dengan pandangan fokus ke tujuan yang diimpikan. Dalam hal menuntut ilmu, Nabi menginginkan agar thalib al-ilm benar-benar berjalan dengan tegap dan cepat, bukan berjalan dengan berleha-leha, apalagi merangkak.
Dalam kata pun kita bisa melihat jelas mengapa nabi memerintahkan dengan kata salaka bukan thariq, karena thariq masih bersifat umum, sedangkan beliau menginginkan dalam mencari Ilmu dibutuhkan kesiapan, kecepatan, serta ketangguhan. Bukan jalan biasa yang semaunya.
Dari hadist ini ada 3 poin penting yang harus dilakukan oleh kita, yakni: 1). Kita dalam hal menuntut Ilmu harus melakukannya dengan sungguh-sungguh. 2). Dalam menuntut ilmu kita harus melakukannya dengan konsisten, 3). Siapa pun yang melakukan dua hal penting di atas yakni sungguh-sungguh dan konsisten dalam menuntut ilmu maka Allah membalas dengan surga.
Mari kita sebagai umat Islam senantiasa menuntut ilmu dengan sungguh-sunggu, karena perintah dalam hal ini sudah sangat jelas dan sangat tidak ada keraguan lagi. Dan alangkah sangat ironis jika umat Islam dalam menuntut ilmu tidak bersungguh-sungguh, berleha-leha, bahkan sangat tidak peduli dengan ilmu. Wallahu A’lamu Bhi Ashowab.
Penulis : Rifqi Aunurrofi Al-Gifari
Mahasiswa Kuningan Pendidikan Bahasa Arab – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta