KUNINGAN (MASS) – Peringatan Hari Sumpah Pemuda pada Senin 28 Oktober 2024 dimaknai sebagai momen refleksi oleh para pemuda, termasuk Mojang dan Jajaka Kabupaten Kuningan, Santi Nurhasani dan Bimo Aulia Illahi Ramadhan. Mereka mengungkapkan bahwa Sumpah Pemuda bukan sekadar sejarah, melainkan komitmen untuk masa depan bangsa.
Menurut Santi dan Bimo, tiga konsep utama dalam Sumpah Pemuda, yaitu cinta tanah air, persatuan bangsa, dan penggunaan bahasa Indonesia, adalah panduan bagi para pemuda.
“Sumpah itu kan janji. Jadi, kita sebagai pemuda harus menepati janji itu,” ujar Santi, mojang Kuningan.
Santi dan Bimo optimistis bahwa dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Sumpah Pemuda, pemuda Indonesia dapat berperan aktif dalam membangun negara yang lebih baik. Meski demikian, mereka menyadari adanya tantangan yang dihadapi generasi muda di era modern ini.
Para pemuda Kuningan tersebut juga menyoroti tantangan besar akibat perkembangan teknologi. Menurut Santi, kehadiran media sosial seperti TikTok dan Instagram membuat anak-anak mudah meniru perilaku orang dewasa tanpa pengawasan yang cukup dari orang tua.
“Di mana era sekarang itu kecanggihan teknologi semakin pesat perkembangannya, bahkan hampir semua individu mempunyai gadget atau handphone dari yang dewasa hingga anak kecil, di mana banyak anak-anak di bawah umur yang sudah menggunakan media sosial seperti TikTok, Instagram, yang di mana mereka itu banyak meniru orang-orang dewasa. Jadi, tantangannya itu kembali ke pengawasan orang tua,” jelasnya.
Bimo juga menekankan bahwa sosial media dapat menjadi “trigger” bagi generasi muda untuk mudah terpengaruh. “Tantangan itu ada di trigger, trigger-nya ada di gampang ke-influence, apalagi sosmed, di mana komunikasi orang tua dengan guru pun sudah melalui WhatsApp. Jadi, kadang ada berita yang masih rancu tapi ditelan dengan mentah-mentah gitu aja,” ungkapnya.
Di samping itu, Santi dan Bimo juga mengajak pemuda Kuningan untuk lebih cinta dan bangga terhadap budaya lokal. “Untuk bisa lebih cinta lagi dengan Kuningan, lebih bangga lagi karena kita itu kaya akan budayanya. Jadi, sebagai pemuda-pemudi itu harus bisa melestarikannya budaya di Kuningan,” tutur Santi.
Bimo menambahkan pentingnya keberanian dalam membangun identitas positif. “Lebih berani buat berbeda ke arah yang positif, di mana dalam kutipan pak Basuki Cahya Purnama dia mengatakan, ‘kalau misalkan kamu pintar iya ajari, tapi kalau kamu tidak tahu apa-apa mending diam tapi perhatikan.’ Maka kalau bisa sesuatu ya dirangkul juga yang lainnya, karena semakin banyak yang bisa semakin kuat juga Kuningannya,” jelasnya.
Mereka pun mengingatkan generasi muda untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial, terutama dalam menyebarkan konten yang sensitif. “Di mana ngasih teguran sedikit ke generasi Z sekarang itu langsung diviralkan. Jadi, menggunakan medsos itu harus bisa sebijak-bijaknya, jangan menshare konten asal-asalan apalagi tentang kasus yang sensitif,” tegas Santi.
Para pemuda ini berharap agar generasi muda mampu menghadapi tantangan zaman tanpa melupakan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Sumpah Pemuda. Dan menegaskan bahwa menggunakan media sosial itu harus bisa sebijak-bijaknya, jangan membagikan informasi atau konten asal-asalan apalagi tentang kasus yang sensitif. (eva/yessy/mgg)