KUNINGAN (MASS) – Plastik adalah suatu zat yang akrab dengan kita dalam keseharian. Saat kita membeli sesuatu di warung, pedagang kaki lima, pasar, ataupun toko, tentunya kita dibekali dengan plastik sebagai wadah barang yang kita beli.
Tidak sampai disana, beberapa barang yang kita beli di tempat-tempat tersebut, nyatanya juga cenderung dibungkus dengan menggunakan bahan plastik. Melihat fenomena ini, tanpa disadari plastik sudah menjadi barang kebutuhan bagi manusia.
Namun, bertolak dari pada itu, tahukah kita bahwa plastik dapat menjadi ancaman bagi kehidupan manusia? Hal inilah yang sangat jarang diketahui oleh masyarakat luas pada umumnya. Maka dari itu, melalui tulisan ini saya akan coba menguraikan apa yang membuat plastik menjadi problem bagi umat manusia.
Mulanya plastik ditemukan semenjak akhir abad 18 oleh Alexander Parkeis, lalu dikembangkan di awal abad 19an. Setelah dilakukan penelitian, maka ditemukan bahan dasar plastik yang diambil dari jenis material cellophane, polyvinyl chloride, polystyrene, nylon, dan polyethylene.
Kemudian jika melihat pada proses pembentukannya, maka plastik dibedakan menjadi 2 jenis yakni termoplastik dan termoset. Termoplastik merupakan polimer plastik yang dapat dicetak dan didaur ulang. Diantara contoh termoplastik yang dapat kita temukan dalam keseharian ialah botol plastik, pipa, ember, dan kemasan.
Sedangkan termoset merupakan polimer plastik yang tidak dapat dibentuk kembali setelah dipanaskan. Contohnya ialah pada komponen listrik, suku cadang mobil, dan bahan pembentuk material berat. Sampai dengan pembahasan ini plastik masih dapat dilihat kebermanfaatannya.
Namun, seiring berjalannya waktu nyatanya penggunaan plastik yang masif, tidak dibarengi dengan pengelolaan limbahnya secara bijak. Inilah kemudian yang menjadi problem. Limbah plastik yang terbuang secara spontan, karena ketidaktahuan masyarakat, dapat membuat lingkungan tercemar dan rusak.
Merujuk pada website Indonesia Enviromental and Energy Center (IEC) mengenai dampak plastik terhadap lingkungan, limbah plastik membutuhkan waktu 100 – 500 tahun untuk bisa terurai dengan sempurna. Kemudian, adanya limbah plastik yang terendap di tanah memiliki dampak pada kurangnya kesuburan tanah.
Hal ini tentu karena limbah plastik menghalangi sirkulasi udara, jalur air, ruang gerak hewan pengurai, bahkan sampai membunuh hewan dan tanaman karena partikel racun yang terkandung di dalamnya. Lebih lanjut, limbah plastik yang dibuang secara sengaja di sungai berpengaruh kepada pendangkalan serta menghambat aliran sungai, sehingga mengakibatkan banjir.
Tidak hanya itu, sekitar 80% sampah yang ada di laut berasal dari daratan, dan hampir 90%nya merupakan plastik. Lalu, limbah plastik nyatanya juga menarik perhatian para hewan laut. Beberapa hewan seperti halnya penyu laut, anjing laut, dan lumba-lumba memakan plastik, karena dianggap sebagai makanan.
Dan kemudian masih banyak lagi kerusakan lingkungan akibat dari limbah plastik. Melihat situasi dan kondisi yang sedemikian, maka perlu adanya kesadaran masyarakat terkait problematika sampah ini. Sehingga harapannya tidak hanya mengkonsumsi, akan tetapi dapat mengelola limbah hasil konsumsi, dalam hal ini plastik yang berjenis termoplastik.
Penulis : Hafid – Pemuda Desa
Badru
1 Juli 2022 at 13:39
semangat tum