KUNINGAN (MASS)- Selain bisnis ternak sapi yang terus berkembang di Kecamatan Cigugur, ternyata bisnis ternak babi juga terus berkembang dari tahun ke tahun di wilayah tersebut. Pangsa pasar yang jelas membuat peternak semangat menjalankan usaha ini.
“Data yang kita miliki saat ini sekitar 4.500 ekor. Dari pendataan banyak kandang yang kosong,” ujar Plt Dinas Pertanian Ir H Dodi Nurochmatuddin MP melalui Kasi Produksi Peternakan Suhana kepada kuninganmass.com, Minggu (22/7/2018).
Populasi babi secara keseluran di Cigugur hampir mendekati sapi karena di Cigugur jumlah sapi mencapai 5.000-an ekor. Dengan banyak kandang yang kosong memang selama ini banyak perusahana yang mengajukan untuk kembali ternak. Namun, oleh pihak Distan diarahan untuk ternak sapi perah.
Pria yang dipanggil Nana ini tidak menampik dari jumlah tersebut menimbulkan limbah. Selama ini selain, dikumpulkan untuk dijadikan pupuk, tidak sedikit yang dibuang ke kebun dan ke sungai dan saat ini tengah ditangangi seperti halnya limbah sapi.
Nana menyebutkan, karena babi bisa menimbulkan penyakit menular maka keluar masuk hewan ini selalu didata. Dan petani pun harus rajin membersihkan kandang agar terhindar dari virus.
Dari informasi yang kuninganmass.com peroleh berkembangnya ternak babi di Cigugur karena pangsa menggiurkan. Selama ini babi hidup yang dijual ke berbagai daerah di Jawa Barat, selain juga sebagian dikonsumsi warga Cigugur.
Harga daging babi sendiri terbilang mahal, terlebih yang berukuran 30 kilo gram. Bisnis ini berkembang karena babi itu tipe binatang yang memakan apa saja, sehingga membuat pemilik tidak kesulitan mencari pakan.
Selain itu juga, setiap bunting babi bisa melahirkan 16 ekor sekaligus. Ini tentu sangat menguntunkan, apalagi masa bunting cukup pendek yakni 114 hari.
Tenyata ternak babi di Cigugur itu sudah ada sejak tahun 1960 atau ketika misonaris kristen datang pertama. Dengan begini lebih dulu ternak babi hadir di Cigugur dibanding sapi. (agus)