Connect with us

Hi, what are you looking for?

Kuningan Mass

Politics

Zul: Politik Itu Bukan Matematik

ANCARAN (Mass) – Politisi senior PDI Perjuangan Kuningan, Nuzul Rachdy SE melontarkan staitmen cukup mengejutkan saat ditemui awak media di ruang lobi gedung DPRD Kabupaten Kuningan, Selasa (5/4). Pasalnya, Zul yang juga ketua Fraksi Restorasi PDIP DPRD itu menyatakan politik itu bukan matematik, dengan kata lain politik tidak cukup disamakan hanya dengan rumus matematika.

Zul mengilustrasikan ketika pertarungan perebutan DKI I kala itu yang diikuti calon dari PDIP dengan Gerindra yakni pasangan Jokowi-Ahok, mampu melawan rival politiknya yang mencapai sebanyak 18 partai politik. Duet Jokowi-Ahok mampu menyaingi elektabilitas para pesaing politiknya hingga sukses memenangkan Pilgub DKI I saat itu.

“Dari 18 partai itu merupakan partai-partai besar dengan calon yang maju dari tokoh-tokoh nasional. Pada saat itu Jokowi masih menjadi walikota Solo. Solo itu merupakan kota kecil yang besarnya sepertiga dari luas wilayah Kuningan, dengan jumlah penduduk kurang lebih 350 ribu jiwa,” bebernya.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Menurutnya, salah satu faktor penentu kemenangan itu selain mesin partai adalah figur dari calon tersebut, dengan prosentase 50 persen banding 50 persen.

“Namun, bukan berarti pada waktu Jokowi itu menang tidak ada mesin partai. Justru mesin partai saat itu berjalan efektif, karena mengerahkan semua kekuatan PDIP pada saat pemenangan DKI I. Kita turun hingga ke RW-RW maupun RT-RT,” katanya.

Oleh sebab itu, Zul menilai, pencapaian kemenangan sebuah even politik harus dibarengi dengan figur yang kuat, ditambah mesin partai yang harus terus berjalan. “Jadi kembali lagi ke figur, mesin partainya harus jalan dan figurnya juga harus kuat,” ujarnya.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Menanggapi dua kekuatan besar dari PDIP dengan Partai Golkar yang diisukan maju berkoalisi pada Pilkada 2018, Zul hanya enggan untuk berbicara banyak. Baginya, soal pencalonan dan rekomendasi kader partai dalam Pilkada 2018 harus menunggu satu tahun sebelum pelaksanaan Pilkada digelar.

“Belum waktunya, setahun kan saya baru memproses itu. Satu tahun sebelum Pilkada, baru Bappilu memproses hal itu seperti proses pendaftaran, verifikasi dan segala macemnya, termasuk Kuningan,” terangnya.

Ketika ditanya soal kemungkinan rekomendasi partai tak hanya jatuh ke tangan calon incumbent, Zul hanya menjawab di Politik semua kemungkinan bisa terjadi. “Apa sih yang gak mungkin di politik. Tapi, kedatangan Pak TB kemarin sudah memberikan sinyal, bahwa figur inumbent itu sulit dikalahkan, dan berpeluang menang, berdasarkan fakta empiris di even pilkada-pilkada sewilayah Indonesia,” tandasnya.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Akan tetapi kata Zul, tidak ada yang bisa menjamin siapa yang bakal direkomendasi untuk maju di Pilkada, sebelum keputusan itu datang langsung dari DPP PDIP. “Yang menjamin itu nanti kalau sudah ada keputusan, rekomendasi dari DPP, nah itu berarti sudah ada jaminan maju. Jadi, kalau ditanya kemungkinan, ya tidak ada yang tidak mungkin kalau di Politik itu,” pungkasnya.(andri)

Advertisement
Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Advertisement