KUNINGAN (MASS) – Kecelakaan maut yang dialami truk sampah milik Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kuningan beberapa waktu lalu, masih dalam proses penyelidikan.
“Masih lidik pak. Masih ada beberapa saksi lain yang harus diperiksa,” kata Kasat Lantas Polres Kuningan, AKP Sigit Suhartanto, Selasa (21/8/2024).
Kasat Lantas, ditanya hal tersebut lantaran kasus truk terguling yang menyebabkan 2 orang tewas (istri dan anak sang sopir), jadi perhatian cukup serius.
Selain mencuat pertanyaan-pertanyaan apakah kendaraan layak pakai atau tidak, ada tidak SOP kerja yang pasti atau tidak, siapa yang lalai dalam insiden tersebut, muncul juga isu soal kemiringan jalan.
Menerangkan soal kemiringan jalan, Kabid Bina Marga PUTR Kabupaten Kuningan, Tedy Bisma, mengatakan memang baiknya, kemiringan jalan itu mengacu pada standar ke-binamargaan. Baiknya, kemiringan jalan tak lebih dari 9-10% nan. Itupun, jika digunakan untuk truk besar, harus ada transisi di pertegahan tanjakan.
Ia mengamini, kebina margaan juga memiliki acuan untuk tempat parkir. Meskipun, Tedy juga mengiyakan bahwa di banyak tempat wisata (tidak hanya di lokasi kejadian kecelakaan truk), kemiringan jalannya lebih ekstrim. Ia juga tidak tahu persis, di lokasi kejadian truk mengalami kecelakaan, derajat kemiringannya berapa.
“Desain keamanan jalan penyebabnya banyak faktor, selain memang kondisi kendaraan yang harus ditanya (dalam kondisi baik atau tidak),” kata Tedy Bisma.
Ia kemudian menjelaskan faktor-faktor apa saja yang bisa saja menjadi tantangan keamanan di jalan. Selain kemiringan jalan, bisa juga dipengaruhi elevasi tikungan, jalan rusak hingga menyebabkan kendaraan tak bisa cepat/menarik gas, ataupun kemahiran pengendara itu sendiri.
“Ya kurang kumaha Tol Cipali itu memenuhi standar kebinamargaan, tapi celaka mah unggal minggu,” tuturnya. (eki)