LURAGUNG (MASS) – Meski sudah diajukan ke pemerintah, bendungan permanen di Sungai Cisanggarung tak kunjung dibangun. Tiap pergantian musim para petani di Desa Benda Kecamatan Luragung bergotong-royong membendung sungai dengan bronjong yang dibuat secara tradisional.
“Kegiatan seperti ini sudah berlangsung sejak lama. Sebab setiap memasuki musim kemarau, debit air untuk mengaliri lahan persawahan di sini menjadi turun,” ungkap Maman, salah satu petani yang sedang bekerja, belum lama ini.
Dijelaskan Maman, luas areal pesawahan yang dialiri dari sungai Cisanggarung ini seluas 130 hektar. Ketika debit air menurun, sebagian besar lahan pesawahan tidak bisa terairi secara maksimal sehingga sungai harus dibendung agar mencapai ketinggian normal.
“Sejak lama kami mengajukan untuk pembuatan bendungan permanen kepada pemerintah, namun anggaran yang terlalu besarlah yang jadi kendalanya karena mungkin dirasa tidak sebanding dengan hasil dari lahan yang diairi,” kata Maman.
Padahal menurut Maman masalah hasil dari lahan yang diairi itu tidak sebanding jika hanya dalam jangka pendek. Sedangkan jika untuk jangka panjang tentu akan sebanding. Untuk itu pihaknya berharap pemerintah berpikir panjang, bukan hanya berpikir untung rugi semata.
Pada momen Pilkada ini Maman mendambakan adanya sosok pemimpin baru yang bisa merealisasikan keinginan ratusan petani yang ada di desanya itu. Dirinya yakin desanya bisa menjadi salah satu daerah penghasil beras yang kontinyu jika masalah pengairan ini dapat diselesaikan.
“Saya yakin jika masalah pengairan ini bisa terselesaikan, desa saya ini bisa menjadi salah satu penghasil beras terbesar di Kuningan, dan saya berharap dalam momen pilkada ini ada pemimpin baru yang bisa merealisasikannya. Pemimpin itu adalah Dokter Toto,” pungkasnya. (deden)