KUNINGAN (MASS) – Pembukaan pesantren kilat diselenggarakan di Masjid Syiarul Islam Desa Kertaungaran Kecamatan Sindangagung, Selasa (27/4/2021) siang.
Kegiatan sendiri, diinisiasi Irmas desa setempat yang kini dinahkodai Ihza Arafat. Pada pembukaan, hadir Wabup M Ridho Suganda serta muspika setempat mulai kepala desa, camat serta babinsa dan DKM, MUI serta tokoh agama, lalu juga anak-anak santri.
Dalam sambutannya, Ketua DKM H Toto menyebut acara dilakukan secara sederhana karena memang sedang covid.
Dalam pesannya, dirinya juga sempat mengomentari kemajuan zaman yang saat ini terjadi, digitalisasi.
“Kita memamg harus hidup dalam masanya masing-masing,” ujarnya saat itu.
Kepala Desa H Udi Sanusi, saat memberikan pesan sambutan menyebut pesantren kilat sebagai alternatif pembelajaran tatap muka.
“Kami juga tidak menyangka, ternyata seantusias ini yang ingin mengikuti kegiatan, mungkin karena lama juga tidak dilakukan pembelajaran tatap muka, mudah mudahan bermanfaat,” jelasnya.
Dari keterangan yang diperoleh, peserta pesantren kilat sendiri yang terdaftar mencapai 130 peserta. Dan banyak juga yang ikut berpartisipasi belum terdaftar.
Sedangkan, Wabup Edo yang juga membuka kegiatan memberi apresiasi pada panitia serta pelaksana atas terlaksananya kegiatan pesantren kilat.
“Pertama apresiasi pada panitia yang telah terlibat dan ikut membantu dalam mencerdaskan kehidupan bangsa,” sebutnya.
Apalagi, saat ini anak-anak sudah terbiasa tidak melakukan proses belajar mengajar secara tatap muka karena covid. Tentu ada ancaman putus generasi dalam pendidikan.
“Dan pesantren kilat ini bisa dianggap sebagai proses pengalihan,”imbuhnya.
Dirinya mengaku, pemerintah juga sebenarmya menginginkan dinuka kembalinya sekolah. Hanya saja, dari pemerintah pusat belum ada ijin dilakukan pembelajaran.
“Mudah-mudahan pesantren kilat juga bisa jadi tempat mencari ilmu dan melakukan ibadah sebaik-baiknya. Bisa membawa dampak yang baik bagi kita semua, bagi adik-adik semua,” tambahnya.
Selain membahas pesantren kilat, Edo juga sempat membahas digitalisasi dan fungsi serta peran sentral masjid, yang diharapnya bisa menjadi pusat aktivitas, termasuk soal ekonomi.
Bahkan, bila diperlukan masjid dan pesantren juga harus terbuka pada digitalisasi. Setidaknya, itu juga menarik perhatian dan menjadi pusat kehidupan masyarakat.
“Setidaknya waktu shalat kan anak-anak juga ikut,” begitu ucapnya.
Terakhir, Wabup sempat meninjau pembangunan mushola yang temgah dilakukan tak jauh dari masjid utama. (eki)