KUNINGAN (MASS) – Isu kekerasan seksual kembali mencuat dan kali ini menjadi sebuah isu serius yang tengah dihadapi oleh kabupaten kuningan. Dimana kasus kekerasan seksual ini terjadi di salah satu pondok pesantren yang berada tepat di Kecamatan Ciawigebang, Kabupaten Kuningan. Kejadian ini jelas menarik perhatian dari berbagai banyak pihak dan memerlukan tindakan tegas agar kasus tersebut dapat diselesaikan dengan tuntas tanpa adanya pembenaran dari pihak manapun.
Kekerasan seksual merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang tidak dapat ditolelir. Ironisnya, pelaku tidak lain adalah seorang tokoh agama. Dimana seorang tokoh agama islam, seorang kiayi yang seharusnya menjadi sosok pemimpin, sosok panutan, dan menjadi suri tauladan bagi para santri. Namun, yang terjadi justru malah sebaliknya; Pelaku terjerumus hawa nafsu dan melakukan tindakan menyimpang yang melibatkan belasan santriwati sebagai korbannya.
Tindakan kekerasan seksual ini tentu saja berdampak signifikan terhadap psikologis anak, menciptakan trauma mendalam terutama dalam kehidupan sosial mereka. Adanya peristiwa ini, secara tidak langsung menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pondok pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan islam yang seharusnya bisa menanamkan pendidikan karakter serta menanamkan nilai-nilai keislaman yang kuat.
Patut dipertanyakan, bagaimana mungkin seorang tokoh agama yang seharusnya menjadi sosok pemimpin dan bisa melindungi santrinya justru malah menjadi seorang pelaku tindakan kejahatan seksual? Hal tersebut jelas mengunggah kesadaran kita akan pentingnya kepemimpinan yang tanggung jawab dalam dunia pendidikan.
Jelas disini, peran penting orang tua dalam memilih pondok pesantren yang tepat. Dimana pendidikan pondok pesantren merupakan bagian dari investasi jangka panjang untuk masa depan anak. Artinya bahwa peran orang tua ialah harus cerdas dan bijaksana dalam mempertimbangkan pendidikan anak, terutama dalam konteks pondok pesantren. Hal tersebut tidak hanya dilihat dari salah satu sudut pandang saja, namun dilihat dari semua aspek didalamnya.
Memilih lembaga pendidikan yang tepat tidak hanya berdampak pada perkembangan akademik anak saja, tetapi pada pembentukan karakter dan moralitas mereka di masa mendatang.
Oleh: Ulmi Reda Mayanesa
Kementerian Pendidikan BEM FPST UM KUNINGAN