KUNINGAN (MASS) – Hidup penuh perjuangan bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga pencarian makna dan keyakinan. Setelah melewati masa-masa sulit sebagai anak bungsu dari 12 bersaudara dan berjualan nasi kuning untuk bertahan hidup, perjalanan Tuti Andriani terus berlanjut. Tak hanya menghadapi ujian hidup dari segi ekonomi, ia juga menapaki jalan pencarian spiritual yang akhirnya membawanya pada keputusan besar: menjadi seorang mualaf.
Keputusan tersebut bukan hal yang mudah bagi Tuti. Ia tumbuh dalam keluarga non-Muslim yang sederhana, di mana sang ayah berjualan kulit kambing dan ibunya berjualan sorabi. Sejak kecil, ia terbiasa bekerja keras untuk membantu keluarga dan mencari penghidupan sendiri. Namun, dalam perjalanan hidupnya, ia merasakan dorongan batin yang kuat untuk mengenal Islam lebih dalam.
Perjalanan spiritual Tuti Andriani bukanlah sesuatu yang instan. Ia melalui berbagai fase pencarian makna hidup, hingga akhirnya memutuskan untuk memeluk Islam. Tuti juga bukan satu-satunya dalam keluarganya yang menemukan ketenangan dalam Islam. Dari 12 saudara yang ia miliki, empat di antaranya juga memilih untuk menjadi mualaf.
“Dari 12 bersaudara, yang masuk Islam itu ada empat orang, termasuk saya,” ungkapnya dalam podcast bersama Kuningan Mass, Sabtu (29/3/2025).
Salah satu momen yang paling membekas bagi Tuti setelah masuk Islam adalah saat pertama kali melaksanakan shalat tahajud. Ia mengungkapkan bagaimana pengalaman tersebut memberikan ketenangan dan keyakinan yang semakin kuat dalam hatinya.
Keputusan besar itu tentu membawa banyak perubahan dalam hidupnya. Dari cara pandang, kebiasaan, hingga hubungan dengan lingkungan sekitar, semua harus ia jalani dengan penuh keteguhan hati.
“Ketika saya memutuskan masuk Islam, tentu ada banyak tantangan. Tapi saya yakin, ini adalah jalan terbaik untuk saya,” tambahnya.
Seperti banyak muallaf lainnya, perjalanan Tuti tidak selalu mudah. Ia menghadapi berbagai tantangan, mulai dari lingkungan hingga adaptasi dalam menjalani ajaran Islam. Namun, ia tetap teguh pada keyakinannya.
“Ketika kita memilih sesuatu dengan hati yang mantap, Allah pasti memberikan jalan. Saya percaya itu,” katanya dengan penuh keyakinan.
Kini, sebagai Wakil Bupati Kuningan, Tuti tidak hanya ingin menjadi pemimpin yang baik, tetapi juga ingin menjadi sosok yang bisa menginspirasi banyak orang, khususnya para mualaf yang masih dalam proses adaptasi. Ia aktif dalam kegiatan sosial dan berusaha membantu mereka yang mengalami kesulitan seperti dirinya dulu.
“Tidak ada yang kebetulan dalam hidup. Semua sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Saya bersyukur bisa sampai di titik ini, dan saya ingin berbagi semangat dengan mereka yang sedang berjuang menemukan cahaya dalam hidupnya,” pungkasnya. (argi)
Tonton selengkapnya di sini :