KUNINGAN (Mass) – Tepat pada tanggal 8 Maret (Kemarin) di mana perempuan di seluruh Negara memperingati hari perempuan. Peran perempuan sangat perbincangkan dalam setiap keadaan apapun. Tak terkecuali di Negara Indonesia sosok perempuan seperti RA Kartini, Dewi Sartika, Cut’ Nyak Dhien dan tokoh-tokoh perempuan yang lainnya.
Menyikapi hal itu, mau tidak mau dunia harus membuka mata bahwa gerakan perempuan ada di setiap belahan dunia dan memiliki kekuatan tersendiri. Di Indonesia, perjuangan kaum perempuan dalam berjuang dan semangat nasionalisme, religius dan sosialis telah terbukti jauh sebelum kemerdekaan Indonesia terwujud.
Dalam kondisi hari ini. Perempuan harus lebih berani tampil dengan gagasan-gagasan yang genius, jangan sampai ada sikap skeptisisme terhadap perempuan. Sementara persaingan global, membuntuti anak bangsa untuk mampu memberikan ide yang konstruktif. Ide bukan hanya untuk dirinya, golongannya, melainkan untuk semuanya, untuk kemajuan daerah, bangsa dan Negara.
Peran perempuan saat ini merupakan salah satu pilar utama yang memegang peranan penting sepanjang sejarah kehidupan umat manusia adalah kaum perempuan, sehingga ketika sorotan perbincangan diarahkan kepada perempuan, maka akan selalu menarik dan aktual untuk diperbincangkan, karena persoalan perempuan entah dalam arti (Positif atau Negatif) seiring perkembangan dan pergeseran zaman akan selalu menarik untuk dikaji, dan telah berperan besar dalam mewarnai kehidupan, bahkan peradaban manusia secara umum.
Mencermati gejala sosial yang muncul akibat modernisasi dan globalisasi, keberadaan perempuan sering terekspos secara berlebihan, yang secara tidak sadar atau mungkin disadari. Akan merendahkan derajat kaum perempuan itu sendiri, khususnya perempuan Islam.
Berlindung di balik perkembangan zaman atau modernisasi, sebagian dari kaum perempuan telah melangkah jauh, bahkan berlebihan dalam mengikuti alur perkembangan yang berakses pada pergeseran harkat dan martabatnya. Sebagai makhluk yang dimuliakan, kebebasan dalam pergaulan (Emansipasi berlebihan) berpakaian yang jauh menyimpang dari syariat Islam.
Hal itu menjadi gejala sosial yang hampir membudaya dikalangan muslimah atau perempuan saat ini. Maka dari itu, gejala sosial merupakan tanggung jawab bersama, ketika keterpurukan moral bangsa mulai diperbincangkan. Bahkan menjadi kenyataan, tidak terkecuali beberapa bulan yang lalu kami dari gabungan organisasi kemahasiswaan yang terdiri dari IMM bidang IMMawati, KAMMI dan juga organisasi kewanitaan yang lainnya. Mengajak kaum perempuan untuk menutupi auratnya.
Dalam upaya penguatan jati diri dan pembinaan moral generasi bangsa, khususnya kaum perempuan untuk bisa menutupi auratnya untuk menjadi seorang muslim atau muslimah adalah suatu keharusan tanpa proses tawar. Oleh karena itu sebagai Ketua Bidang IMMawati PC IMM Kuningan, mengajak kaum perempuan untuk lebih berperan aktif dalam pembangunan daerah, bangsa dan menjadi muslimah yang Uswatun khasanah. ***
Penulis : Syifa Nursari Fadillah (Ketua Bidang IMMawati) PC IMM Kuningan