KUNINGAN (MASS) – Kedatangan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi atau yang kerap disapa KDM ke Kabupaten Kuningan, masih membekas untuk warga. Ada yang minta tolong, ada yang mengkritik, tapi tak sedikit juga yang masih haru. Terutama saat KDM hadir di Malam Apresuasi Budaya sebagai puncak Hardiknas di Pandapa Paramartha, Jumat (2/5/2025).
Pasalnya, selain diisi dengan hiburan dari para artis kenamaan seperti Kang Ohan, Ceu Popon hingga Charlie Van Houtten, KDM juga berinteraksi langsung dengan masyarakat. Bahkan, ada situasi yang mengharukan, dimana pedagang keliling kripik singkong, dibuat menangis haru dan sujud di atas panggung oleh KDM.
Pedagang kripik tersebut adalah seorang ibu yang berasal dari Kampung Pajaten Desa Caracas Kecamatan Cilimus. Ia sampai dipanggil langsung oleh KDM untuk naik ke atas panggung, ternyata lantaran awalnya menolak bayaran atas paket kripik yang diberikan untuk Gubernur. Padahal, uang yang diberikan cukup besar, Rp 5 juta.
Saat di atas panggung, sang ibu ditanya kenapa menolak dibayar untuk paket jualannya tersebut. Pada KDM, ibu itu mengaku ikhlas memberi, karena senang ke KDM yang dianggapnya baik ke semua orang. Pedagang keliling itu mengaku sering melihat konten KDM via YouTube.
“Saya seneng sama bapak. ngasih ikhlas buat bapak karena bapak suka berbuat baik sama orang,” si ibu berucap dengan sesekali terbata-bata.
Simpatik atas hal itu, KDM justru membalas pedagang kripik itu dengan mengaku sama ikhlasnya. Bahkan, tidak hanya Rp 5 juta seperti niat sebelumnya, KDM menambahi uang untuk pedagang keliling itu dengan nominal yang lebih besar, Rp 15 juta. Sontak saja hal itu membuat riuh kagum para penonton.
“Saya juga ngasihnya ikhlas sama ibu. Saya juga ikhlas sama ibu. Karena ibu tadi nolak, dapatnya 15 juta, saya juga ikhlas tidak boleh nolak. Orang ikhlas akan ketemu sama orang ikhlas,” kata Dedi Mulyadi.
Tidak hanya sampai di situ, suasana haru dengan diiringi musik masih berlanjut. Pedagang keliling itu tak kuasa nahan air matanya. Ia dirangkul oleh KDM bahkan sampai bersujud. Spontan, para pejabat yang di atas panggung juga menghampiri pedagang keliling, bersalaman dan memberikan uang. Total uang terkumpul untuk pedagang keliling itu mencapai Rp 20,3 juta.
“20 juta 3 ratus, kangge bekel ibu mudah-mudahan berkah, tambah ageng usahana tambah ageng rezekina,” disambut riuh dan diamini oleh para penonton.
Sebelumnya, dalam acara puncak itu, Kang Dedi, yang tampil di atas panggung mengenakan pakaian adat Sunda dengan nuansa warna putih menggunakan iket, menyampaikan pesan-pesan inspiratif. KDM menyampaikan, dina kahirupan kedah aya rasa jeung cinta. Ari dinu rasa jeung cinta aya rahman, aya rahim kagungan Gusti Allah. Mun lengit rasa jeung cinta kahirupan teu aya hartina.
“Lamun hayang catur jadi bukur, carita jadi kanyataan kudu make rasa jeung cinta,” ujarnya mengutip banyak pepatah Sunda.
KDM juga berpesan, Kuningan boga indung (induk) nyaeta gunung, kedah dijaga tangkal jeung hulu caina, sangkan alam oge ngajaga urang. Ulah nepi cul dog dog tinggal igel, anger kolot-kolot keneh nu kudu ngabeberes.
Sementara itu, perihal pendidikan, KDM menuturkan, bahwa pendidikan harus dikembalikan kanu asasina, nyaeta ngawujudkeun (mewujudkan) manusia Indonesia seutuhnya.
“Lamun ceuk ajaran kanjeng rosul disebatna Insan Kamil, ngarti kanu syariat manusia jeung hakikatna, nu ngarti torekat jeung marifatna, nyaeta aya iman Islam Ihsan,” pesannya.
Ia juga menyinggung fenomena generasi saat ini, dimana anak justru banyak diasuh dan bergaul dnegan gadget, bukan dengan orang tua. Fenomena itu, kata KDM, bukanlah yang terjadi di negara maju. Karena justru, di negara maju, antara anak dan gawai itu diatur penggunaannya. (eki)