KUNINGAN (MASS) – Mengutip kata kata Ir. Soekarno “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”. Ini menandakan bahwa pemuda adalah seseorang yang mempunyai semangat juang yang tinggi dan pemikiran yang kritis serta perilaku yang progresif.
Mengingat tanggal 28 Oktober sebagai hari sumpah pemuda, berarti mengingat semangat kaum muda dimasa lampau, dimana mempunyai semangat juang yang tinggi melawaan penjajah-penjajah dalam upaya memerdekakan bangsa. Banyak yang dilakukan oleh para pemuda di masa lampau, salah satunya para pemuda berkumpul dari berbagai daerah untuk mengadakan kongres dengan tujuan menyatukan para pemuda dalam sebuah wadah, dan kongres ini berjalan pada tahun 1926.
Dua tahun berselang para pemuda kembali mengadakan kongres tepatnya pada tanggal 27-28 Oktober 1928, semangat para pemuda tak tergerus meskipun tanahnya sedang dijajah, mereka tetap berkumpul meskipun harus melalui jarak tempuh yang jauh. Semangat inilah yang melahirkan kongres bersejarah dengan hasil sumpah pemuda. Dari kongres ini kita bisa lihat semangat para pemuda untuk bangsanya dengan membebaskan diri dari belenggu-belenggu penjajahan. Rumusan Sumpah Pemuda merupakan bentuk identitas nasional yang menjadi simbol persatuan dalam menghadapi penjajah-penjajah. Sumpah Pemuda juga sebagai fase kedua dari nasionalisme Indonesia, berupa konseptualisasi yang meletakkan solidaritas dan kepentingan bersama di atas primordialisme, suku, dan agama.
Jika zaman dahulu pemuda memperjuangakan kemerdekaan bangsa, maka pemuda sekarang harus mempertahankan kesatuan dan persatuan bangsa mengingat Indonesia sudah merdeka selama 74 tahun. Ini adalah waktu yang sedikit mengingat lamanya bangsa indonesia dijajah. Di umur 74 tahun Indonesia merdeka masih banyak permasalahan yang dihadapi, salah satunya kemiskinan, penangguran, dan perpecahan antar kelompok. Maka pemuda harus melihat peluang-peluang untuk mengubah kondisi masyarakat bangsa. Masa muda harus dipakai dengan sangat baik, darah muda adalah darah yang menggebu. Dengan semangat sumpah pemuda kita galang persatuan dan kesatuan.
Seorang tokoh muda di balik Revolusi Pinguin Chili, Karol Aida Carolia Oliva pernah berkata, “Menjadi muda tapi tidak revolusioner adalah kontradiksi biologis”. Artinya, bagi seorang pemuda maka adalah kewajiban untuk menjadi revolusioner. Bahkan menurutnya jika tidak revolusioner, pemuda tersebut telah berkhianat pada kodrat biologisnya. Kerja-kerja revolusioner memang telah mengalami banyak tafsir dan pemaknaan, tetapi bagaimanapun kesemuanya mengerucut pada penghendakan perubahan secara menyeluruh dan mendasar.
Menjadi muda yang revolusioner adalah amanat berat yang mesti diemban pemuda. Meskipun demikian, ini tidaklah sebanding dengan perjuangan revolusioner pemuda Indonesia masa pra kemerdekaan tetapi juga tidak bisa dianggap kerja yang remeh. Pasalnya, dengan segudang masalah kejumudan dan segala ketimpangan yang terjadi di negara kita, kerja revolusioner ini mesti jadi kerja yang sustainable dan proses yang tidak boleh berhenti.
Selain dari pada itu kodrat yang melekat untuk pemuda, Hadits nabi mengatakan bahwa pemuda adalah pemimpin masa depan “syubbanul yaum rijalulgud” . Seyogyanya, jika benar hadits ini dipegang oleh pemuda islam masa kini, maka pemuda islam harusnya jadi pemuda paling revolusioner dibanding yang lainnya karena dalam benaknya selalu tertanam keyakinan bahwa ia adalah pemimpin masa depan, generasi penerus tongkat estafer kepemimpinan.***
Alif Fathul Aziz
Anggota bidang Pengembangan Keilmuan, Minat dan Bakat IMK Wilayah Cirebon