KUNINGAN (MASS) – Dalam Islam, kepemimpinan berasal dari dalam bahasa Arab: Imamah, bukan hanya tentang jabatan, tetapi juga tentang amanah dan tanggung jawab untuk memimpin manusia menuju kebaikan. Pemimpin harus memiliki sifat-sifat unggul seperti jujur (Shiddiq), dapat dipercaya (Amanah), mampu menyampaikan kebenaran (Tabligh), dan cerdas (Fathonah), sebagaimana contoh teladan dari Rasulullah SAW. Kepemimpinan juga mencakup tanggung jawab untuk kesejahteraan masyaraat dan mewujudkan keadilan.
Ibnu Taimiyyah menyatakan agama Islam tidak akan bisa tegak dan abadi tanpa ditunjang oleh kekuasaan, dan kekuasaan tidak bisa langgeng tanpa ditunjang dengan agama. Dalam Islam istilah kepemimpinan dikenal dengan kata Imamah. Sedangkan kata yang terkait dengan kepemimpinan dan berkonotasi pemimpin dalam Islam ada delapan istilah, yaitu; Imam dalam Surat al-Baqarah 124. Khalifah pada al-Baqarah: 30. Malik, al-Fatihah : 4, Wali pada al-A’raf : 3. ‘Amir dan Ra’in, Sultan, Rais, dan Ulil ‘amri.
Menurut Quraish Shihab, imam dan khalifah dua istilah yang digunakan Alquran untuk menunjuk pemimpin. Kata imam diambil dari kata amma-ya’ummu, yang berarti menuju, dan meneladani. Kata khalifah berakar dari kata khalafa yang pada mulanya berarti “di belakang”. Kata khalifah sering diartikan “pengganti” karena yang menggantikan selalu berada di belakang, atau datang sesudah yang digantikannya.
Dasar – dasar Dalam Kepemimpinan
Pertama, tidak mengambil orang kafir atau orang yang tidak beriman sebagai pemimpin bagi orang-orang muslim karena bagaimanapun akan mempengaruhi kualitas keberagamaan rakyat yang dipimpinnya, sebagaimana firman Allah dalam Al – Qur’an Surat An – Nisaa: 144.
Kedua, tidak mengangkat pemimpin dari orang – orang yang mempermainkan Agama Islam, sebagaimana firman Allah dalam surat Al – Maidah: 57.
Ketiga, pemimpin harus mempunyai keahlian di bidangnya, pemberian tugas atau wewenang kepada yang tidak berkompeten akan mengakibatkan rusaknya pekerjaan bahkan organisasi yang menaunginya. Sebagaimana Sabda Rasulullah sa. “Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah masa kehancurannya”. (HR Bukhori dan Muslim).
Keempat, pemimpin harus bisa diterima (acceptable), mencintai dan dicintai umatnya, mendoakan dan didoakan oleh umatnya. Sebagaimana Sabda Rasulullah saw. “Sebaik-baiknya pemimpin adalah mereka yang kamu cintai dan mencintai kamu, kamu berdoa untuk mereka dan mereka berdoa untuk kamu. Seburuk-buruk pemimpin adalah mereka yang kamu benci dan mereka membenci kamu, kamu melaknati mereka dan mereka melaknati kamu.” (HR Muslim).
Kelima, pemimpin harus mengutamakan, membela dan mendahulukan kepentingan umat, menegakkan keadilan, melaksanakan syari’at, berjuang menghilangkan segala bentuk kemunkaran, kekufuran, kekacauan, dan fitnah, sebagaimana Firman Allah SWT. Dalam Alquran, Surat Al-Maidah: 8. Keenam, pemimpin harus memiliki bayangan sifat-sifat Allah swt yang terkumpul dalam Asmaul Husna dan sifat-sifat Rasul-rasul-Nya.
Prinsip – prinsip Kepemimpinan dalam Islam
1. Tauhid : Kepemimpinan harus dilandasi oleh tauhid, yang dinama menyakini bahwah Allah SWT adalah satu – satunya Tuhan yang berhak disembah dan dipatuhi. Tidak ada lagi yang lain selain Allah SWT.
2. Musyawarah : Seorang pemimpin harus melakukan musyawarah saat mengambil Keputusan, bukan dengan menggambil Keputusan secara sepihak Pentingnya bermusyawarah dalam pengambilan keputusan, baik dalam urusan pribadi maupun publik sebagaimana di jelaskan dalam hadits berikut: “Kumpulkan para hamba yang mukmin dari umatku lalu musyawarahlah di antara kalian dan jangan kamu putuskan suatu perkara berdasarkan satu pendapat saja”. (HR. Sayyidina Ali).
3. Keadilan : Seorang pemimpin harus menjunjung tinggi keadilan dalam segala aspek kehidipan, untuk menjaga ketentraman atau kesejahteraan Masyarakat.
4. Kesejahteraan : Seorang pemimpin harus memperhatikan kesejahteraan Masyarakat dan berusaha untuk meningkatkan kualitas mereka.
Penutup
Pada bagian ini, Sebagai seorang pemimpin hendaknya kita harus selalu berupaya menyempurnakan keilmuan kita, berani dalam mengambil risiko dan mampu mengambil ibrah dari keberhasilan serta kegagalan para pemimpin terdahulu. Jadilah pemimpin yang berangkat atas keilmuan dan ketakwaan bukan atas dasar nafsu dan keserakahan, yang mana sifat serakah itu adalah sifat yang dimilik shaitan.
Maka dari itu bersikaplah adil dan bijaksana dan mempertimbangkan dengan baik dalam mengambil keputusan agar tidak ada yang merasa dirugikan dan merasa diuntungkan. Dan satu lagi jadi lah pemimpin yang selalu menanyakan kondisi anggotanya apakah meraka baik – baik saja atau malah merasakan siksaan atas kepemimpinan kita.
Oleh : Ari Anggi Purnamasari
Mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Husnul Khotimah