Sejarah Pembangunan Jalan Tol Cikopo Palimanan
Pembangunan adalah suatu upaya perubahan yang berlandaskan pada suatu pilihan pandangan tertentu yang tidak bebas dari pengalaman (sejarah), realitas keadaan yang sedang dihadapi, serta kepentingan pihak-pihak yang membuat keputusan pembangunan.
Pembangunan memiliki makna yang ganda. Yang pertama adalah pembangunan yang lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi yang difokuskan pada masalah kuantitatif dari produksi dan penggunaan sumber daya. Yang kedua adalah pembangunan yang lebih berorientasi pada perubahan dan pendistribusian barang – barang dan peningkatan hubungan sosial.
Makna yang kedua lebih berorientasi pada pembangunan sosial yang terfokus pada pendistribusian perubahan dalam struktur dari masyarakat yang diukur dari berkurangnya diskriminasi dan eksploitasi serta meningkatnya kesempatan yang sama dan distribusi yang seimbang dari keuntungan pembangunan pada keseluruhan komponen masyarakat (Hadi, 2000).
Pembangunan infrastruktur jalan tol di Indonesia sangat dibutuhkan karena dapat mengurangi inefisiensi akibat kemacetan pada ruas utama, serta untuk meningkatkan proses distribusi barang dan jasa terutama di wilayah yang sudah tinggi tingkat perkembangannya, serta dapat mengembangkan wilayah tersebut menjadi sentra perekonomian.
Pada tahun 2015, pemerintah Republik Indonesia yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo melakukan peresmian sebuah jalan tol baru yang diberi nama Cipali atau kepanjangan dari Cikopo-Palimanan. Peresmian jalan tol Cipali ini dilakukan pada tanggal 13 Juni 2015
Menelusuri sejarah proyek jalan tol ini cukup panjang. Konsep ataupun ide untuk membangun jalan tol Cipali ini sudah ada sejak tahun 1996. Terbukti dengan adanya catatan dari Dinas Bina Marga Kabupaten Subang tahun 1996. Namun sayangnya proyek tersebut mandeg akibat krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998.
Di era presiden setelah Soeharto, pembangunan ini tidak direalisasikan. Kemudian baru pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau biasa dikenal SBY pembangunan jalan tol Cipali tersebut dijalankan, lebih tepatnya pada tahun 2011 dan pembangunan ini dibawah koordinasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan dikerjakan oleh PT. Lintas Marga Swadaya (LMS).
Tol Cikopo-Palimanan ini merupakan tol terpanjang di pulau Jawa saat ini dengan panjang mencapai 116 kilometer yang menjadikan para pengguna jalan yang akan melewati tol tersebut dapat mengurangi waktu tempuh sekitar kurang lebih 120 menit dari pada melewati jalan Pantai Utara atau disebut Pantura.
Jika diperinci ternyata pembangunan jalan tol Cikopo-Palimanan ini dibuat di atas lahan yang luasnya mencapai ±1.080,69 hektar. Tol ini melewati 5 kabupaten di Jawa Barat yaitu Purwakarta, Subang, Indramayu, Majalengka dan Cirebon.
Akses pintu tol Palimanan yang dilanjutkan dengan tol pali-kanci dengan exit tol di Ciperna, Cirebon adalah jalur akses termudah dan tercepat untuk menuju ke Kabupaten Kuningan. Secara ringkas bahwa pembukaan jalur / jalan tol Cikopo – Palimanan membuat akses ke Kabupaten Kuningan menjadi lebih mudah. Beberapa dampak yang dirasakan oleh penduduk Kabupaten Kuningan sejak tahun 2015, dimana pada tahun itu tol Cikopo-Palimanan diresmikan penggunaannya adalah pertumbuhan perekonomian Kabupaten Kuningan pada sektor pariwisata.
Kondisi pariwisata di Kabupaten Kuningan
Kabupaten Kuningan adalah sebuah kabupaten yang terletak di ujung timur laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Secara astronomis Kabupaten Kuningan terletak pada titik Koordinat 108º 23 – 108º 47 BT dan 6º45 – 7º 13 LS. Dilihat dari posisi geografisnya, Kabupaten Kuningan ini berada pada lintasan jalan regional yang menghubungkan Kota Cirebon dengan wilayah Priangan Timur (Kabupaten Ciamis, Kota/Kabupaten Tasikmalaya, Kota Banjar,Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Garut) dan sebagai jalan alternatif jalur tengah yang menghubungkan Bandung-Majalengka dengan Jawa Tengah.
Sadar akan potensi wisata yang dimiliki oleh daerahnya, terutama kekayaan potensi pariwisata berbasis alam. Maka pemerintah daerah pun terus berusaha mengembangkan potensi pariwisatanya agar dapat menarik wisatawan untuk datang berwisata di Kabupaten Kuningan. Dan menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor utama dalam meningkatkan PAD Kabupaten Kuningan sehingga dalam rencana pembangunan menempatkan pariwisata sebagai komponen pembangunan yang utama. Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025 dan sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2010, Pemerintah Kabupaten Kuningan telah menargetkan menjadi “Kabupaten Agropolitan dan Wisata Termaju di Jawa Barat Tahun 2027”.
Dari banyaknya daya tarik wisata yang dimiliki Kabupaten Kuningan yang memang sudah terkenal khususnya di wilayah III Cirebon dan Regional Jawa Barat, wisata alam lah yang paling dikenal oleh para wisatawan. Pemandangan yang indah, hawa sejuk, udara yang segar, air panas alami, jauh dari bising perkotaan ini menjadi favorit dari para pengunjung untuk melepas penat dari rutinitas pekerjaannya. Selain itu, potensi wisata kuliner Kabupaten Kuningan yang beragam pun menjadi primadona wisatawan ketika berkunjung ke Kuningan.
Keinginan untuk dapat menikmati wisata alam yang sejuk dan alami seperti yang dimiliki Kabupaten Kuningan dan akses yang menjadi lebih mudah menuju ke Kabupaten Kuningan dengan pembukaan akses tol Cikopo-Palimanan semakin meningkatkan ketertarikan dari wisatawan untuk datang ke Kabupaten Kuningan.
Menurut Suryabrata (1988:109), mendefinisikan minat sebagai kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada suatu objek atau menyenangi suatu objek. Timbulnya minat terhadap suatu objek ini ditandai dengan adanya rasa senang atau tertarik untuk datang dan datang lagi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Sedangkan kata minat jika dalam bahasa Inggris diartikan Interest yang berarti perhatian. Adapun menurut Shadili dalam Hutabarat (2010:125) minat merupakan kecenderungan bertingkah laku yang terarah terhadap objek kegiatan atau pengalaman tertentu.
Jadi dapat diartikan minat berkunjung wisatawan sebagai suatu keinginan dimana seorang wisatawan tertarik untuk mengunjungi suatu daya tarik wisata. Wisatawan melakukan hal itu untuk memenuhi kebutuhannya dalam menyegarkan kembali pikiran setelah beraktivitas sehari-hari sehingga mendorong minatnya untuk berkunjung ke sebuah kawasan wisata alam maupun wisata buatan manusia dengan tujuan untuk bersenang-senang.
Mengutip dari data publikasi Kuningan dalam Angka Tahun 2018 kondisi pariwisata di Kabupaten Kuningan juga menunjukkan gejala peningkatan terutama dalam hal jumlah pengunjung / wisatawan yang datang sejak dari pembukaan tol Cikopo-Palimanan di Tahun 2015. Berikut ini data kunjungan wisata Kabupaten Kuningan pada tahun 2011 adalah sebanyak 1.654.381 pengunjung, pada tahun 2012 menjadi 1.764.702 pengunjung, di tahun 2013 sebanyak 1.788.329 pengunjung. Pada tahun 2014 pengunjung / wisatawan yang datang ke Kabupaten Kuningan adalah sebanyak 1.836.407 orang, 2015 sebanyak 2.752.852 pengunjung, 2016 sebanyak 3.066.376 pengunjung dan 2017 sebanyak 3.124.948 pengunjung.
Terlihat lonjakan tinggi dari pengunjung / wisatawan yang datang ke Kabupaten Kuningan ada pada tahun 2015 dan angkanya terus tumbuh dan berkembang sampai berada di atas 3 juta pengunjung di mulai pada tahun 2016. Kedatangan lebih dari 3 juta pengunjung wisata adalah sebuah potensi ekonomi yang cukup bahkan sangat besar, karena paling tidak nilai retribusi dari kehadiran mereka di objek wisata akan memberikan nilai bagi meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Kuningan.
Belum lagi pendapatan dari sektor transportasi dan pendukung wisata lainnya seperti tumbuhnya rumah makan / restaurant dan pusat belanja oleh-oleh khas kuningan di sepanjang jalur yang dilalui para wisatawan menuju tempat / lokasi kunjungan wisata. Juga perlu diingat bahwa pertumbuhan ini seharusnya juga dapat meningkatkan jumlah hunian hotel terutama dari pengunjung / wisatawan yang berasal dari luar daerah maupun luar negeri.
Peningkatan jumlah kunjungan wisata akan semakin berkualitas dan menunjukkan keberhasilannya dalam meningkatkan taraf perekonomian warga adalah apabila kunjungan wisatawan juga diikuti dengan menginap di hotel / penginapan dan melakukan transaksi kuliner di rumah makan / restaurant di sekitar lokasi wisata.
Hanya saja ibarat sebuah euforia (perasaan nyaman atau perasaan gembira yang berlebihan, Kamus Besar Bahasa Indonesia) bahwa pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kuningan ini menunjukkan indikasi penurunan kualitas pertumbuhannya. Dan sangat mungkin bahwa pertumbuhan ini akan mengalami masa pertumbuhan negatif (penurunan) jumlah pengunjung wisata ke Kabupaten Kuningan apabila tidak dikembangkan metode / cara untuk membuat rasa ketertarikan berkunjung ke Kabupaten Kuningan semakin besar dengan adanya begitu banyaknya pilihan destinasi wisata yang berkualitas baik.
Titik jenuh dari para wisatawan akan terjadi bila pihak pengelola tempat wisata tidak melakukan terobosan dari sisi inovasi kualitas dan kuantitas jenis sarana wisata yang baik. Bila ini terjadi maka euforia dari pembukaan akses ke Kabupaten Kuningan akan segera berakhir.
Indikasi dari berakhirnya euforia wisata ke Kabupaten Kuningan adalah sebagai berikut :
- Kecenderungan turunnya tingkat hunian hotel di Kabupaten Kuningan. Angka hunian hotel di Kabupaten Kuningan pada tahun 2015 adalah 261.644 orang, tahun 2016 sebanyak 312.701 orang dan 2017 sebanyak 260.058. Dapat dilihat bahwa angka pada tahun 2017 lebih rendah dari tahun 2016 bahkan juga lebih rendah dari tahun 2015.
- Kunjungan ke rumah makan beberapa tahun terakhir tercatat turun, apabila pada tahun 2015 jumlah pengunjung rumah makan / restaurant mencapai 1.014.456 orang maka pada tahun 2016 tercatat turun menjadi 1.013.025 dan turun lagi pada 2017 menjadi hanya 892.300 orang.
Terlepas dari penyebabnya, ada banyak cara dan strategi bagi perkembangan mutu kualitas pengelolaan daerah wisata yang seharusnya dilakukan agar kuantitas pengunjung lokasi wisata dapat terus tumbuh dan berkembang. Tumbuh dan berkembangnya tingkat kunjungan wisata yang terkelola dengan baik pasti akan meningkatkan kualitas dari perekonomian warga sekitar.
Berikut adalah faktor-faktor yang perlu dikembangkan untuk peningkatan kulaitas maupun kuantitas kunjungan dari wisatan ke Kabupaten Kuningan
- Mengintensifkan koordinasi antara pelaku usaha wisata dengan dinas dan instansi terkait.
- Sinergitas antar pelaku usaha wisata dengan pelaku usaha penunjangnya sehingga terbentuk pola kemitraan yang saling menguntungkan.
- Perlunya kerjasama dengan pihak swasata dan masyarakat lokal dalam penataan kawasan wisata
- Terus melakukan rencana dan pengembangan inovasi baru terkait wisata yang disesuaikan dengan kebutuhan pengunjung dan aspek pelaku usaha wisata. Dibantu juga oleh persepsi pengunjung untuk aspek pengembangan dan daya tarik wisata secara keseluruhan.
- Melakukan sistem promosi secara berkala dan memanfaatkan sosial media untuk melakukan promosi, menjalin kerja sama dengan pihak tour guide atau ODTW lain untuk melakukan paket wisata secara bersamaan, memiliki system kelola yang baik
- Menyediakan fasilitas umum, fasilitas wisata dan fasilitas khusus yang lengkap terkait kawasan wisat.
- Memiliki produk lokal dan produk wisata seperti buah-buahan, hasil ternak dan tanaman yang bersumber dari pengolahan hasil daerah setempat yang nantinya bisa di ekspor ke luar Kabupaten Kuningan.
Dengan tujuh faktor tersebut maka bisa diharapkan bahwa kunjungan wisatan akan meningkat bukan sekedar menjadi euforia yang berhenti sesaat saja.***
Penulis: Nono Suharno, S.IP (Fungsional Statistisi Penyelia, Badan Pusat Statistik (BPS) Kab. Kuningan)
BIODATA PENULIS
Nama : Nono Suharno, S.IP
Instansi : Badan Pusat Statistik (BPS) Kab. Kuningan
Jabatan : Fungsional Statistisi Penyelia
No. HP/WA : 0813-2474-3244
Email : n.suharno@bps.go.id