CIGUGUR (MASS) – Dalam rangka penguatan profil pelajar Pancasila, siswa-siswi kelas sembilan SMP Yos Sudarso Cigugur mengikuti kegiatan pelatihan membatik di Gedung Cagar Budaya Nasional Paseban. Kegiatan yang berlangsung pada Selasa, (5/11/2024) itu menjadi bagian dari rangkaian Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan mengangkat tema kearifan lokal, pesona batik Paseban.
Sejak pukul 09.00 WIB, para peserta dengan antusias mengikuti pelatihan yang berlangsung di gedung bersejarah tersebut. Paseban, yang biasanya menjadi tempat pelatihan bagi peserta dari luar kota seperti Jakarta, Bogor, dan Bandung, kali ini membuka pintunya untuk generasi muda Cigugur.
Dalam pelatihan ini, para peserta diajarkan teknik membatik tulis mulai dari cara memegang canting, membuat pola, hingga mewarnai kain. Paseban telah menyediakan semua peralatan yang dibutuhkan, mulai dari canting, malam, kompor, kain, hingga pewarna.
Valentina Titik Sugiyanthi, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum sekaligus koordinator P5, mengungkapkan bahwa kegiatan ini memiliki tujuan untuk memperkenalkan kekayaan budaya lokal kepada para siswa.
“Batik Paseban merupakan warisan budaya yang sangat berharga bagi Kabupaten Kuningan. Dengan melibatkan siswa dalam kegiatan pelestarian batik ini, diharapkan mereka dapat lebih mencintai dan menghargai budaya sendiri,” ujar Valentina.
Kintan, seorang anak pengrajin batik yang turut memberikan pelatihan, menyambut antusiasme para siswa. “Saya senang sekali anak-anak muda sekarang tertarik untuk belajar membatik. Harapan saya, mereka tidak hanya sekadar membuat batik, tetapi juga memahami proses dan makna di balik setiap motif batik,” ungkapnya.
“Ini bukan kali pertama kami mengadakan pelatihan membatik untuk anak sekolah, dan Kami berharap kegiatan seperti ini dapat menumbuhkan minat generasi muda terhadap batik dan mendorong mereka untuk lebih menghargai karya seni tradisional,” lanjut kintan
Ia berharap, melalui pelatihan ini, para peserta dapat memahami proses pembuatan batik tulis yang cukup rumit dan panjang. Dengan begitu, p[ara peserta akan lebih menghargai setiap karya batik yang ada dan tidak hanya melihatnya sebagai sebuah produk belaka.
Lebih lanjut, kintan juga menekankan bahwa membatik tidak hanya sekedar kegiatan seni, tetapi juga dapat menjadi terapi. “Setiap tarikan canting adalah satu tarikan napas. Kegiatan membatik dapat membantu seseorang untuk merasa lebih tenang dan rileks,” jelasnya.
Veronika, salah satu siswa peserta pelatihan, mengaku sangat senang dengan kegiatan ini. “Seru sekali bisa belajar membatik langsung dari ahlinya. Saya jadi tahu banyak hal tentang batik Paseban,” ujar Veronika.
Pelatihan membatik ini tidak hanya mengajarkan teknik membatik, tetapi juga memberikan pemahaman tentang sejarah dan filosofi batik Paseban. Para siswa diajak untuk mengenal berbagai motif batik, serta makna yang terkandung di dalamnya.
Dengan adanya kegiatan seperti ini, diharapkan generasi muda dapat menjadi pelestari budaya batik Indonesia, khususnya batik Paseban. Selain itu, kegiatan ini juga dapat meningkatkan kreativitas dan keterampilan siswa.
Pihak Paseban juga terbuka untuk siapapun yang ingin mengikuti pelatihan membatik di Paseban. Bagi instansi, dapat mengajukan surat permohonan kepada Yayasan Tri Mulya atau langsung ke Gedung Paseban. Surat permohonan ini biasanya diperlukan untuk keperluan penelitian atau pelatihan. (leni/mgg)