KUNINGAN (MASS) – Belakangan ini publik Kuningan disuguhi serangkaian berita soal dinamika jabatan di tubuh Perusahaan Daerah Aneka Usaha (PDAU). Mulai dari isu pergantian direktur hingga wacana target sumbangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp1 miliar.
Sayangnya, perbincangan publik seolah masih berkutat di seputar siapa yang menjabat, bukan apa yang dikerjakan. Padahal, jika PDAU hanya dijadikan ajang “jabatan gagayaan” tanpa arah transformasi ekonomi yang nyata, maka lembaga ini akan terus terjebak sebagai pengelola aset pasif yang hidup segan mati tak mau.
Padahal, PDAU sejatinya punya peluang luar biasa untuk menjadi motor penggerak ekonomi daerah berbasis digital, sosial, dan kemandirian pesantren. Kalau mau naik kelas, PDAU harus bertransformasi menjadi holding ekonomi daerah — bukan sekadar pemegang gedung dan lahan tidur.
Arah Baru PDAU: Menjadi Penghasil Nilai, Bukan Sekadar Pemelihara Aset
Kabupaten Kuningan memiliki potensi besar di berbagai sektor — mulai dari pariwisata, pesantren, UMKM, hingga pertanian. Namun semua potensi itu perlu dikelola secara terintegrasi melalui ekosistem ekonomi digital yang sehat, efisien, dan berpihak pada masyarakat bawah.
Inilah arah baru yang semestinya diambil PDAU: membangun sistem yang mampu menghubungkan potensi ekonomi daerah dalam tujuh klaster strategis.
1. Klaster Digital & Financial Services
Transformasi PDAU menjadi regional fintech enabler, yang berperan dalam sistem pembayaran digital, kartu wisata, retribusi online, dan pengelolaan transaksi keuangan lokal yang transparan.
Potensi pendapatan: Rp3 miliar per tahun.
2. Klaster Pariwisata & Rekreasi
Menjadikan PDAU sebagai operator ekowisata dan pengelola aset wisata daerah, lengkap dengan sistem tiket, parkir digital, dan jaringan homestay terpadu.
Potensi pendapatan: Rp1,8 miliar per tahun.
3. Klaster Pendidikan & Ekonomi Pesantren
Kuningan dikenal dengan ribuan santri dan madrasahnya. PDAU dapat menjadi pengelola ekosistem ekonomi pesantren melalui digitalisasi koperasi, kantin, dan pelatihan kewirausahaan.
Potensi pendapatan: Rp0,9 miliar per tahun.
4. Klaster Properti & Infrastruktur
Optimalisasi aset publik seperti lahan, gedung, reklame, dan kerja sama pembangunan rest area digital.
Potensi pendapatan: Rp2 miliar per tahun.
5. Klaster Pertanian, UMKM & Logistik
Menjadi aggregator hasil tani dan produk UMKM lokal melalui sistem distribusi dan marketplace daerah.
Potensi pendapatan: Rp1,3 miliar per tahun.
6. Klaster Media, Komunikasi & Branding Daerah
Membangun pusat promosi digital daerah, termasuk pengelolaan portal pariwisata, ruang iklan digital, dan penyelenggaraan event budaya serta ekonomi kreatif.
Potensi pendapatan: Rp0,9 miliar per tahun.
7. Klaster Energi & Lingkungan
Mendorong ekonomi hijau melalui program konversi sampah menjadi energi, pemasangan panel surya di area wisata dan pesantren, serta kerja sama CSR hijau.
Potensi pendapatan: Rp0,9 miliar per tahun.
Total Estimasi Potensi Pendapatan PDAU (Semua Klaster)
Klaster Estimasi Pendapatan / Tahun
Digital & Financial : Rp 3 miliar
Wisata & Rekreasi : Rp 1,8 miliar
Pesantren & Pendidikan : Rp 0,9 miliar
Properti & Infrastruktur : Rp 2 miliar
UMKM & Pertanian : Rp 1,3 miliar
Media & Branding : Rp 0,9 miliar
Energi & Lingkungan : Rp 0,9 miliar
Total Potensi Gabungan : Rp 10,8 miliar / tahun
Dari Janji Rp1 Miliar ke Kinerja Nyata Rp10 Miliar
Jika seluruh klaster ini diintegrasikan dalam satu model digital yang modern, maka PDAU bukan hanya bisa memenuhi janji “sumbang PAD Rp1 miliar”, tetapi mampu melipatgandakannya hingga sepuluh kali lipat dengan sistem yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan sosial.
Lebih dari itu, langkah ini akan menciptakan rantai ekonomi baru yang menyerap ribuan tenaga kerja, memperkuat UMKM lokal, dan menumbuhkan kemandirian pesantren dalam ekosistem ekonomi daerah.
Visi Jangka Panjang PDAU
Menjadi holding ekonomi daerah digital berbasis syariah.
Menyerap 1.000+ tenaga kerja baru lokal.
Meningkatkan PAD hingga 300% dalam 5 tahun.
Menjadi model BUMD modern berbasis pesantren dan wisata.
Penutup
PDAU tidak boleh lagi hanya menjadi “wadah jabatan” atau “penyewa lahan”. Sudah waktunya menjadi penggerak ekonomi riil daerah — yang tidak hanya membesarkan aset, tetapi juga membesarkan harapan rakyat.
Transformasi bukan pilihan, tetapi keharusan. Dan masa depan Kuningan menunggu keberanian PDAU untuk benar-benar naik kelas.
Catatan Penulis:
Tulisan ini merupakan opini pribadi sebagai bentuk kepedulian terhadap masa depan ekonomi Kabupaten Kuningan. Transformasi PDAU adalah kunci agar BUMD kita tidak lagi tertinggal, tetapi justru menjadi pionir ekonomi digital berbasis kearifan lokal.
Oleh: Muhajir Affandi, akademisi dan pengamat kebijakan publik
