KUNINGAN (Mass) – Memasuki periode kedua kepemimpinannya di PDAM Tirta Kamuning, tantangan Deni Erlanda SE MSi sebagai direktur semakin besar. Selain memikirkan kualitas, kuantitas dan kontinuitas air, ia pun dituntut untuk memikirkan agar tarif air tidak memberatkan konsumen.
“Sebelumnya prinsip PDAM itu hanya 3K yaitu Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas. Sekarang kami tambahkan satu K lagi sehingga jadi 4K. Satu K tersebut yakni Keterjangkauan berkaitan dengan tarif air,” terang Deni usai dilantik Bupati H Acep Purnama MH untuk jabatan periode keduanya sampai 2021 itu, Selasa (18/7).
Ia beserta jajaran PDAM akan mencoba menerobos kebijakan tarif air agar tidak terdengar lagi ada keluhan mahalnya tarif air. Ini sesuai dengan amanat Permendagri yang mengatur 5 persen dari UMK (upah minimum kabupaten).
Selain Keterjangkauan, 3K lainnya pun tidak dipinggirkan begitu saja. Deni mengakui warga Desa Kalimati Kecamatan Japara belum merasakan pelayanan prima. Konsumen PDAM di desa itu terpaksa harus giliran dalam menerima kucuran air.
“Sebetulnya kita sudah mencoba menambah debit air untuk konsumen di Kalimati. Tapi karena medan yang terlalu curam berakibat tingginya tekanan sehingga jaringan pipa selalu jebol di tengah. Sehingga dikecilin debit airnya yang penting ada dulu,” jelasnya.
Namun tahun ini pihaknya akan melakukan renovasi jaringan sesuai amanat bupati. Agar tidak terjadi lagi jebol jaringan, Deni akan memberikan sentuhan teknologi gas pelepas tekan. Sehingga diharapkan pasokan air ke Kalimati lancar, tidak ada lagi giliran.
Masih kaitan pelayanan prima, jumlah pelanggan yang sudah mencapai sekitar 43 ribu konsumen tidak membuatnya puas. Pasalnya, warga di Kuningan wilayah timur sebagian besar belum menikmati layanan air PDAM.
“Nah sekarang sedang dilaksanakan program BBWS. Di Jabranti Karangkancana terdapat mata air Citaal. Debitnya besar hingga 200 liter per detik. Kalau sudah dilakukan pemasangan pipa, maka bisa mengairi konsumen di Kecamatan Karangkancana, Ciwaru, Cibingbin dan Cimahi. Pokoknya wilayah timur,” ungkapnya.
Dengan debit air 200 liter per detik, imbuh Deni, akan mampu dimanfaatkan oleh 20 ribu konsumen sekaligus. Bahkan sebetulnya di Jabranti masih ada satu mata air lagi dengan debit besar yaitu mata air Cibajra. Pihaknya tengah mengajukan pemanfaatan mata air tersebut.
Kepada para pewarta dirinya mengakui jika mata air di Kuningan cukup banyak. Namun debit tiap mata air tersebut beragam. Ketersediannya tidak semua full untuk 12 bulan. Banyak diantaranya yang hanya sampai 6 bulan, sampai 10 bulan. Satu contoh mata air Cigugur hanya sampai 9 bulan saja. Begitu juga mata air Batu Nganjut yang dialirkan ke perumahan Alam Asri dan sekitarnya, tidak sampai 12 bulan.
“Memasuki musim kemarau ini, antisipasi kekurangan air dengan cara mengirimkan bantuan tengki air. Kebetulan kita sudah nambah lagi 2 mobil tengki baru bantuan dari provinsi yang bisa digunakan nanti,” tukasnya. (deden)