KUNINGAN (MASS) – Kearifan lokal yang telah diwariskan dan dijaga secara turun-temurun berperan penting dalam melestarikan sumber air sebagai bagian dari identitas budaya. Budaya dapat menjadi solusi menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungannya.
Hal tersebut disampaikan Ahmad Mahendra, M. Tr.A.P. Direktur Jendral Pengembangan, Pemanfaatan dan Pembinaan Kebudayaan Kementerian Kebudayaan RI yang menjadi keynote speaker dalam webinar memperingati Hari Air Sedunia 2025 yang bertajuk Ekosistem Budaya Mata Air: Menjaga Sumber Kehidupan Berbasis Kearifan Lokal pada Sabtu, 22 Maret 2025 di Jakarta.
Acara ini di inisiasi sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga sumber mata air melalui pendekatan budaya dan kearifan lokal yang di selenggarangkan oleh Prakarsa Akar Bumi bekerjasama dengan Kementerian Kebudayaan RI.
Webinar ini menghadirkan beberapa narasumber diantaranya Prof. Dr. Dadan Umar Daihani Tenaga Profesional Bidang Sumber Kekayaan Alam Lemhannas RI dan Guru Besar USAKTI, Dr. AA Ade Kadarisman Akademisi Universitas Teknologi Bandung / Pembina Prakarsa Akar Bumi dan Ketua Gerakan Nasional Literasi Mata Air Indonesia, Fainta Negoro Chief Impact & Sustainability Officer at Jejakin / Founder Jagasemesta, serta Dadan Imanudin Latif Founder Saung Kopi Hawwu Kabupaten Kuningan, Jawa barat, sekaligus sebagai praktisi budaya.
Ditegaskan Prof. Dadan, “Tradisi dan budaya mata air tidak hanya memiliki dampak lingkungan tetapi juga berperan penting dalam menjaga keberlanjutan hidup masyarakat sekaligus memberikan perhatian akan pentingnya ketahanan air (water security) selain itu mengingatkan pentingnya regulasi maupun berbagai program perlindungan sumber mata air di berbagai daerah di Indonesia,”.
Hal senada disampaikan oleh AA Ade Kadarisman, “Literasi mata air bukan sekedar memahami aspek teknis pengelolaan air, tetapi juga mencakup nilai-nilai budaya yang membentuk hubungan harmonis antara manusia dan alam, kita selama ini menggunakan air tapi apa yang kita perbuat terhadap air ?. Melalui pendekatan literasi yang komprehensif, masyarakat dapat mengambil peran aktif dalam melindungi sumber mata air di berbagai daerah,” ungkapnya.
Sementara itu Fainta Negoro menyoroti pentingnya integrasi antara pengetahuan lokal dan inovasi modern dalam mengelola sumber daya air secara berkelanjutan, dengan ini diharapkan dapat memitigasi krisis air di kemudian hari.
“Menjaga sumber mata air adalah bagian dari identitas budaya yang harus diwariskan ke generasi mendatang, seperti mana halnya nenek moyang kita yang telah membangun dan mewariskan sumber-sumber air di berbagai titik di Indonesia yang harus kita jaga dan rawat bersama,”papar Dadan yang bersama komunitasnya di Kabupaten Kuningan selalu aktif melakukan edukasi literasi budaya dan lingkungan ke masyarakat. (deden)