KUNINGAN (MASS) – Mahalnya harga pakan ikan khususnya di Kabupaten Kuningan menjadi tantangan bagi para pelaku usaha. Hal tersebut karena pembelian sebagian bahan baku pakan masih impor.
Kepala Bidang Perikanan Diskanak Kuningan, Beni Rianto MSi mengungkapkan, mahalnya bahan pakan tersebut karena dipengaruhi oleh nilai tukar dolar terhadap rupiah. Menurutnya, sekitar 70% biaya dalam usaha budidaya perikanan berasal dari biaya produksi.
“Bahan baku utama pakan berasal dari impor. Jadi pada saat ada kenaikan harga dolar terhadap rupiah, itu harga pakan pasti naik, biaya produksi tinggi,” ujar Deni.
Deni menyebut untuk menekan biaya produksi tinggi, pihaknya mendorong masyarakat dan kelompok usaha perikanan untuk mengembangkan pakan mandiri dan menggunakan pakan alternatif. Ia berharap langkah tersebut dapat membantu menekan biaya produksi.
“Dengan pakan yang mahal, kita bisa membuat pakan mandiri sehingga bisa menekankan biaya produksi,” tuturnya.
Lebih lanjut, pihaknya juga menargetkan Kabupaten Kuningan dalam mencapai swasembada ikan pada tahun 2029, seiring dengan peningkatan produksi lokal.
Ia menjelaskan saat ini, kebutuhan konsumsi ikan di Kuningan mencapai sekitar 31 ribu ton per tahun, namun produksi lokal baru mencapai sekitar 28 ribu ton sehingga masih terdapat defisit produksi yang tinggi.
“Mudah-mudahan 4 tahun ke depan bersama Pak Bupati Dian kita bisa mengejar target depisit tadi sehingga menjadi surplus di tahun 2029,” ungkap Deni.
Menurutnya, target swasembada ini mencakup semua jenis ikan konsumsi, seperti ikan nila, mas, lele, gurame, hingga ikan nilam. Deni menyebut pihak desa melalui ketahanan pangan juga banyak di sektor perikanan.
“Kami merasa optimis di tahun 2029 nanti swasembada ikan akan terwujud,” pungkasnya. (didin)