KUNINGAN (MASS) – Mentri koordinator bidang pembangunan manusia dan kebudayaan (Menko PKM) Muhadjir Effendy, menyatakan bahwa nasi jagung bisa menjadi alternatif menu makan bergizi gratis. Hal itu disampaikannya sesaat setelah panen raya varietas jagung hibrida 212 di Desa Prayungan Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo Jawa Timur. Pemberian makan siang gratis untuk anak-anak dan pesantren adalah program unggulan pasangan calon presiden. Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dalam kampanye pilpres 2024. Program ini dianggap paling melekat/diingat di hati rakyat. (Kompas.com 4/8/2024)
Menurut mentri koordinator bidang perekonomian Airlangga Hartarto, tiap daerah dan tiap anak akan berbeda anggarannya. Hal ini disampaikannya saat menanggapi pernyataan Prabowo mengefisienkan pagu anggaran Rp 71 triliun untuk makan siang gratis Rp15.000 menjadi Rp 7500 per porsi. (Kompas.com 18/8/2024)
Cukupkah Rp 7500 untuk makan siang bergizi gratis? Tim presiden terpilih Prabowo-Gibran masih menimbang-nimbang untuk menurunkan biaya makan per hari apakah bisa dihemat menjadi Rp 9000, Rp 8000 atau Rp 7500, dengan pertimbangan program ini menyentuh lebih banyak masyarakat.
Cara berpikir sekuler yang ada di benak para pejabat membuat mereka mempertimbangkan untung ruginya ketika mengeksekusi program yang sudah dibuat. Keuntungannya rakyat akan memandang pemimpin terpilih adalah pemimpin terbaik yang menyayangi rakyat. Kerugiannya harus mengeluarkan anggaran yang banyak. Kalau bisa dihemat ya dihemat saja, dengan nasi jagungpun sudah cukup bergizi untuk rakyat.
Cara berpikir seperti ini lahir dari sistem pendidikan sekuler yang memandang rakyat sebagai beban, bukan sebagai amanah.
Negara yang berideologi Islam yang pernah eksis di bumi dan menguasai 2/3 dunia punya perhatian luar biasa tentang masalah pangan kepada rakyatnya. Kepala negaranya selalu melakukan ronda malam untuk memastikan rakyatnya tidak ada yang kelaparan, atau mengalami masalah yang harus diselesaikan.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz hanya 2 tahun masa kepemimpinannya tapi beliau menorehkan sejarah yang luar biasa gemilang, di zamannya rakyat makmur sejahtera sampai tidak ada orang yang mau menerima zakat. Angka kejahatan zero, srigala suka memangsa domba tapi di zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz, serigala menjadi penjaga keamanan bagi kambing. Sampai suatu pagi ada kejadian menggemparkan yaitu serigala memakan domba dan itulah hari wafatnya Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Di masa daulah Ayyubiyah guru dan siswa benar-benar diperhatikan kesejahteraan, mereka disediakan tempat tinggal berupa asrama, uang saku dan fasilitas belajar dan yang lainnya (Kitab Bangkit dan Runtuhnya Daulah Ayyubiyah, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar karya Ash-Shalabi Ali Muhammad dalam kompas.com, 3/2/2023)
Kenapa para Khalifah begitu menaruh perhatian yang tinggi terhadap kesejahteraan rakyatnya? Para Khalifah sangat menyadari bahwa kekuasaan yang digenggamnya adalah amanah dari Allah yang kelak di hari penghisaban akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah. Rasulullah bersabda: “Pemimpin adalah penanggung jawab atas semua rakyatnya dan akan ditanya masalah kepemimpinannya (HR Ahmad, Bukhari).
Para pejabat di daulah khilafah berkepribadian Islami artinya mereka memiliki pola pikir/aqliyah dan pola sikap/nafsiyah Islami buah dari sistem pendidikan yang berlandaskan aqidah Islam.
Wahai umat Islam, umat nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam tidakkah kita merindukan negara yang yang menjanjikan kesejahteraan bagi rakyatnya dan menjadikan Al-Qur’an dan As-sunah sebagai undang undang resmi negara?
Wallahualam bissawab
Penulis : Mardiyah
Aktivis Muslimah