KUNINGAN (MASS) – Mutiara tidak pernah ditemukan dengan cara yang mudah, ia ditemukan dengan penuh perjuangan ke dalam lautan. Gambaran itu memberikan makna bahwa sesuatu yang mulia akan diperoleh dengan perjuangan, kerja keras, kesabaran dan penuh kepasrahan pada Sang Pencipta.
Jika kita hanya menginginkan menjadi mutiara kehidupan, pasti banyak tantangan, pasti banyak rintangannya dan itu proses yang membuat diri itu semakin berharga.
Keluarga pun juga mutiara, tidak mudah menciptakan suasana keluarga yang penuh dengan kehangatan dan produktif dalam memberikan manfaat kepada masyarakat. Fokus untuk berbagi pada tetangga tampak sangat sederhana, tapi menumbuhkan nilai kepedulian itu dalam keluarga bukanlah hal mudah dan dibutuhkan energi untuk memulainya.
Melatih keluarga untuk bisa punya kepedulian kepada bermasyarakat pasti butuh kesabaran, latihan, penyadaran bersama dan itu bagai sebuah proses mendapatkan mutiara, sulit namun tidak berarti mustahil.
Memahamkan proses dan tujuan bersama keluarga, menjadi seni dalam setiap keluarga. Namun kata kuncinya adalah berani memulai. Memulai sebuah proses dan menekuni proses tersebut sampai menjadi sebuah kebiasaan. Hal ini akan menjadi keadaan berharga, karena proses dan tujuan akan menggerakkan pada penyadaran-penyadaran sikap.
Kebahagiaan tersendiri jika proses itu bisa dipandang sebagai sebuah tema untuk mendapatkan kepribadian, disisi lain proses lah yang sebenarnya mendidikan kita dalam mencapai tujuan.
Baca juga: https://netizen.kuninganmass.com/mutiara-keluarga-1/
Pada masa Pandemi Covid-19 ini, tekanan sosial semakin berat, maka dibutuhkan kekuatan untuk menghadapinya. Keluarga yang tangguhlah yang dapat menghadapi suasana ini dengan baik, maka menjadi sangat penting untuk secara bersama-sama membangun ketahanan keluarga.
Bahkan saya memandang, ketahanan keluargapun dapat menjadi sebuah model paradigma pembangunan, yaitu membangun daerah berbasis ketahanan keluarga. Sebuah pembangunan dengan focus penguatan nilai-nilai sosial dan agama dalam keluarga serta menjadikan keluarga sebagai elemen terkecil yang harus tersentuh pada setiap sisi pembangunan.
Mencermati itu, mungkin bisa menjadi sebuah renungan bersama terkadang dampak sosial yang menjadi beban pada anggota keluarga namun tak banyak yang menyadari hal itu sebagai masalah yang harus diselesaikan.***
Kokom Komariyah