KUNINGAN (MASS) – Kematian tragis seorang remaja SMP di Cirendang masih menyisakan tanda tanya besar. Di tengah dugaan bahwa korban meninggal akibat terjatuh, keluarga justru merasa ada kejanggalan yang belum terjawab. Sang ayah, Puhun Supriatna, mengungkapkan bahwa meski anaknya pernah memiliki riwayat pingsan sewaktu SD, tak ada keluhan kesehatan baru-baru ini. Sementara itu, Sony, kakak ipar korban, semakin gelisah lantaran luka yang dialami almarhum dirasa tidak wajar jika hanya disebabkan oleh jatuh dari ketinggian rendah.
“Terakhir kali dia pingsan itu sekitar 3-4 tahun yang lalu. Tapi kalau penyakit baru-baru ini, dia tidak ada keluhan apa pun,” ungkap Puhun, ayah korban Minggu (9/3/2025) sore.
Terkait dugaan bahwa korban meninggal karena terjatuh, Puhun beranggapan pada takdir dan sudah menerima kejadian tersebut. Sony, kaka ipar korban, mengaku kurang puas dengan hasil otopsi sementara yang masih harus menunggu sekitar satu minggu untuk hasil lengkapnya.
“Kalau memang meninggal karena terjatuh, lokasi jatuhnya hanya setinggi lutut. Tidak wajar kalau dari ketinggian segitu sampai mengalami luka berdarah. Saya pernah bertanya mengenai hasil otopsi, saya tanya bagian mana yang vital yang menyebabkan darah terus keluar. Tapi pihak terkait belum bisa memastikan,” ujarnya.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Sony, saat perang sarung terjadi antara kelompok remaja dan RT 9, kelompok almarhum (RT 9) terdesak hingga mereka berpencar, almarhum sendiri lari ke arah makam tidak jauh dari lokasi perang sarung tersebut. Ia mempertanyakan dalam kondisi dikejar mengapa tidak ada yang mengetahui.
Sony juga menyampaikan, dirinya sudah berkoordinasi dengan Unit PPA. Namun, hingga saat ini, ia hanya menerima informasi dari hasil interogasi anak-anak RT 9, sementara dari kelompok lainnya belum ada laporan yang diterimanya.
“Membenarkan adanya perang sarung dari bukti video, ada bukti video perang sarungnya. Dalam video ada anak RT 9 yang terkena wajahnya dan dihajar oleh tiga orang. Saat kejadian, anak-anak RT 9 kabur berpencar, ada yang ke masjid, sementara korban ke area makam. Setelah itu, anak-anak RT 9 tidak ada lagi yang melihat korban,” jelasnya.
Sony berharap ada kejelasan lebih lanjut dari pihak kepolisian mengenai hasil otopsi dan kronologi peristiwa agar semuanya dapat tersinkronisasi dengan baik. Sampai sekarang, belum ada pemberitahuan lebih lanjut. Pihaknya ingin mengetahui kelengkapan dan kejelasannya, khususnya hasil interogasi dari kelompok remaja lainnya.
“Sekarang semuanya masih tanda tanya. Saya ingin mengetahui bagaimana kejelasannya. Almarhum sama sekali tidak memiliki penyakit bawaan, jadi jangan dikaitkan dengan hal itu,” pungkasnya. (didin/mgg)