Connect with us

Hi, what are you looking for?

Netizen Mass

Merosotnya Akhlaq Remaja Dikarenakan Kurang Tepatnya Pola Asuh Orangtua Dalam Pembinaan Sikap Keagamaan

KUNINGAN (MASS) – Masa remaja merupakan suatu tahap perkembangan manusia setelah melewati masa anak-anak atau disebut masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja adalah sebagai kelanjutan suatu peradaban, jadi dimana peradaban akan maju yaitu tergantung remaja sekarang. Kemudian untuk kemajuan suatu peradaban juga remaja harus dibekali dengan ilmu pengetahuan terutama pengetahuan atau ilmu tentang keagamaan diserta dengan akhlaq yang terpuji. Betapa pentingnya akhlaq terpuji bagi kehidupan ummat manusia untuk terciptanya kehidupan yang tentram selamat dunia dan akhirat.

Saat ini perkembangan teknologi semakin canggih, semakin cepat berkembang. Remaja tidak hanya perlu dibekali ilmu-ilmu umum saja melainkan harus dibekali juga dengan ilmu agama, karena teknologi secara tidak langsung sangat kuat pengaruhnya terhadap akhlaq remaja. Dengan adanya teknologi ini memang memberikan manfaat dan kemudahan bagi manusia dalam beraktivitas di segala bidang. Tetapi tidak jarang juga dengan kemudahan tersebut bisa membawa kepada kemudharatan akibat tidak bisa menggunakan teknologi dengan bijak sehingga teknologi ini bisa menyebabkan terjadi kemerosotan akhlaq pada remaja terlebih remaja yang masih duduk di bangku sekolah.

Faktanya, kini telah terjadi kemerosotan akhlaq di kalangan remaja dalam kehidupan sehari-hari. Baik itu dampak dari penggunaan teknologi, pergaulan, maupun kurangnya pendidikan agama dari orangtua. Hal ini terbukti dengan maraknya kasus kenakalan remaja seperti terdapat remaja yang berani melawan guru nya, melakukan tawuran antarpelajar, remaja yang melakukan seks bebas, dan masih banyak lainnya. Baru-baru ini, tepatnya di bulan Oktober 2023 terdapat sebuah kasus di daerah Dusun Selatan, Kalimantan Tengah siswa SMA nekat mengajak salah seorang guru berkelahi lantaran tak terima di tegur untuk memperbaiki dan merapikan seragamnya. Kemudian, kasus tawuran yang terjadi di Kuningan Jawa Barat tepatnya di daerah Luragung, puluhan remaja diamankan karena aksi tawurannya. Kemudian, di bulan November 2023 terdapat kasus di sebuah sekolah SMK di Bima, siswa dengan berani menganiaya guru olahraganya usai tak terima dirinya ditegur saat merokok di kelas.

Kasus diatas benar-benar sangat disayangkan sekali, tak sepatutnya siswa melakukan hal seperti itu hanya karena diingatkan sampai-sampai mereka berani melawan gurunya padahal itu juga untuk kebaikan dirinya sendiri. Menurut data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), data anak pelaku kenakalan hingga berhadapan dengan hukum tahun 2022 tercatat 131 anak. Tindakan kriminal yang sering dilakukan kelompok remaja di perkotaan seperti Pencurian (15%), tawuran atau perkelahian (14%), pembegalan atau pencopetan (7%), pembacokan (4%), perusakan kendaraan umum, rumah dll (1%). Sedangkan di Pedesaan, kasus pencurian (8%), tawuran atau perkelahian (7%), pembegalan atau pencopetan (8%), pembacokan (11%), perusakan kendaraan umum, rumah dll (1%). Kemen-PPPA sendiri mencatat bahwa dalam periode 1 Januari – 27 September terdapat 19.593 lebih kasus kekerasan, yang mana mayoritasnya terjadi dalam rentang usia remaja.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Jika dilihat di antara permasalah di atas, yang paling mendasar adalah problematika kurang tepatnya pergaulan remaja, dampak penggunaan tekonologi, serta minimnya pendidikan agama yang ditanamkan oleh orangtua sejak dini sehingga menimbulkan kenakalan remaja dan menyebabkan merosotnya akhlaq remaja tersebut. Oleh karena itu, untuk mencegah merosotnya akhlaq di kalangan remaja, perlu adanya partisipasi yang baik dari semua pihak baik itu dari guru, masyarakat, dan terutama pola pengasuhan orangtua.

Orangtua merupakan pendidikan pertama bagi anak. Apa yang dilakukan oleh remaja tidak berdiri sendirinya, artinya pasti ada sebab penyebab. Salah satu yang utama memang ini muncul tentu saja kita harus melihat pola pengasuhan bagaimana remaja ini di rumah, artinya tiba-tiba di sekolah sikap dan perilaku itu tidak terbentuk begitu saja, pasti ada sebuah proses panjang dalam hidupnya. Kenapa remaja ini menurun akhlaqnya sehingga melakukan kekerasan, tawuran, dll, itu karena pengaruh orangtua yang tidak masuk kedalam diri remaja. Kenapa? Karena sebagian orangtua mungkin belum punya skill. Banyak orangtua yang anaknya ingin baik, tapi orangtua sendiri tidak menanamkan nilai-nilai agama.

Sebagian besar remaja sekarang itu hancur harga dirinya, turun akhlaq nya menjadi kurang baik itu karena di rumah bukan di luar rumah. Beberapa anak zaman sekarang terkhusus remaja banyak yang tidak betah lama-lama duduk di dekat orangtuanya. Semakin dewasa, anak itu normal makin banyak keluar rumah, tapi seharusnya jika mereka pulang kerumah, mereka juga betah dengan orangtua.

Untuk mencegah menurunnya akhlaq remaja orangtua perlu menerapkan pola asuh yang tepat serta perlu menanamkan agama yang kuat dan akhlaq mulia terhadap remaja dimanapun mereka berada. Sering-seringlah berkomunikasi dan menasehati remaja dengan penuh kasih sayang agar mereka merasa bahwa orangtuanya peduli.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Apabila akhlaq atau perilaku remaja sudah mulai tidak baik. Maka, orangtua harus optimis, harus penuh kesungguhan dan kesabaran dalam memperbaikinya. Jika kita bicara membenahi karakter, perilaku atau akhlaq itu tidak bisa instan, melainkan butuh proses. Dan marilah sama-sama yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat mari bekerjasama. Orangtua jangan hanya selalu menitipkan anak ke sekolah, orangtua adalah mitra sekolah dalam mendidik anak, bukan karena anaknya sudah masuk sekolah orangtua menyerahkan semuanya ke sekolah.

Memang benar sekolah adalah tempat untuk pembinaan generasi Indonesia, tetapi bukan berarti orangtua membiarkan anak di sekolah seolah-olah semua pendidikan harus di sekolah, rumah juga demikian. Tetapi sekolah juga perlu pro-aktif kepada orangtua untuk memberikan peningkatan kesadaran bahwa mari kita bekerjasama antara orangtua, masyarakat, dan sekolah untuk kemudian memperhalus akhlaq atau budi pekerti semua anak agar tidak terjadi penurunan akhlaq anak pada usia remaja kelak.

Penulis : Rina Hanurawati, Mahasiswa Unisa Kuningan

Advertisement. Scroll to continue reading.
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Advertisement
Exit mobile version