KUNINGAN (MASS) – Menjadi PNS adalah impian hampir setiap orang. Selain karena masa depannya menjajinkan dan dijamin, status sosialnya juga jadi terangkat. Dulu, untuk dapat meraih status PNS dilakukan dengan berbagai cara.
Ada yang karena dekat dengan pejabat, ada yang karena tambal sulam dan tidak sedikit dengan menggunakan “tarif” tertentu. Yang pasti kental sekali dengan nuansa KKN [Korupsi Kolusi dan Nepotisme].
Kini, untuk dapat menjadi PNS, pemerintah membuat aturan yang betul-betul ketat dan transparan. Artinya status PNS diraih dengan tidak mudah alias ‘berat”. Tujuannya sangat jelas yaitu untuk membentuk Aparatur Pemerintah yang berkualitas.
Dengan semakin ketatnya system perekrutan PNS akan membuat beberapa orang pesimis, terutama mereka yang termasuk kategori usia “tua”. Mereka seolah-olah kalah oleh kaum milenia yang baru lulus dari Perguruan Tinggi.
Melalui tulisan ini saya ingin berbagi pengalaman khususnya kepada teman-teman yang merasa pesimis karena takut bersaing dengan yang lebih muda. Tulisan ini bukan bermaksud ria, pamer, takabur, sombong dan sebagainya.
Tapi betul –betul berbagi pengalaman dan berharap menginspirasi teman-teman yang akan ikut seleksi CPNS. Juga dapat memotivasi agar lahir sebuah keyakinan bahwa tidak ada yang tidak mungkin kalau kita berharap dan memohon kepada Allah SWT.
Ceritanya begini :
Bulan Oktober tahun 2008 saya membaca informasi tentang lowongan CPNS di Departemen Agama Kabupaten Kuningan. Tertera jelas di pengumuman itu ada formasi untuk jurusan saya hanya 1 orang.
Terbersit dalam benak saya, “wah satu orang mah jatah untuk anak pejabat”. Tapi saya tidak menyerah dan tetap memberanikan diri untuk ikut ngantri daftar, walau usia saya waktu itu 34 tahun, usia yang sudah mendekati kadaluwarsa untuk bisa ikut daftar CPNS.
Saya berfikir kalau tidak sekarang kapan lagi karena belum tentu tahun depanya ada, dan benar saja tahun berikutnya tidak ada lowongan untuk jurusan saya. Kenapa saya baru daftar CPNS diusia 34 tahun?
Bukan tidak pernah ikut diperiode-periode sebelumnya, saya juga pernah ikut testing kalau tidak salah 4 kali. Sejak 4 kali testing tidak lulus-lulus, saya pernah berburuk sangka, yang lulus itu mereka yang menggunakan “tarif” tertentu (karena memang waktu itu masih berlaku).
Tibalah waktunya pelaksanaan testing (waktu itu masih mengerjakan soal dalam kertas). Ada sekitar seratus soal yang harus dijawab dalam waktu 120 menit. Dan ada sekitar ratusan peserta jurusan saya yang bersaing hanya memperebutkan 1 formasi.
Setengah jam waktu testing berlangsung ada seorang peserta yang keluar ruangan karena sudah selesai mengerjakan soal. Waktu itu seisi ruangan bergumam “ wah inimah soalnya bocor”. Timbul juga kecurigaan dalam benak saya, orang yang keluar duluan itu hanya ikut testing formalitas karena sudah dijamin kelulusannya.
Waktu terus berjalan, tidak terasa waktu tes tinggal tersisa 30 menit. Semua peserta sudah keluar kecuali saya, karena ada 30 soal yang belum saya jawab, sampai saya ditegur pengawas.
Waktu itu saya pejamkan mata dan berdoa kepada Allah untuk dimudahkan dalam menjawab sisa soal. Allah Akbar dengan izin-Nya sisa 30 soal terjawab bersamaan dengan bel tanda waktu mengerjakan soal sudah habis.
Butuh waktu sekitar satu bulan untuk menunggu pengumuman hasil testing CPNS. Dalam masa menunggu itu saya selalu berdoa, terutama di waktu tahajjud. Doa-doa saya sama seperti doa-doa sebelum testing.
Doa saya setiap waktu adalah : “ Ya Allah kalau Engkau menghendaki hamba jadi PNS agar hamba semakin dekat dengan Engkau maka jadikanlah hamba PNS, tapi kalau dengan hamba jadi PNS semakin jauh dari Engkau maka tidak usah hamba luluskan jadi PNS.
Doa tersebut saya panjatkan untuk menyadarkan saya bahwa menjadi PNS bukan tujuan utama apalagi kalau didapat dengan cara-cara yang curang. Doa itu juga memotivasi saya, kelak ketika Allah menakdirkan saya menjadi PNS agar selalu mawas diri, bahwa segala sesuatu yang kita raih adalah campur tangan Allah SWT.
Desember 2008 tibalah waktunya pengumuman hasil testing. Hari itu Selasa (saya lupa tanggalnya), saya bergegas menuju Kantor Departemen Agama Kabupaten Kuningan. Sesampai di halaman kantor, sekitar jarak 5 meter di depan papan pengumuman saya melihat ada daftar nama yang pendek dinyatakan lulus.
Sambil berdebar saya bergumam, “mungkinkah nama saya? Karena memang nama saya pendek. Dan benar saja ketika saya semakin mendekat nama yang tertera di papan pengumumuan itu adalah nama saya.
Seketika itu juga saya sujud syukur di tempat parkir halaman kantor, tidak peduli halaman itu aspal. Dan waktu itu juga saya langsung pulang ke rumah dan memeluk istri dan anak-anak (waktu itu saya punya anak dua) sambil kami menangis bahagia.
Sejak pengumuman kelulusan itu banyak orang yang tidak percaya kelulusan saya adalah murni. Apalagi formasi yang tersedia hanya untuk 1 orang. Ada diantaranya yang bertanya, “ di atas punya kenalan siapa?” habis berapa?
Terhadap pertanyaan-pertanyaan itu saya jawab: di atas saya hanya punya Allah. Ketika ditanya habis berapa, saya jawab Rp100 . Wah 100 juta? kata yang nanya. Saya jawab 100 ribu untuk biaya tes kesehatan dan ronsen di Rumah Sakit. Terserah orang akan berfikir apa,yang jelas Demi Allah kelulusan CPNS saya murni karena izin dan kehendak dari Allah SWT.
Sekali lagi, melalui tulisan ini saya ingin meyakinkan kepada setiap orang yang berkeinginan untuk menjadi PNS bahwa setiap kita mempunyai peluang yang sama. Harus tetap optimis dan yakin akan sekenario Allah.
Berikut saya sampaikan tips (berdasarkan pengalaman pribadi) agar Allah memudahkan urusan kita terutama dalam menghadapi tes CPNS :
1.Luruskan niat, bahwa menjadi PNS dalam rangka meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah SWT
2.Banyak Berdoa dengan Khusyuk (focus pada tujuan) terutama di waktu-waktu yang mustazab seperti saat tahajjud dan dhuha
3.Menyiapkan fisik dan terutama mental ketika mengerjakan soal-soal (kerjakan dengan tenang)
4.Tetap optimis dan yakin bahwa apa yang terjadi pada kita adalah terbaik menurut Allah.
Wallahu ‘alam
Penulis: SUEB, Kepala MTsN 12 Ciamis asal Kuningan