CIWARU (MASS) – Suara langkah tegas Paskibraka, kibaran Sang Merah Putih, hingga tetesan air mata masyarakat menjadi saksi peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-80 di Desa Sagaranten, Kecamatan Ciwaru, Kabupaten Kuningan.
Sejak fajar, lapangan desa sudah dipenuhi warga dari berbagai dusun yang datang dengan penuh antusias. Mereka tidak hanya hadir untuk menyaksikan upacara, tetapi juga untuk merasakan kembali getaran perjuangan para pahlawan yang telah mengorbankan jiwa raga demi kemerdekaan bangsa.
Upacara dimulai dengan pengibaran bendera oleh Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Desa Sagaranten. Eva Fatonah, mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung, tampil penuh percaya diri, memukau seluruh hadirin dengan ketegasannya. Bersamanya, Muhammad Iqbal dan Farhan Ilham Prayoga menunjukkan kekompakan luar biasa, melambangkan semangat generasi muda yang siap menjaga api perjuangan bangsa.
Tidak kalah menawan, Siska Oktaviani yang bertugas sebagai pembawa baki melangkah anggun di hadapan masyarakat. Mahasiswi UIN Sunan Gunung Djati Cirebon itu tampil penuh wibawa, membuat banyak warga bangga melihat kualitas generasi penerus yang lahir dari desa mereka.
Ketika bendera Merah Putih berkibar gagah di angkasa, suasana berubah hening. Lagu “Indonesia Raya” menggema, dan banyak warga meneteskan air mata—sebuah simbol bahwa kemerdekaan adalah hasil dari pengorbanan panjang, bukan sekadar seremoni tahunan.
Usai upacara, semarak peringatan HUT RI dilanjutkan dengan pawai alegoris yang dipimpin oleh Samsi Nugraha, Kasi Pelayanan Desa Sagaranten. Seluruh RT di desa ikut ambil bagian, menampilkan kreasi terbaik mereka.
Penampilan paling menyentuh datang dari RT 02 Dusun Sagara, yang menghadirkan drama perjuangan seorang jenderal gugur di medan perang. Adegan pilu ketika sang anak menangis di samping jasad ayahnya membuat penonton terdiam dan larut dalam kesedihan.
Musik pengiring yang digarap oleh Aci, seorang editor musik lokal, menambah kedalaman suasana. Perpaduan suara suling, jimbot, tembakan, dan instrumen lainnya menghadirkan atmosfer dramatis yang memuncak ketika lagu “Gugur Bunga” diperdengarkan. Tangis pun pecah di tengah lapangan desa.
Kepala Desa Sagaranten dan Babinsa yang hadir mengaku terharu melihat kebersamaan dan kreativitas warganya. Mereka menegaskan, acara tersebut bukan sekadar hiburan, tetapi sebuah refleksi tentang arti kemerdekaan.
“Tujuan utama pawai ini adalah agar masyarakat sadar akan perjuangan dan selalu mengenang detik-detik proklamasi,” ujar Samsi Nugraha penuh semangat, Rabu (20/8/2025).
Kegiatan itu juga mempererat persatuan antarwarga. Setiap RT bersatu menampilkan karya terbaiknya, membuktikan bahwa semangat gotong royong masih hidup di tengah masyarakat pedesaan.
HUT RI ke-80 di Desa Sagaranten tidak hanya menjadi acara tahunan, tetapi sebuah peristiwa bersejarah bagi warganya. Dengan khidmat, haru, dan kebersamaan, mereka membuktikan semangat nasionalisme tetap menyala di hati rakyat desa.
“Acara tahun ini lebih berkesan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Kami bangga dan berharap tradisi ini terus dilestarikan,” ungkapnya. (argi)