KUNUNGAN (MASS) – Di group WA tiba tiba berdering, menandakan bahwa ada pesan yang masuk, tidak langsung saya buka.
Beberapa jam kemudian saya buka di group WA satu persatu. Saya terhentak ternyata ada berita duka yang sangat mendalam.
Kuningan telah kehilangan ulama sepuh, KH. Koko Busyrol Karim, Pimpinan Pondok Pesantren Mursyidul Falah Tanjungsari Kuningan.
Sepulangnya ta’ziyah dan mengantar sampai ketempat peristirahatan yang terakhir. Tiba-tiba WA pun berdering lagi.
Hentakan dan ketidakpercayaan menggelinding dalam dada ini. Ternyata beritanya sama. KH. Burhan Kholil Pimpinan Pondok Pesantren Al Madani Purwasari, Kiai muda telah meninggalkan kita semua.
Bagaikan petir disiang yang terik Ya Allah, engkau telah mengambil mutiara bangsa kami. Kami Ikhas semoga Engkau menerimanya disisi Mu.
Ya Rabb pertanda apa ini. Kami masih membutuhkan bimbingan dari mereka semua, kami masih butuh wejangan dari mereka.
Di awal tahun 2021 ini tercatat banyak ulama yang diwafatkan oleh Allah swt. Memang dialah sang pemilik segala rahasia kehidupan, namun dibalik itu semua ada pesan yang dapat kita pahami bahwa zaman ini telah semakin dekat dengan akhir.
“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak menggangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah menanggkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. mereka sesat dan menyesatkan. (HR. Bukhari).
“Mautul ‘Alim Mautul ‘Alam (Meninggalnya orang alim berarti matinya dunia). Innaalillaahi wainnaailaihi roji’un.
Ada pesan penting yang patut menjadi teladan bagi umat ini, khususnya para ulama dan pejuang agama Allah, yaitu:
Seorang ulama itu harus mampu mempersatukan semua komponen yang berbeda, mampu bergandengan tangan dengan siapa pun dan merajut ukhuwah dengan yang berseberangan jalan karena itulah hakikat silaturahim.
Seorang ulama jangan menjadi pemecah belah umat, yang disebabkan oleh sikap fanatik (ashobiyah) atas kelompoknya sendiri, dan menganggap hanya kelompoknya sajalah yang benar dan kelompok yang lain adalah salah.
Seorang ulama ibarat cahaya yang mampu menerangi setiap ruang gelap. Masuk melalui celah-celah sekecil apapun dan memberikan seberkas cahaya sebagai penunjuk jalan. Seorang ulama harus mampu masuk ke semua kalangan.
Dari masyarakat bawah hingga pejabat tinggi, dari yang berdasi hingga yang berkaos oblong, dari mereka yang berbaju parlente hingga yang bersandal jepit sekalipun, dari orang tua yang di masjid-masjid hingga anak muda yang di cafe-cafe. Semua mereka perlu merasakan indahnya dakwah dari para ulama.
Teguh dalam dakwah amar ma’ruf nahi mungkar. Amar ma’ruf membutuhkan kelembutan dalam mengajak pada perubahan ke arah kebaikan agar orang merasa nyaman dan semua kalangan dapat menikmati ajakannya tanpa merasa terpaksa.
Sementara nahi mungkar membutuhkan ketegasan dan keberanian untuk menyuarakannya, bahkan jika perlu berteriak lebih kencang agar semua orang mendengarnya, memberikan perhatian hingga bersedia untuk menjauhinya.
Penolakan atas kemungkaran dimaksudkan agar manusia tidak terjatuh dalam kehancuran dan kenistaan.
Berdakwah sampai mati. Berdakwah tidak berbatas waktu kecuali kematian yang menghentikannya.
Seorang dai harus terus istiqomah menyuarakan kebenaran tanpa mengenal lelah hingga kematian yang menjemputnya untuk menghentikan langkahnya.
Para ulama telah memberikan pelajaran berharga atas semangat dakwah yang demikian. Kematiannya menyisakan kesedihan di kalangan ummat dan terlebih bagi para sahabatnya.
Namun nilai-nilai kebaikan dan pesannya akan terus dikenang. Semoga ada yang melanjutkan dalam dakwah penuh ukhuwah dan silaturrahim ini. Akhirnya, semoga Allah swt meridhai langkah dan menerima jejak kebaikan selama ini.
Selamat jalan, teriring do’a dari keluarga, saudara, para habaib, para handai taulan, para kiai, para santri, dan seluruh masyarakat kabupaten Kuningan, semoga husnul khotimah dan menjadi penghuni syurga bersama para aulia, ulama, dan sholihin. Aamin***
Penulis Dr. H. Muhamad Nurdin, S.Ag, M.Pd.I, CH, Cht
Kasi PD Pontren dan Sekum MUI Kabupaten Kuningan