KUNINGAN (MASS) – Kabar membanggakan datang untuk Kuningan. Adalah Dona Aprilia, siswi kelas 4 SD Mungkal Datar Kecamatan Ciniru, yang bakal diterbangkan mewakili Indonesia sebagai Duta Kebudayaan ke Amsterdam Belanda.
Dona diterbangkan karena sebelumnya berprestasi sebagai juara 1 tari tradisional tingkat pra – anak. Kejuaraan yang diikuti Dona sebelumnya adalah National Championship Creational Dance yang digelar di DKI Jakarta pada akhir Mei 2024 kemarin.
Sebagai juara pertama, Dona akan didelegasikan ke Amsterdam – Belanda pada bulan September 2024 mendatang. Dalam ajang yang diselenggarakan Pelita Mice ( @lombatatinusantara ) itu, Dona menampilkan tari Sunda-Bali.
Kala ditemui Kuningan Mass baru-baru ini (31/5/2024), kedua orang tua Dona, Uun dan Udi nampak tak bisa menyembunyikan rasa bangga pada anaknya.
Uun bercerita, Dona memang sejak kecil senang menari. Saat ini, Dona juga belajar menari secara khusus di Sanggar Gupay Mitra Kuningan yang ada di Lengkong. Ia mulai belajar sejak usia 5 tahun.
“Alhamdulillah,” ujar Uun, haru menceritakan sang anak yang berprestasi.
Dikatakan sang ibu, Dona sejak kecil memiliki keinginan kuat untuk tampil menari. Sejak awal masuk sanggar, ia bahkan sudah ikut lomba-lomba dan berhasil jadi juara.
Kejuaraan demi kejuaraan ia ikuti. Selain menambah jam terbang, lomba juga menjadikan mental Dona terus lebih kuat. Tak jarang Dona juga tampil di acar masyarakat seperti wedding.
Namun tentu, itu semua tidak semudah ceritanya. Uun mengatakan, setiap kali lomba, tentu saja ada uang yang harus dikeluarkan. Mulai dari pulang pergi latihan ke sanggar yang cukup jauh, pendaftaran lomba sampai biaya perjalanan luar kota.
Uun juga mengaku sering mentok dengan kondisi keuangan. Namun, semangat sang anak mengejar mimpi, membuatnya akan melakukan apapun untuk membiayai hal-hal yang dibutuhkan.
Sebenarnya, kata Uun, bulan Juni ini Dona terbang ke Malaysia karena masuk top 10 di ajang tersebut. Namun pihaknya terbebani biaya pendamping dan paspor. Karenanya banyak yang memilih tidak berangkat. Butuh sekitar Rp 15jutaan untuk pendamping berikut asuransi.
“(Tapi) ka Amsterdam mah dikedahkeun (tapi nanti ke Amsterdam mah harus),” ujarnya.
“Budakna neutreuk hoyong. Ditaros ku juri, Dona pengen jadi Duta Kesenian ke luar negri, tos niat, cuman mentok ku biaya (Anaknya sangat pengen. Waktu lomba dan ditanya oleh juri, Dona sudha bilang ingin jadi duta kesenian ke luar negri, namun selalu mentok oleh biaya),” kata Uun.
Tidak hanya lomba, untuk ke datang ke Sanggar saja kadang Dona harus absen. Jauhnya perjalanan bagi anak kelas 4 SD, Ciniru – Lengkong, membuatnya bolos berminggu-minggu karena tak ada yang mengantar.
Ia punya kakak, namun sudah kuliah di Bandung. Kedua orang tua-nya serabutan, kerja, tak selalu bisa mengantar Dona. Beruntung sang anak dianugerahi bakat dan kemampuan mengingat gerakan yang bagus.
“Hoyong teh hoyong ka luar negri. Alhamdulillah aya jalana, sugan aya nu ngabantos (Dona itu pengen banget ke luar negri. Alhamdulillah ada jalan karena menang lomba, semoga ada yang membantu),” harap Uun.
Delegasi ke Amesterdam masih beberapa bulan. Ucapan selamat untuk Dona berdatangan mulai dari pihak sekolah sampai Dinas Pendidikan.
Namun yang masih terlihat gelisah adalah orang tua Dona. Tentu akan banyak biaya yang harus keluar mulai dari passpor, sampai persiapan perjalanan untuk mendampingi Dona. Uun berharap betul ada yang bisa membantu.
Saat ini, masih di ajang yang sama, Dona juga dinominasikan untuk melaku ke Festival Indonesia di Milan sebagai delegasi Budaya, bersama juara kategori lainnya. Nominasi dilakukan dengan vote yang informasinya tercantum di Instagram. (eki)