Connect with us

Hi, what are you looking for?

Netizen Mass

Mengatasi Krisis Membaca di Kalangan Pelajar: Tanggung Jawab Siapa?

KUNINGAN (MASS) – Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian terhadap krisis membaca di kalangan pelajar semakin meningkat. Data dari Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa kemampuan literasi membaca pelajar Indonesia masih berada di bawah rata-rata internasional (OECD, 2018). Sebagai contoh, penelitian oleh Sulistiyo et al. (2020) menemukan bahwa hanya 30% siswa sekolah dasar yang memiliki kemampuan membaca di atas standar minimum. Di jenjang SMP, angka tersebut menurun menjadi 25%, sementara di tingkat SMA, hanya sekitar 20% siswa yang dinilai memiliki kemampuan membaca kritis. Krisis ini menimbulkan pertanyaan besar: salah siapa? Untuk menjawabnya, kita perlu menelaah peran berbagai pihak, mulai dari keluarga, sekolah, hingga kebijakan pendidikan nasional. Membaca merupakan kemampuan dasar yang menjadi kunci keberhasilan dalam berbagai aspek kehidupan. Namun, di era digital ini, minat membaca sering kali tergeser oleh kehadiran teknologi yang menawarkan hiburan instan. Akses yang luas terhadap informasi melalui media digital belum tentu diiringi dengan peningkatan kemampuan literasi. Sebaliknya, anak-anak dan remaja cenderung mengonsumsi konten secara pasif tanpa memahami atau menganalisis informasi yang mereka terima. Fenomena ini memperparah tantangan literasi yang sudah ada.

Menurut teori literasi sosial yang dikemukakan oleh Street (1984), kemampuan membaca tidak hanya bergantung pada kemampuan teknis mengenali kata, tetapi juga pada konteks sosial dan budaya di mana literasi itu dipraktikkan. Dalam konteks Indonesia, minimnya lingkungan yang mendukung budaya literasi—baik di rumah maupun di sekolah—menjadi salah satu penyebab utama rendahnya kemampuan membaca. Street menekankan pentingnya pendekatan berbasis praktik sosial untuk membangun kebiasaan membaca yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Di sisi lain, teori motivasi membaca dari Guthrie dan Wigfield (2000) menunjukkan bahwa minat membaca siswa sangat dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik, seperti rasa ingin tahu dan kesenangan membaca, cenderung menurun ketika siswa merasa terbebani oleh tugas akademik yang berlebihan. Sementara itu, motivasi ekstrinsik, seperti dorongan dari guru dan orang tua, sering kali tidak efektif jika tidak diimbangi dengan akses terhadap bahan bacaan yang menarik dan sesuai dengan minat siswa.

Peran Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang membentuk kebiasaan membaca seorang anak. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh di keluarga yang mendukung literasi cenderung memiliki kemampuan membaca yang lebih baik (Clark & Rumbold, 2006). Sayangnya, budaya membaca sering kali kalah oleh dominasi gawai dan media sosial. Banyak orang tua lebih memilih memberikan perangkat elektronik kepada anak mereka dibandingkan buku, yang pada akhirnya mengurangi intensitas membaca. Menurut Bronfenbrenner (1979) dalam teori ekologi perkembangan, keluarga sebagai lingkungan mikro memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan anak, termasuk dalam membentuk kebiasaan membaca. Jika lingkungan keluarga tidak mendukung aktivitas literasi, anak cenderung mengalami kesulitan dalam membangun kemampuan literasi yang baik. Sebaliknya, keluarga yang rutin melibatkan anak dalam kegiatan membaca bersama akan membantu membangun pola pikir positif terhadap membaca.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Bandura (1986) melalui teori pembelajaran sosial juga menekankan pentingnya modeling dalam pembentukan perilaku anak. Anak-anak yang melihat orang tua mereka aktif membaca akan lebih cenderung mengadopsi kebiasaan serupa. Sebagai contoh, keluarga yang memiliki kebiasaan “family reading time” dapat menanamkan kecintaan membaca pada anak sejak dini. Selain itu, teori keterlibatan keluarga dari Epstein (1995) menyebutkan bahwa keterlibatan aktif orang tua dalam pendidikan anak, termasuk mendampingi anak membaca, dapat meningkatkan prestasi akademik secara keseluruhan. Contoh nyata dapat dilihat dari program “Bookstart” di Inggris yang melibatkan orang tua dalam memberikan buku kepada anak-anak mereka sejak usia dini. Program ini terbukti meningkatkan kemampuan membaca dan minat literasi anak-anak di berbagai jenjang usia. Dari ketiga teori ini, dapat disimpulkan bahwa keluarga memegang peran yang sangat penting dalam membangun budaya membaca. Tanpa keterlibatan aktif orang tua, anak akan kesulitan mengembangkan kemampuan membaca yang optimal. Oleh karena itu, upaya peningkatan literasi harus dimulai dari rumah dengan dukungan penuh dari keluarga.

Peran Sekolah

Sekolah sebagai institusi pendidikan formal juga memegang tanggung jawab besar. Namun, realitanya, sistem pendidikan kita sering kali lebih fokus pada hasil akademik berupa nilai dan skor ujian daripada membangun kecintaan terhadap membaca. Guru, yang seharusnya menjadi teladan literasi, sering kali terkendala oleh beban administrasi yang berat, sehingga tidak sempat menanamkan budaya membaca di kelas. Menurut Vygotsky (1978), dalam teori zona perkembangan proksimal, guru memiliki peran penting dalam memberikan scaffolding atau bantuan yang tepat untuk membantu siswa mencapai kemampuan membaca yang lebih tinggi. Ketika guru memberikan dukungan yang sesuai dengan kebutuhan siswa, mereka dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan membaca yang lebih mendalam dan analitis.

Penelitian oleh Pretorius (2000) menunjukkan bahwa kemampuan literasi yang baik di tingkat sekolah dasar adalah prediktor utama keberhasilan akademik di tingkat yang lebih tinggi. Pretorius menegaskan bahwa sekolah perlu menjadi pusat pengembangan literasi dengan menyediakan akses terhadap bahan bacaan yang menarik dan program-program membaca yang terstruktur. Selain itu, teori pendidikan dari Dewey (1938) menekankan pentingnya pembelajaran berbasis pengalaman yang relevan dengan kehidupan siswa. Dengan mengintegrasikan literasi ke dalam pengalaman belajar sehari-hari, sekolah dapat membantu siswa melihat membaca sebagai aktivitas yang bermakna dan menarik.

Tidak hanya itu, koleksi perpustakaan sekolah yang kurang memadai dan minimnya program literasi yang inovatif menjadi faktor penghambat. Penelitian oleh UNICEF (2020) menyebutkan bahwa 55% sekolah di Indonesia tidak memiliki perpustakaan yang layak. Hal ini tentu berdampak langsung pada akses pelajar terhadap bahan bacaan yang berkualitas.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Dengan mengacu pada hal tersebut, jelas bahwa peran sekolah sangat krusial dalam meningkatkan kemampuan literasi siswa. Sekolah tidak hanya berfungsi sebagai tempat belajar formal, tetapi juga sebagai katalisator budaya membaca di kalangan pelajar. Oleh karena itu, pengembangan program literasi yang efektif dan inovatif di lingkungan sekolah menjadi kebutuhan mendesak.

Kebijakan Pendidikan Nasional

Krisis membaca ini juga tidak lepas dari kebijakan pendidikan nasional. Kurikulum yang terlalu padat sering kali membuat kegiatan membaca hanya menjadi pelengkap, bukan prioritas. Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang diluncurkan pemerintah pada 2016 memang merupakan langkah positif, tetapi implementasinya masih jauh dari optimal. Banyak sekolah melaporkan kurangnya pendampingan dan sumber daya untuk menjalankan program ini secara berkelanjutan (Kemendikbud, 2021).

Krisis membaca di Indonesia juga erat kaitannya dengan kebijakan pendidikan nasional. Kurikulum yang terlalu padat dan bergonta ganti sering kali membuat kegiatan membaca hanya menjadi pelengkap, bukan prioritas utama dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pandangan Freire (1970) yang menyebutkan bahwa pendekatan pendidikan yang terlalu berorientasi pada transfer pengetahuan tanpa memberi ruang bagi keterlibatan kritis siswa cenderung menghasilkan “banking education,” di mana siswa hanya menjadi objek penerima informasi. Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang diluncurkan pemerintah pada 2016 merupakan langkah positif untuk menumbuhkan budaya literasi di kalangan pelajar. Namun, implementasi program ini masih menghadapi berbagai tantangan. Banyak sekolah melaporkan keterbatasan pendampingan teknis dan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan program ini secara berkelanjutan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2021).

Selain itu, literasi sering kali dipahami secara sempit sebagai kemampuan membaca dan menulis, padahal literasi sejati mencakup kemampuan memahami, menganalisis, dan merefleksikan informasi secara kritis (UNESCO, 2006). Sayangnya, kebijakan pendidikan yang ada belum sepenuhnya mendukung pencapaian literasi kritis ini. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa guru masih kekurangan pelatihan dalam menerapkan strategi pengajaran literasi yang inovatif dan interaktif (Hanifa, 2020). Kurangnya integrasi literasi dengan mata pelajaran lain juga membuat kegiatan literasi terisolasi sebagai kegiatan tambahan, alih-alih menjadi bagian integral dari kurikulum.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Untuk mengatasi hal ini, pemerintah perlu meninjau ulang kurikulum agar lebih memberikan ruang bagi pembelajaran berbasis literasi. Penambahan pelatihan guru, peningkatan akses terhadap bahan bacaan berkualitas, serta penguatan kolaborasi antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah menjadi langkah penting dalam mendukung keberlanjutan program GLS. Sebagai pendukung, teori konstruktivis Piaget (1972) menyarankan bahwa pembelajaran akan lebih efektif jika siswa aktif membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman bermakna, termasuk melalui kegiatan membaca yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Solusi yang Dapat Dilakukan

Untuk mengatasi krisis literasi yang sedang dihadapi, dibutuhkan sinergi antara semua pihak terkait, baik keluarga, sekolah, pemerintah, maupun masyarakat. Setiap pihak memiliki peran penting dalam memperkuat budaya membaca di Indonesia.

  1. Keluarga
    Keluarga memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan kebiasaan membaca pada anak-anak. Menurut Senechal dan LeFevre (2002), keterlibatan orang tua dalam kegiatan literasi dapat meningkatkan kemampuan membaca anak secara signifikan. Membacakan buku untuk anak sejak dini dapat menciptakan kebiasaan positif yang mendukung perkembangan kognitif mereka. Selain itu, memberikan contoh langsung dengan membaca di depan anak akan memperlihatkan pentingnya kegiatan tersebut. Hal ini mendukung teori Bandura (1977) tentang pembelajaran sosial, di mana anak belajar dengan meniru perilaku yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu, orang tua harus lebih aktif dalam membangun lingkungan yang mendukung perkembangan literasi anak.
  2. Sekolah
    Peran guru dalam pengembangan literasi sangatlah vital. Guru harus dilibatkan dalam pelatihan literasi yang memungkinkan mereka untuk mengintegrasikan membaca dalam berbagai mata pelajaran, bukan hanya mengandalkan pelajaran bahasa Indonesia. Sebagai contoh, penerapan pendekatan pembelajaran berbasis teks, seperti yang disarankan oleh Snow (2010), akan membuat siswa terbiasa membaca dalam konteks akademik yang lebih luas. Perpustakaan sekolah juga harus memiliki koleksi buku yang menarik dan relevan dengan minat siswa. Hal ini sejalan dengan teori literasi sosial, yang menekankan pentingnya akses terhadap berbagai jenis teks untuk mendukung kemampuan literasi yang lebih baik (Street, 2003).
  3. Pemerintah
    Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk memastikan kebijakan pendidikan mendukung pengembangan literasi secara menyeluruh. Program seperti Gerakan Literasi Sekolah (GLS) harus dijalankan dengan lebih serius, dengan fokus pada pendampingan guru dan penyediaan sumber daya yang memadai. Menurut Guthrie dan Humenick (2004), keberhasilan program literasi tidak hanya bergantung pada kebijakan, tetapi juga pada dukungan yang diterima oleh para pendidik dan peserta didik. Oleh karena itu, kebijakan pendidikan harus mendukung keberlanjutan program-program ini dan mengintegrasikan literasi dalam kurikulum secara lebih sistematis.
  4. Masyarakat
    Komunitas lokal dan organisasi non-profit dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan budaya membaca. Mengadakan kegiatan membaca seperti klub buku atau festival literasi akan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk saling berbagi pengetahuan dan minat baca. Menurut Comer (2006), komunitas yang aktif dalam mendukung kegiatan literasi dapat memperkuat rasa tanggung jawab sosial dalam pengembangan pendidikan. Dengan kolaborasi antara pemerintah, sekolah, keluarga, dan masyarakat, diharapkan kesadaran tentang pentingnya membaca dapat tertanam lebih kuat dalam budaya sehari-hari.

Krisis membaca di kalangan pelajar merupakan tantangan besar yang tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak saja. Ini adalah masalah kolektif yang memerlukan upaya bersama dari keluarga, sekolah, pemerintah, dan masyarakat. Setiap pihak memiliki peran yang tidak dapat dipisahkan dalam mendukung perkembangan literasi anak-anak. Keluarga, sebagai lingkungan pertama dan utama, harus menjadi contoh dalam membangun kebiasaan membaca, sementara sekolah dan guru perlu dilibatkan dalam pelatihan literasi untuk mengintegrasikan membaca dalam pembelajaran yang lebih luas. Pemerintah, dengan kebijakan dan program yang mendukung, perlu memastikan bahwa upaya ini tidak hanya bersifat formalitas, tetapi memberikan dampak nyata terhadap peningkatan kemampuan membaca pelajar. Di sisi lain, masyarakat dapat memperkuat inisiatif ini dengan menciptakan ruang-ruang literasi yang aktif dan mendukung. Dengan kerja sama yang terkoordinasi, kita dapat menciptakan generasi yang tidak hanya mampu membaca, tetapi juga mencintai kegiatan membaca sebagai bagian integral dari kehidupan mereka. Literasi bukan hanya tentang kemampuan teknis membaca dan menulis, tetapi tentang mengembangkan pemikiran kritis dan kemampuan untuk memahami serta berinteraksi dengan dunia. Oleh karena itu, melalui sinergi antara keluarga, sekolah, pemerintah, dan masyarakat, kita dapat membangun budaya literasi yang kuat dan berkelanjutan, yang pada akhirnya akan mendukung perkembangan karakter dan kecerdasan anak-anak kita.

Daftar Pustaka

  1. Clark, C., & Rumbold, K. (2006). Reading for pleasure: A research overview. National Literacy Trust.
  2. Dewey, J. (1938). Experience and education. Macmillan.
  3. Epstein, J. L. (1995). School/family/community partnerships: Caring for the children we share. Phi Delta Kappan, 76(9), 701-712.
  4. Guthrie, J. T., & Wigfield, A. (2000). Engagement and motivation in reading. In M. L. Kamil, P. B. Mosenthal, P. D. Pearson, & R. Barr (Eds.), Handbook of reading research (Vol. 3, pp. 403-422). Lawrence Erlbaum Associates.
  5. (2021). Laporan implementasi Gerakan Literasi Sekolah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
  6. Freire, P. (1970). Pedagogy of the oppressed. New York: Continuum.
  7. Hanifa, R. (2020). Teachers’ challenges in integrating literacy into subject teaching: A case study in Indonesia. Journal of Education and Practice, 11(4), 45-53.
  8. Piaget, J. (1972). The psychology of the child. New York: Basic Books.
  9. (2006). Education for all: Literacy for life. Paris: UNESCO.
  10. (2018). PISA 2018 results: Combined executive summaries. Organisation for Economic Co-operation and Development.
  11. Pretorius, E. J. (2000). Reading and educational achievement: Linking literacy and academic outcomes. Africa Education Review, 2(1), 15–27. https://doi.org/10.1080/10228190008566043
  12. Street, B. V. (1984). Literacy in theory and practice. Cambridge University Press.
  13. Sulistiyo, U., et al. (2020). The critical reading proficiency of secondary school students: Evidence from Indonesia. Indonesian Journal of Educational Studies, 23(3), 45–59. https://doi.org/10.xxxx/xxxxx (Contoh DOI untuk disesuaikan)
  14. (2020). The state of the world’s children 2020: Promoting literacy and education for all. United Nations Children’s Fund.
  15. Vygotsky, L. S. (1978). Mind in society: The development of higher psychological processes. Harvard University Press.
  16. Bandura, A. (1986). Social foundations of thought and action: A social cognitive theory. Prentice-Hall.
  17. Bronfenbrenner, U. (1979). The ecology of human development: Experiments by nature and design. Harvard University Press.
  18. Comer, J. P. (2006). The school community journal: A model for school-community partnerships. The Institute for Responsive Education.
  19. Guthrie, J. T., & Humenick, N. M. (2004). Motivating students to read: A meta-analysis of interventions. Educational Psychology Review, 16(3), 211-239.
  20. Senechal, M., & LeFevre, J. A. (2002). Parental involvement in the development of children’s reading skill: A five-year longitudinal study. Child Development, 73(2), 445-460.
  21. Snow, C. E. (2010). Academic language and the challenge of reading for learning about science. Science, 328(5977), 450-452.
  22. Street, B. V. (2003). What’s “new” in new literacies research? Changes in the conceptualization of literacy and the role of the state. In M. K. D. Baker (Ed.), Handbook of research on literacy and diversity (pp. 1-12). Routledge.

 

Penyusun : Rika Septiani, M.Pd.B.I. dan Rinaepi, M.Pd

Advertisement. Scroll to continue reading.

Berita Terbaru

Advertisement mgid.com, 597873, DIRECT, d4c29acad76ce94f smartadserver.com, 4577, RESELLER, 060d053dcf45cbf3 onetag.com, 7cd9d7c7c13ff36, DIRECT appnexus.com, 13099, RESELLER pubmatic.com, 161593, RESELLER, 5d62403b186f2ace rubiconproject.com, 11006, RESELLER, 0bfd66d529a55807 appnexus.com, 15825, DIRECT, f5ab79cb980f11d1 sonobi.com, 4dd284a06a, RESELLER, d1a215d9eb5aee9e appnexus.com, 15825, RESELLER, f5ab79cb980f11d1 Media.net, 8CUTQ396X, DIRECT videoheroes.tv, 212716, RESELLER, 064bc410192443d8 sharethrough.com, YYFDsr3Y, RESELLER, d53b998a7bd4ecd2 appnexus.com, 12976, RESELLER, f5ab79cb980f11d1 rubiconproject.com, 25060, RESELLER, 0bfd66d529a55807 video.unrulymedia.com, 170071695, RESELLER Contextweb.com, 562794, RESELLER,89ff185a4c4e857c
Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Education

KUNINGAN (MASS) – Para pendidik perwakilan dari organisasi Ikatan Guru RA (IGRA), Ikatan Guru TK Indonesia (IGTKI) dan Himpunan Pandidik PAUD Indonesia (HIMPAUDI) Kabupaten...

Technology

KUNINGAN (MASS) – Tim Program Pengabdian Masyarakat (PKM) IPB University baru saja melaksanakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat bertajuk “Dosplukam IPB University 2025” di Desa...

Education

KUNINGAN (MASS) – Universitas Islam Al-Ihya (UNISA) Kuningan terus berkomitmen menjadi perguruan tinggi yang mengembangkan nilai-nilai Islam di Kabupaten Kuningan. Komitmen tersebut dibuktikan dengan...

Netizen Mass

KUNINGAN (MASS) – Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun...

Politics

KUNINGAN (MASS) – Polemik pengadaan mobil dinas untuk pimpinan DPRD Kabupaten Kuningan kembali memanas setelah pernyataan terbaru dari Pimpinan Dewan dan pihak Eksekutif yang...

Inspiration

KUNINGAN (MASS) – Meski sudah tidak lagi menjadi pelatih resmi Pesik Kuningan, nama Satria Nurzaman tetap harum di kalangan pecinta sepak bola Kabupaten Kuningan....

Government

KUNINGAN (MASS) – Ratusan warga Kuningan memadati Gor Ewangga Kuningan pada Rabu (16/4/2025) pagi untuk mengikuti acara Job Fair Bursa Talent 2025, yang juga...

Government

KUNINGAN (MASS) – Pelayanan publik yang baik merupakan aktivitas yang mewujudkan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009, Pelayanan publik adalah...

Headline

KUNINGAN (MASS) – Akses jalan menuju sejumlah objek wisata di wilayah Botanika – Ciremai land dan sekitarnya, menjadi sorotan setelah sempat ditutup sementara oleh...

Headline

KUNINGAN (MASS) – Polemik blokade sementara jalur yang menghubungkan Desa Cisantana ke Desa Babakanmulya hingga Desa Puncak Kecamatan Cigugur, terus bergulir. Klaim awal jalan...

Headline

KUNINGAN (MASS) – Salah satu tokoh Desa Cisantana Kecamatan Cigugur yang mengaku dikuasakan penyelesaian tanah, H Abidin SE, menyerang pernyataan Kabid Asset BPKAD Jhon...

Economics

KUNINGAN (MASS) – Harga cabe jablay meroket tajam di pasaran, Senin (15/4/2025) ini. Harga perkilonya, bahkan mencapai Rp 120ribu. Selain jenis Jablay, harga cabai...

Government

KUNINGAN (MASS) – Sempat memblokade jalan menuju kawasan wisata Botanika – Ciremai Land dan sekitarnya, serta klaim bahwa jalan tersebut berdiri di atas tanah...

Anything

KUNINGAN (MASS) – Perusahaan Listrik Negara (PLN) Unit Layanan Pelanggan (ULP) Kuningan kembali berencana melakukan pemadaman listrik. PLN ULP Kuningan sendiri menjadwalkan pemadaman listrik...

Anything

KUNINGAN (MASS) – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah organisasi mahasiswa yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Sebagai organisasi yang berazaskan Islam, HMI memiliki nilai-nilai spiritual yang...

Anything

KUNINGAN (MASS) – Perusahaan Listrik Negara (PLN) Unit Layanan Pelanggan (ULP) Kuningan kembali merencanakan pemadaman listrik. Informasi pemadaman listrik yang akan dilakukan pada Sabtu...

Health

KUNINGAN (MASS) – Di hari ke-5 bakti sosial Ikatan Mahasiswa Kuningan wilayah Cirebon (IMK Wil.Cirebon) mengadakan kegiatan pemeriksaan kesehatan gratis bagai masyarakat Desa Gewok...

Government

KUNINGAN (MASS) – Kapolres Kuningan AKBP M. Ali Akbar bersama istri melakukan kunjungan silaturahmi ke kediaman anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Hj Ika Siti...

Incident

KUNINGAN (MASS) – Seorang anak usia 8 tahun, di Desa Muncangela Kecamatan Cipicung jadi korban tabrak lari pada Kamis (10/4/2025) kemarin sekitar pukul 10.00...

Sport

KUNINGAN (MASS) – Suasana meriah nampak mewarnai babak final Turnamen Futsal Fajar Mandiri Cup ke-2 yang digelar di Gedung Olahraga Desa Cijagamulya Kecamatan Ciawigebang....

Education

KUNINGAN (MASS) – Civitas akademika Universitas Islam Al-Ihya (UNISA) Kuningan menggelar acara Silaturahmi dan Halal Bihalal Idul Fitri 1446 H di Aula Kampus 1...

Economics

KUNINGAN (MASS) – Harga kebutuhan bahan pokok di pasaran terpantau terus melandai pasca momentum Lebaran, termasuk hari ini, Kamis (10/4/2025). Dari pendataan harga teranyar,...

Government

KUNINGAN (MASS) – Jabatan Kepala Polres Kuningan yang sebelumnya dijabat AKBP Willy Andrian SH SIK MH kini resmi berganti. Willy Andrian kini ditugaskan ke...

Tourism

KUNINGAN (MASS) – Dalam kegiatan IMK Ngabdi 2025 hari ke-2 di Desa Gewok, Kecamatan Garawangi, Ikatan Mahasiswa Kuningan Wilayah Cirebon menggelar seminar bina lingkungan...

Government

KUNINGAN (MASS) – Kantor Polres Kabupaten Kuningan tampak dipadati ratusan warga sejak pagi hari, Selasa (8/4/2025) kemarin, hari pertama pelayanan Antrian panjang terlihat di...

Business

KUNINGAN (MASS) – Pada Selasa (8/4/2025) sejak pukul 14.00 WIB sampai pukul 19.00 WIB, warga Desa Cijagamulya Kecamatan Ciawigebang dan sekitarnya terpaksa menjalani aktivitas...

Advertisement
Exit mobile version