Connect with us

Hi, what are you looking for?

Netizen Mass

Menanamkan Budaya Literasi Sedari Dini

KUNINGAN (MASS) – Akhir-akhir ini, istilah “literasi” sering sekali terdengar. Istilah ini seringkali kita temukan dalam kolom komentar media elektronik ataupun status media sosial seseorang. Misalnya ketika ada orang yang mudah termakan mitos maupun hoax tanpa membaca sumber informasi yang valid, dengan mudahnya kita memberikan cap kepada orang tersebut “kurang melek literasi”.

Melihat kasus tersebut, literasi dapat dimaknai dengan kemampuan seseorang untuk membaca dan mempelajari berbagai literatur sehingga mendapatkan pemahaman yang utuh dan melatih berpikir kritis. Secara umum literasi memang erat kaitannya kemampuan berbahasa yang terdiri atas kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang tidak dapat hidup sendiri. Sebagaimana yang dikatakan Aristoteles bahwa manusia merupakan makhuk sosial (Cassirer dalam Robandi, 2014). Dalam bersosialisasi, manusia membutuhkan media untuk berkomunikasi dengan sesamanya yaitu bahasa. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan perasaan dan pemikirannya, menyerap informasi dan berbagai ilmu pengetahuan, serta berinteraksi sesamanya.

Kemampuan bahasa ini sejatinya mulai berkembang dari bayi, bahkan sedari kandungan. Itulah mengapa ibu yang sedang hamil dianjurkan untuk mengajak ngobrol bayinya, membacakan ayat suci Al-Quran, bercerita, bernyanyi, dan sebagainya.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Bayi juga meskipun belum dapat berbicara dengan jelas, namun harus senantiasa distimulasi dengan diajak berbicara, dibacakan cerita dan sebagainya. Dengan demikian, penting sekali untuk menanamkan budaya literasi sejak usia dini.

Pendidikan anak sejak usia dini memang merupakan hal yang penting diupayakan mengingat pada saat itulah anak mengalami golden age atau fase emas dalam perkembangan. Usia dini merupakan periode yang sangat kritis dalam perkembangan manusia. Pada masa ini akan menentukan kualitas fisik, mental, emosional, sosial, kemampuan belajar dan perilaku sepanjang hidupnya. Pada masa ini, anak mengalami perkembangan pesat dalam otaknya.

Sampai usia 4 tahun, tingkat kapabilitas kecerdasan anak telah mencapai 50% sehingga pada masa golden age ini anak perlu diberi stimulasi yang dapat mengoptimalkan perkembangan otaknya. James Heckman (Ruhyana, 2018) menjelaskan pentingnya melakukan investasi modal manusia pada usia dini mengingat return on investment-nya lebih tinggi dibandingkan investasi-investasi anak di usia yang lebih tua/dewasa.

Lebih lanjut, Musyarofah (Ruhyana, 2018) menyatakan bahwa usia dibawah lima tahun adalah usia paling kritis yang menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seseorang.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Salah satu upaya pendidikan terhadap anak usia dini dalam hal perkembangan bahasa yang dapat diupayakan orang tua yaitu dengan menanamkan budaya literasi sedari dini. Anak-anak yang sedang dalam masa golden age perlu distimulasi agar perkembangannya optimal.

Selain melalui interaksi dengan orang tua dan mengeksplorasi lingkungan sekitar, salah satu upaya yang dapat dilakukan orang tua yaitu menyediakan buku dan membacakan buku kepada anak. Buku merupakan salah satu media terbaik untuk menstimulasi perkembangan anak. Buku dapat menjadi media yang bermanfaat bagi perkembangan bahasa anak.

Buku dapat menjadi media bagi anak untuk mengenal berbagai hal (warna, benda, dan sebagainya), menstimulasi perkembangan bahasa anak, mengajarkan karakter, menstimulasi kreativitas dan imajinasi anak, membiasakan anak cinta buku sedari dini, dan lain-lain.

Buku dapat dibacakan kepada anak sedari bayi. Saat ini sudah tersedia buku dengan berbagai bahan, disesuaikan dengan usia bayi, misalnya kain yang aman untuk bayi dengan tambahan fitur lain seperti musik yang juga dapat menstimulasi perkembangannya. Selain itu, terdapat pula buku dengan tambahan fitur lain seperti bahan-bahan yang dapat melatih sensori anak (bahan lembut maupun bahan kasar), fitur buka-tutup, dan sebagainya.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Melalui buku, banyak hal yang distimulasi dari aspek perkembangan anak. Tidak hanya menstimulasi kecerdasan berbahasa (linguistik) saja, buku juga dapat menstimulasi berbagai aspek kecerdasan lain.

Sebagaimana Gardner (Marpaung, 2017) menjelaskan bahwa terdapat 8 Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences), diantaranya Kecerdasan Linguistik, Kecerdasan Logika Matematika, Kecerdasan Musikal, Kecerdasan Kinestetik, Kecerdasan Visual Spasial, Kecerdasan Interpersonal, Kecerdasan Intrapersonal, dan Kecerdasan Naturalis. Dengan ditambah berbagai buku yang menarik, buku dirasa dapat menstimulasi berbagai kecerdasan tersebut, misalnya fitur musik yang dapat menstimulasi kecerdasan musikal.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian Ratnasari dan Zubaidah (2019) yang menjelaskan bahwa terdapat pengaruh signifikan dalam penggunaan media buku cerita bergambar terhadap kemampuan berbicara anak balita. Buku juga merupakan salah satu alternatif “mainan” bagi anak yang memiliki banyak manfaat dibandingkan dengan mainan lain seperti gadget yang memiliki banyak dampak negatif bagi balita.

Namun memberikan buku kepada anak juga bukan berarti anak diberikan buku lalu ditinggal begitu saja oleh orang tuanya. Diharapkan para orang tua, baik ayah maupun ibu dapat meluangkan waktunya untuk membaca buku bersama-sama dengan anak. Karena bagaimanapun, berinteraksi sosial secara langsung merupakan hal yang lebih bermakna dibandingkan berinteraksi dengan benda mati (buku). Karena interaksi langsung dapat meningkatkan kelekatan antara orang tua dan anak, sebagai bentuk quality time bersama anak, bentuk kasih sayang orang tua kepada anak, dan lain-lain.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Dengan demikian, para orang tua perlu menyediakan buku-buku sejak bayi disesuaikan dengan usianya. Orang tua juga perlu meluangkan waktu untuk membacakan buku kepada anak. Selain itu, orang tua perlu juga menyediakan ruangan membaca di rumah yang nyaman, bersih, menarik, dan menyenangkan sehingga anak betah dan nyaman dengan kegiatan literasi di rumah.

Kegiatan literasi perlu menjadi kebiasaan dan diharapkan selanjutnya menjadi budaya di setiap keluarga. Menanamkan literasi sejak dini akan menumbuhkan jiwa melek literasi sehingga diharapkan anak akan menjadi pribadi yang berkarakter baik, cerdas, berwawasan luas, kritis, kreatif, dan inovatif.

Penulis : Hana Riana Permatasari MPd

Kegemaran : Mengasuh Anak, Membaca, Menulis, Zumba, Membuat Konten

Advertisement. Scroll to continue reading.

DAFTAR PUSTAKA
Marpaung, J. (2017). Pengaruh Pola Asuh terhadap Kecerdasan Majemuk Anak. Jurnal Kopasta, 4 (1), 7-15.
Ratnasari, E.M. & Zubaidah, E. (2019). Pengaruh Penggunaan Buku Cerita Bergambar terhadap Kemampuan Berbicara Anak. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 9 (3), 267-275.
Robandi, B. dkk. (2014). Landasan Pendidikan. Bandung: Jurusan Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Ruhyana, N.F. (2018). Aksesibilitas Anak Mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini di Kabupaten Sumedang. Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan Dikmas, 13 (2), 101-111.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Advertisement
Exit mobile version