KUNINGAN (MASS) – Sebagai sekolah tingkat dasar satu-satunya di Desa Tundagan Kecamatan Hantara, kondisi SDN Tundagan bisa dibilang memilukan.
Bagaimana tidak, pertama masuk lingkungan sekolah, yang terlihat justru dua kelas yang tampak terbengkalai. Dimana, plafon banyak yang ambruk, temboknya retak, kaca pecah, dan kusen keropos serta patah.
Bukan hanya dua kelas depan saja yang kondisinya rusak, dua kelas lainnya di bagian belakang juga sudah off, tidak digunakan sejak lama.
Bahkan, beberapa ruang juga terkena banjir karena kebocoran saat hujan. Ada juga atap yang sudah ambruk, terpaksa ditopang bambu untuk tetap mempertahankan bentuknya.
Lebih lanjut, WC (toilet) pun, terpaksa ditutup pihak sekolah karena kondisinya mengkhawatirkan dan membahayakan bagi anak-anak.
Gambaran itulah yang terlihat kuninganmass.com saat meninjau langsung ke lokasi, Selasa (9/5/2023) siang ini. Di bagian depan, terlihat tulisan harap tenang karena sedang masa ujian.
“Hanya 1 sekolah (se-Desa Tundagan), tadinya 2 sekolah, dimerger (SD 1 dan SD2),” ujar salah satu guru wali kelas, Udin Sanudin M Pd kala dikonfirmasi.
Adapun, ruangan kelas di depan yang jadi wajah sekolah itu, kata Udin, ternyata bekas ruang belajar kelas 3A dan 3B. Karena kondisinya rusak dan membahayakan, murid dipindah ke ruang lain.
Sekolah dengan 250 murid yang menempati 11 rombel (rombongan belajar/kelas) itu, terpaksa banyak mensiasati keadaan. Bekas ruang penjaga misalnya, disulap jadi kelas dengan numlah murid rombel yang sedikit.
Sementara, rombel yang banyak dan tidak ada kelas, ditempatkan di perpustakaan. Sehingga saat ini tidak ada ruang baca untuk anak-anak.
Ditanya bagaimana upaya sekolah merespon kondisi itu, Udin mengatakan pihaknya sudah mencoba konsultasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan, terutama sarana prasarana. Ia menyebut, pihak dinas pun terus bergerak dan komunikasi.
“Karena sudah diajukan (program) Provinsi (melalui PU) tidak diajukan ke DAK (kabupaten). Karena kita dijanjikan dari Provinsi, tapi belum dapet (realisasi). Kita nunggu, ajuan tahun 2021,” imbuhnya.
Ia menyebut, dari konsultasi itu memang ada 2 SD yang prioritas mendapat program Provinsi karena dianggap gedung sekolahnya sudah tidak layak.
Sempat, lanjut Udin, sekolah mewacanakan swadaya bareng masyarakat. Namun, jika dilakukan, pihaknya khawatir nantinya akan tumpang tindih, atau bahkan menapikan program Provinsi.
Bahkan, alasan itu jugalah yang membuat pihaknya tak berani mengganti genteng dan atap yang sudah keropos, ambruk. Sekolah memilih menopangnya dengan bambu.
“Takut kita bertindak salah langkah, kita (ingin dan selama ini) sesuai prosedur. Karena kurang fahamnya kita terkait alur bantuan (jadi takut bertindak sembarangan),” ungkapnya.
Di akhir, Udin menjelaskan soal ajuan dan janji Pemprov Jabar melalui PU-nya, sebenarnya sudah sempat ada survey. Namun, hingga kini pihaknya masih sabar menunggu informasi dan kelanjutan bantuan pemerintah pada sekolahnya yang aman dan nyaman untuk murid. (eki)
Video :